Jun 28, 2021 22:52 Asia/Jakarta
  • Ismail Haniyeh
    Ismail Haniyeh

Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Ismail Haniyeh Ahad (27/6/2021) di safarinya ke sejumlah negara Arab tiba di Beirut, Lebanon.

Kunjungan Haniyeh ke Lebanon yang akan berlangsung selama beberapa hari dilakukan setelah kunjungannya ke Mesir, Maroko dan Mauritania. Berdasarkan sumber Palestina, Haniyeh juga dijadwalkan mengunjungi sejumlah negara Arab lain seperti Tunisia, Aljazair, Kuwait dan Republik Islam Iran.

Urgensitas kunjungan ini pertama-tama dapat dicermati dari sisi waktu yang dilakukan setelah beberapa pekan dari perang 12 hari Israel ke Gaza, di mana muqawama Palestina berhasil mengalahkan rezim ini dan salah satu dampak dari perang ini adalah tergulingnya Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel.

Karakteristik terpenting dari safari ini adalah indikasi kekuatan muqawama Islam Palestina, khususnya Hamas. Faktanya, kunjungan ini menunjukkan bahwa bangsa Palestina sampai pada keyakinan bahwa solusi tunggal untuk bebas dari cengkeraman penjajah dan metode menghancurkan rezim Zionis serta membebaskan bumi Palestina, Quds dan Masjid al-Aqsa adalah bersandar pada muqawama dan perjuangan, bukan pendekatan hina dan damai terhadap Zionis yang diadopsi oleh Otorita Ramallah yang juga berperan sebagai pelaksana perintah Zionis di Tepi Barat dalam melawan warga Palestina serta berkoordinasi keamanan dan intelijen dengan penjajah.

Anak-anak pengungsi Palestina di Lebanon

Di sisi lain, kunjungan Haniyeh ke sejumlah negara Arab dimaksudkan untuk menstabilkan konstelasi yang diraih setelah perang 12 hari terarkhi, di mana petinggi negara-negara Barat juga mengakuinya dan sampai pada kesimpulan bahwa di perundingan mengenai Palestina tidak ada jalan kecuali bernegosiasi dengan muqawama Islam, khususnya Hamas, karena kunjungan tersebut di kondisi saat ini menunjukkan bahwa muqawama wakil dan sandaran bangsa Palestina, serta Lebanon merupakan salah satu negara Arab yang menerima banyak pengungsi Palestina. Berdasarkan data yang dirilis Pusat Statistik Lebanon di tahun 2017, sebanyak 174.422 warga Palestina hidup di 12 kamp dan 165 komplek pemukiman di Lebanon.

Oleh karena itu, isu pengungsi Palestina di luar negeri menjadi agenda penting kunjungan Haniyeh. Dialog dengan faksi Palestina untuk menyelesaikan friksi internal warga Palestina di kamp-kamp yang terkadang menjadi kendala bagi negara tuan rumah termasuk Lebanon, termasuk isu penting lain di kunjungan ini. Selain itu, menggalang koordinasi lebih besar antara faksi Palestina guna mengkoordinasi kondisi Palestina di dalam dan di luar negeri memiliki potensi besar menjadi agenda perundingan delegasi Hamas dengan faksi Palestina.

Membangun lebih banyak koordinasi dengan para pemimpin faksi muqawama Islam di Lebanon adalah salah satu masalah penting yang akan dibahas dalam rangka meningkatkan persiapan untuk menghadapi setiap ancaman dan agresi rezim Zionis di masa depan terhadap Palestina.

Isu normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Israel juga termasuk agenda lain yang sepertinya bakal dibicarakan di kunjungan ini. Faktanya, delegasi Hamas di kunjungannya ini berusaha mengingatkan hubungan dengan Israel serta kesia-siaan langkah seperti ini bagi negara Arab, tetapi juga konsekuensinya untuk melayani kepentingan Zionis.

Selain itu, petinggi Hamas berusaha menjelaskan langkah penumpasan dan tak manusiawi Zionis di bumi pendudukan Palestina, khususnya Quds dan Masjid al-Aqsa kepada pejabat negara lain dan klaim palsi Zionis terkait masalah ini. (MF)

 

Tags