Jul 31, 2021 18:24 Asia/Jakarta
  • Muqawama Palestina
    Muqawama Palestina

Perkembangan di negara-negara Asia Barat selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting seperti Muqawama Palestina Beri Ultimatum Terbaru kepada Israel.

Selain itu, masih ada isu lainya seperti Al-Sahaf: Pasukan AS di Irak Berada di bawah Kontrol Penuh Baghdad, Saudi Minta Taliban Putus Hubungan dengan Kelompok Teroris, Israel Akui Rudal Palestina Hancurkan Infrastruktur Ashkelon, Hizbullah dan Amal Tegaskan Pembentukan Segera Kabinet Baru Lebanon, Israel Defense: Kekuatan Regional itu Iran, Bukan Israel, Semakin Banyak Wilayah Shabwa yang Direbut Pasukan Yaman

Muqawama Palestina Beri Ultimatum Terbaru kepada Israel

Muqawama Palestina memperingatkan Israel jika hingga akhir pekan ini tidak memberi tuntutan yang ada, maka babak baru tensi di perbatasan Gaza dan Israel akan dimulai.

Koran al-Akhbar Kamis (29/7/2021) di laporannya menulis, ketika untuk hari keempat berturut-turut pengiriman balon api ke Palestina pendudukan terus berlanjut, dan Israel hanya sekali membalasnya, Tel Aviv terus melanjutkan represi mediasi Mesir dan membahas usulan terbaru Mesir untuk melaksanakan babak pertama kesepakatan pertukaran tawanan.

Image Caption

Sebelumnya Mesir meminta waktu kepada faksi muqawama Palestina hingga Hari Raya Idul Adha bagi Israel dan berjanji akan merealisasikan tuntutan mereka hingga hari raya kurban.

Menurut sumber ini, Hamas baru-baru ini kepada Mesir menyatakan, mengingat aksi Israel, upaya rezim ini memaksakan konstelasi baru terhadap Jalur Gaza dan upaya mengaitkan dua proyek ekonomi dan kemanusiaan ke berkas pertukaran tawanan, maka kondisi sedikit demi sedikit bergerak ke arah tensi baru dan pada akhirnya akan meletus konfrontasi.

Sumber terpercaya kepada al-Akhbar mengatakan, faksi Palestina memberi tenggat waktu kepada Israel hingga akhir pekan ini untuk mengijinkan masuknya bantuan finansial Qatar ke gaza, pembukaan kembali jalur penyeberangan dan masuknya material bangunan untuk rekonstruksi. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tensi di sepanjang perbatasan Gaza dan Palestina pendudukan akan meningkat.

Berdasarkan sumber ini, Israel mengatakan bahwa bantuan finansial Qatar harus masuk ke Gaza melalui program pangan dunia dan orang miskin di Gaza diberi kartu belanja, namun Hamas menolak usulan tersebut dan bersikeras bahwa bantuan finansial ini harus diberikan kepada keluarga miskin secara tunai, sehingga mereka mampu menyediakan kebutuhannya selain makanan.

Al-Akhbar terkait usulan terbaru Mesir menulis, Kairo mengusulkan di tahap pertama Avera Mengistu dan Hisham al-Sayed dibebaskan dan informasi mengenai dua tentara Israel, Hadar Goldin dan Oron Shaul diberikan dengan imbalan Israel akan membebaskan ratusan tawanan Palestina termasuk perempuan dan anak-anak. Hamas menanti jawaban Tel Aviv untuk memberikan pandangannya kepada Kairo.

Namun sumber intelijen Mesir kepada Koran al-Ahram mengatakan, Israel mengharapkan terjadinya kesepatakan baru di bidang gencatan senjata dengan Hamas sebelum penyelesaian pertukaran tawanan.

Al-Sahaf: Pasukan AS di Irak Berada di bawah Kontrol Penuh Baghdad

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan, pasukan asing yang ditempatkan di Irak untuk pelatihan dan konsultasi militer akan ditempatkan di pangkalan yang berada di bawah kontrol penuh Irak.

