Apr 29, 2021 09:39 Asia/Jakarta

Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi Al Arabiya Arab Saudi pada Selasa (27/04/2021) malam, Putra Mahkota Saudi membahas kebijakan luar negeri dan dalam negeri.

Di bidang politik luar negeri, Mohammad bin Salman merujuk pada tiga masalah; Iran, Amerika Serikat, dan perang Yaman.

Pernyataan Putra Mahkota Saudi tentang kesiapan Arab Saudi untuk menjalin hubungan baik dengan Iran adalah di antara pernyataan yang kurang terdengar yang dibuat oleh Mohammad bin Salman. Bin Salman selalu memiliki pandangan yang bermusuhan daripada kompetitif tentang Republik Islam Iran dalam enam tahun dia memegang berbagai posisi penting kekuasaan di Arab Saudi.

Mohammad binSalman, Putra Mahkota Arab Saudi

Komentar Selasa malam oleh Mohammad bin Salman harus dilihat sebagai pelengkap pendekatan baru Arab Saudi untuk pembicaraan dengan Republik Islam Iran dan mengurangi ketegangan dalam hubungan bilateral. Dengan kata lain, Putra Mahkota Saudi semakin dekat dengan sikap realistis dan rasional tentang posisi regional Republik Islam Iran.

Terkait hubungan dengan Amerika Serikat, Putra Mahkota Saudi juga menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah mitra strategis Arab Saudi. Pernyataan ini paling banyak mengungkapkan ketakutan Mohammad bin Salman. Tidak ada keraguan bahwa hubungan pemerintahan AS saat ini dengan Arab Saudi dan pribadi Mohammed bin Salman tidak sebanding dengan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Donald Trump.

Selain hubungan kedua negara, Bin Salman memiliki hubungan pribadi yang kuat dengan Presiden AS dan orang-orang dekatnya. Sekarang, pemerintah Biden telah menghapus kasus pembunuhan Jamal Khashoggi dari kerahasiaan dan memberikan banyak tekanan pada Putra Mahkota Saudi.

Pada saat yang sama, pemerintahan Biden menolak untuk berinteraksi dengan Mohammad bin Salman dan mengakui Raja Salman. Beberapa analisis menunjukkan bahwa pemerintahan Biden mendukung saingan Bin Salman, terutama Mohammad bin Nayef, dalam dinasti Saudi.

Secara umum, pada era Biden, kekuatan manuver Mohammad bin Salman akan menurun, bahkan di dalam Arab Saudi. Pernyataan Selasa malam Putra Mahkota Saudi tentang hubungan dengan Amerika Serikat benar, tetapi tampaknya Bin Salman berusaha menarik perhatian pemerintahan Biden dengan pernyataan ini.

Perang Yaman adalah dimensi ketiga dari pernyataan kebijakan luar negeri Bin Salman Selasa malam.

"Kami berharap Houthi akan datang ke meja perundingan untuk mengakhiri perang, dan inisiatif Saudi untuk menyelesaikan masalah ini akan terus berlanjut," kata Bin Salman.

Di satu sisi, pernyataan ini menunjukkan bahwa Putra Mahkota Saudi sampai pada kesimpulan bahwa dia harus keluar dari rawa Yaman dan mengurangi tekanan hak asasi manusia terhadap pemerintah Riyadh dan dirinya sendiri. Sementara di sisi lain, pernyataan ini, bersama dengan pandangannya tentang hubungan dengan Iran, menjelaskan pengakuan akan realitas bahwa  Bin Salman tidak melihat ketegangan kebijakan luar negeri menguntungkan kepentingan Arab Saudi.

Dalam wawancara dengan Al Arabiya, Putra Mahkota Saudi juga membahas masalah kebijakan dalam negeri sekitar dokumen visi 2030. Apa yang terbukti dalam pernyataan Bin Salman tentang urusan dalam negeri adalah ruang lingkup propagandanya.

Kejahatan Arab Saudi di Yaman

Putra Mahkota Saudi membela pemberhentian sejumlah pejabat dan menyalahkan ketidakmampuan mereka yang diberhentikan. Sementara para analis di Arab Saudi menyebut sebab utama perubahan adalah Bin Salman berusaha menempatkan kader-kadernya yang loyal. Selain itu, Bin Salman tidak membeberkan capaian nyata lima tahun terakhir dari dokumen visi 2030, melainkan hanya merujuk pada janji-janji seperti upaya mengurangi pengangguran dan penjualan saham Aramco serta merebut peluang.

Secara umum, berbagai pernyataan Selasa malam Bin Salman terkait kebijakan dalam dan luar negeri menunjukkan Putra Mahkota Saudi tampak lebih "khawatir" dari sebelumnya dan faktor kekhawatiran ini adalah rasa takut akan posisinya di dalam negeri.

Tags