Jul 31, 2021 13:48 Asia/Jakarta
  • Kesehatan mental
    Kesehatan mental

Pandemi COVID-19 sudah berlangsung selama satu setengah tahun. Pada titik ini, banyak orang yang sudah paham akan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri di masa pandemi. Namun, banyak juga yang lupa bahwa kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan jasmani.

Padahal, kesehatan mental menjadi salah satu masalah serius selama pandemi. Kehidupan yang mendadak berubah saat pandemi menyebabkan banyak orang merasa kesepian, stres, dan cemas.

Jika kita tidak bisa mengelola stres dengan baik, keseharian kita bisa terganggu. Stres yang dibiarkan terlalu lama bisa menyebabkan perubahan nafsu makan, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan tidur, hingga penurunan kesehatan fisik.

Dengan demikian, tak bisa kita pungkiri, pandemi Covid-19 ini telah bedampak buruk bagi kesehatan mental.

Menurut WHO (2020), munculnya pandemi menimbulkan stres pada berbagai lapisan masyarakat.

Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang dampak COVID-19 terhadap kesehatan jiwa, namun sejumlah penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS) menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kesehatan mental penderitanya.

Penelitian pada penyintas SARS menunjukkan bahwa dalam jangka menengah dan panjang, 41-65 persen dari penyintas mengalami berbagai macam gangguan psikologis.

Sebuah penelitian di Hong Kong menunjukkan bahwa masalah psikologis pada penyintas SARS tidak berkurang dalam kurun waktu satu tahun setelah kejadian.

Hal yang sama juga bisa terjadi dalam situasi pandemi Covid-19 ini.

Virus Corona

Lalu bagaimana cara mencegahnya?

Berdasarkan Pedoman dari Kementrian Kesehatan Indonesia, berikut langkah pencegahan gangguan kesehatan mental selama pandemi Covid-19:

1. Kurangi mengonsumsi informasi soal pandemi

Tidak ada salahnya mengikuti perkembangan informasi soal pandemi. Namun, terus-terusan terpapar informasi tersebut bisa berdampak buruk pada mental.

Jika seseorang merasa jenuh dan kewalahan dalam menerima informasi, ada baiknya untuk mengurangi intensitas berita yang dikonsumsi sehari-hari.

2. Jaga kesehatan jasmani

Kesehatan jasmani dan mental sangat berkaitan. Jika jasmani kita sehat, kesehatan mental akan mengikuti dengan sendirinya.

Ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan jasmani. Misalnya rutin berolahraga, makan makanan bergizi, bermeditasi, tidur cukup, dan menghindari rokok serta alkohol.

3. Sikap Responsif

Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur, mencari tahu apa yang harus dilakukan dan memberikan respons yang tepat dan wajar.

Sikap responsif dapat dikembangkan agar tidak terjadi masalah kesehatan jiwa dan psikososial.

4. Mengendalikan sikap reaktif

Sikap reaktif merupakan sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat, tegang, agresif terhadap keadaan yang terjadi dan menyebabkan kecemasan dan kepanikan.

Sikap reaktif ini dapat dikendalikan dengan cara mencari berbagai info atau masukan dari banyak orang sebelum mengambil keputusan.

5. Membangun kegiatan keluarga yang kontrukstif

Kegiatan keluarga yang konstruktif semakin menguatkan ikatan emosional dan keluarga semakin harmonis. Keluarga dapat merencanakan kegiatan belajar, beribadah, bermain, bercakap-cakap dan berkreasi bersama.

6. Membuat jadwal kerja atau belajar yang fleksibel

Pandemi Covid-19 membuat banyak kegiatan kini dilakuka secara daring, mulai dari sekolah, kuliah, hingga bekerja.

Hal ini bisa menimbulkan kebosanan atau kejenuhan, sehingga mengakibatkan meningkatnya stress.

Untuk mengatasinya, sekolah dan kampus dapat mengorganisasikan proses pembelajaran yang menarik dan komunikatif seperti voice note atau video mengajar, pertemuan lewat daring yang santai dan fleksibel, serta dapat menggunakan surel dan media sosial.

Di tempat kerja, Anda bisa membuat jadwal bekerja yang fleksibel, sehingga membuat lebih nyaman dalam bekerja untuk mencegah penurunan imunitas karyawannya.

Pimpinan juga harus memiliki protokol standar kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. (Kompas/Kontan)

Tags