Seperti dilaporkan Mawazin News Rabu (28/7/2021), Ahmed al-Sahaf menekankan militer AS yang aktif untuk konsultasi, pelatihan dan peningkatan kemampuan militer Irak serta pertukaran data intelijen militer antara kedua negara, akan ditempatkan di pangkalan militer yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan dan hukum Irak.

Al-Sahaf

“Peningkatan kemampuan pasukan Irak seperti militer, polisi federal, pasukan al-Hashd al-Shaabi, Peshmerga dan pasukan relawan dari suku-suku serta lembaga perang kontra terorisme berujung pada dialog strategis antara Baghdad dan Washington untuk mencapai kesepakatan penarikan pasukan Amerika dari Irak,” papar al-Sahaf.

Ia menambahkan, pasukan koalisi internasional seperti AS mulai 31 Desember 2021 tidak lagi berada di Irak dan peran pasukan yang tersisa adalah pelatihan, konsultasi militer dan membangun kemampuan pasukan bersenjata dan dinas keamanan Irak.

Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi dan Presiden AS Joe Biden Senin (26/7/2021) sore di Washington dalam statemen bersama menyatakan, Washington dan Baghdad sepakat hingga akhir tahun 2021 kehadiran militer AS di Irak akan berakhir dan AS akan menghormati kedaulatan dan hukum Irak.

Selain itu, kedua pihak juga sepakat sebagian pasukan AS akan ditempatkan di Irak dengan misi konsultasi militer dan pelatihan pasukan Irak. Hal ini mendorong sebagian faksi Irak meyakini bahwa kesepakatan ini sekedar mengubah esensi militer AS dari pasukan tempur menjadi konsultan militer, dan penarikan pasukan AS dari negara ini tidak akan terjadi.

Setelah kejahatan AS meneror Syahid Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan al-Hashd al-Saabi pada 3 Januari 2020 dini hari di dekat bandara udara Baghdad, parlemen Irak pada 5 Januari 2020 meratifikasi draf penarikan pasukan AS dari negara ini.

Saudi Minta Taliban Putus Hubungan dengan Kelompok Teroris

Duta Besar Arab Saudi untuk Afghanistan, dalam pertemuan dengan Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, meminta Taliban memutus hubungan dengan kelompok-kelompok teroris.

Dikutip Fars News, Rabu (28/7/2021), Faisal bin Talq Al Balqami dalam pertemuan dengan Abdullah Abdullah mengatakan, "Kami meminta Taliban untuk memutus hubungan dengan kelompok-kelompok teroris, dan kembali ke perdamaian serta dialog."

Milisi Taliban

Menurut Al Balqami, Saudi menginginkan dihentikannya perang, dan diwujudkannya perdamaian serta stabilitas di Afghanistan.

"Tidak ada jalan lain selain mencapai sebuah kesepakatan politik dalam rangka mewujudkan perdamaian di negara ini," imbuhnya.

Di sisi lain, Abdullah Abdullah menyinggung pernyataan beberapa ulama Afghanistan dan Pakistan dalam pertamuan di Saudi. Ia menyambut pernyataan bersama ini, dan menegaskan bahwa berlanjutnya perang di Afghanistan tidak sesuai dengan syariat agama.

Israel Akui Rudal Palestina Hancurkan Infrastruktur Ashkelon

Setelah berlalu sekitar dua bulan sejak pecahnya perang terbaru rezim Zionis Israel, dan kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, Badan Pengawas Konten Media Israel, mengeluarkan izin publikasi berita terkait hantaman rudal Palestina ke beberapa infrastruktur Israel.

"Badan Pengawas Konten Media Israel, hari ini, Rabu (28/7/2021) mengeluarkan izin publikasi berita seputar perang terbaru Israel dan Jalur Gaza," tulis Palestine Times di akun Twitternya.

Stasiun televisi Israel, KAN 11 melaporkan, dalam perang terbaru, rudal-rudal kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza menghantam infrastruktur Kota Ashkelon yang terletak di utara Gaza.

Menurut KAN 11, ledakan rudal Palestina itu menyebabkan sesak napas, gatal-gatal pada tenggorokan, dan perih di mata pada kebanyakan pemukim Zionis.

Media Israel ini juga mengakui salah satu rudal Palestina menghantam sebuah tangki bahan bakar di kota Ashkelon.

Hizbullah dan Amal Tegaskan Pembentukan Segera Kabinet Baru Lebanon

Para pemimpin gerakan Hizbullah dan Amal menekankan urgensi pembentukan kabinet baru segera untuk mencegah kehancuran Lebanon.

Michel Aoun

Televisi Al-Manar melaporkan, Hizbullah dan Amal dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (27/7/2021) mengatakan bahwa percepatan pembentukan kabinet adalah awal yang diperlukan untuk menghentikan keruntuhan negara dan mengatasi masalah kehidupan nasional.

"Dalam situasi saat ini, semua upaya harus dilakukan untuk menjaga martabat rakyat Lebanon," kata pernyataan bersama Hizbullah dan Amal.

Najib Mikati diperkenalkan sebagai orang yang ditunjuk untuk membentuk kabinet pada sidang parlemen Lebanon Senin malam dengan dukungan 72 suara.

Mikati mengatakan bahwa dia akan membentuk kabinet untuk kepentingan nasional Lebanon yang membutuhkan kerja sama semua pihak.

Israel Defense: Kekuatan Regional itu Iran, Bukan Israel

Rangkaian peristiwa yang terjadi di Asia Barat dalam empat tahun terakhir termasuk kegagalan tekanan maksimum pemerintah Amerika Serikat di masa Donald Trump, dan strategi beberapa negara Arab untuk menjalin hubungan dengan Iran, membuktikan kekuatan regional Tehran, bukan rezim Zionis Israel.

Situs Israel Defense, Minggu (25/7/2021) melaporkan, di Timur Tengah ada anggapan bahwa Israel adalah “macan kertas”. Kekalahan AS dalam menekan Iran, dan gagalnya program nuklir setelah pergantian pemerintahan AS, telah menyebabkan negara-negara kawasan menyadari bahwa kekuatan regional adalah Iran, bukan Israel.

Menurut stasiun televisi Al Mayadeen, rencananya Arab Saudi akan mengirim utusan untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru, karena pada akhirnya Riyadh menyadari bahwa perang dengan menggunakan senjata canggih Barat melawan Yaman, hanya dengan satu tekanan tombol di Tehran, industri minyak dunia langsung terancam bahaya, dan sistem pertahanan rudal Patriot, AS juga tak bisa banyak membantu.

Media-media Israel sebelumnya melaporkan tentang manuver Mesir dan Saudi untuk mendekat ke Iran melalui Irak dan Afrika, juga melalui jalur laut terutama Terusan Suez, dan Selat Bab El Mandeb.

Semakin Banyak Wilayah Shabwa yang Direbut Pasukan Yaman

Tentara dan komite rakyat Yaman melanjutkan kemajuan mereka di provinsi tengah yang kaya minyak, Shabwa dengan menguasai wilayah strategis lainnya.

Kantor berita Sputnik melaporkan, sumber militer Yaman pada hari Minggu (25/7/2021) mengatakan bahwa tentara dan komite rakyat Yaman terus bergerak maju memerangi pasukan Abd Rabbuh al-Mansour Hadi dan tentara bayaran Saudi lainnya di provinsi Shabwa.

Pasukan Yaman meraih kemenangan di daerah Aqaba Malih yang menghadap ke bagian Bijan yang hanya berjarak 200 km dari kota Ataq, ibu kota provinsi Shabwa.

Sebelumnya, televisi Al-Masirah hari Sabtu (24/7/2021) melaporkan, pasukan Yaman berhasil mengambil kendali  daerah Aqaba al-Qanza di provinsi Shabwa dan menimbulkan kerugian besar bagi pasukan musuh.

Arab Saudi yang didukung Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain telah melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan melakukan pengepungan darat, laut dan udara terhadap negara tetangganya itu.

 

Tags