May 08, 2021 17:13 Asia/Jakarta
  • Pemilu di Palestina.
    Pemilu di Palestina.

Transformasi di kawasan Asia Barat pekan ini diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya adalah protes warga Palestina atas penundaan penyelenggaraan pemilu.

Warga Palestina berdemonstrasi di kota barat daya Al-Khalil pada Sabtu (1/5/2021) malam untuk memprotes penundaan penyelenggaraan pemilu Palestina, dan meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk Mahmoud Abbas.

Pada hari Jumat, warga Palestina berunjuk rasa di kota utara Beit Hanoun untuk memprotes  penundaan pemilu Palestina.

Kepala Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas secara resmi mengumumkan penundaan pemilu di wilayah Palestina pada Jumat pagi dan mengatakan bahwa penyelenggaraan pemilu bergantung pada partisipasi Baitul Maqdis yang diduduki Israel.

Pemilu parlemen Palestina dijadwalkan akan digelar pada 22 Mei, pemilu presiden pada 31 Juli, dan pemilu Majelis Nasional pada 31 Agustus 2021.

Hamas menyalahkan Otoritas Palestina atas keputusan untuk menunda pemilu Palestina dan menyebutnya sebagai kudeta terhadap proses partisipasi dan rekonsiliasi nasional.

Militer Israel Siaga Cegah Operasi Perlawanan Palestina

Militer Israel mengambil posisi siaga karena takut terulangnya operasi perlawanan yang dilakukan orang-orang Palestina di Tepi Barat.

Dikutip dari Pusat Informasi Palestina, Senin (3/5/2021), badan-badan keamanan rezim Zionis memperkirakan bahwa serangan di pos pemeriksaan Zaatara tidak akan menjadi operasi terakhir pasukan perlawanan Palestina. Untuk itu, Israel telah mengerahkan lebih banyak pasukan di sejumlah titik di Tepi Barat.

Dalam operasi pasukan perlawanan pada hari Minggu, tiga tentara Israel terluka di pos pemeriksaan Zaatara, dua di antaranya dalam kondisi kritis.

Media-media Israel juga melaporkan pada Minggu malam bahwa sebuah bom meledak di distrik Benjamin, sebelah barat Ramallah.

Gerakan Hamas dan Jihad Islam Palestina mengumumkan operasi perlawanan sebagai respons atas tindakan brutal rezim Zionis terhadap warga Palestina.

Benny Gantz (kiri) dan Benjamin Netanyahu

Gantz Tolak Ajakan Koalisi dengan Netanyahu

Menteri perang rezim Zionis, Benny Gantz menolak tawaran perdana menteri Israel untuk membentuk koalisi, bahkan menegaskan tujuannya untuk menggulingkan Netanyahu dari jabatannya.

Benny Gantz dalam pidato yang disampaikan pada Minggu (2/5/2021) malam mengatakan, pintu bagi Netanyahu untuk membentuk kabinet koalisi sudah tertutup.

Pekan lalu, Televisi Channel 12 Israel melaporkan bahwa Netanyahu telah menawarkan Gantz untuk menandatangani kembali perjanjian jabatan bergilir untuk membentuk kabinet.

Tawaran Netanyahu kepada Gantz datang tiga minggu lalu ketika Presiden Israel Reuven Rivlin menunjuk Netanyahu untuk membentuk kabinet baru.

Sejak pengumuman keputusan Rivlin, Netanyahu hingga kini belum bisa membuat kemajuan apa pun dalam membentuk kabinet baru rezim Zionis.

Menlu Yordania Protes Aksi Zionis Serang Masjid Al-Aqsa

Kementerian Luar Negeri Yordania menyampaikan nota protes mengutuk agresi Israel yang terus berlanjut terhadap Masjid Al-Aqsa.

Menurut Sputnik, Kemenlu Yordania mengeluarkan nota protes resmi kepada rezim Zionis hari Senin (3/5/2021) dan menyebut perilaku ekstrem Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa sebagai pelanggaran berat terhadap kedudukan historis dan hukum internasional bangunan bersejarah itu.

Kemenlu Yordania menegaskan bahwa Masjid Al-Aqsa adalah tempat ibadah umat Islam, dan Kantor Wakaf Masjid Al-Aqsa adalah satu-satunya badan yang berwenang untuk mengelola semua masalah masjid ini.

Kementerian Luar Negeri Yordania meminta rezim Zionis untuk menghentikan agresi dan eskalasi ketegangan serta menghormati status sejarah dan hukum Masjid Al-Aqsa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania juga meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel supaya menghentikan serangan yang sedang berlangsung di Masjid Al-Aqsa.

Selama beberapa pekan terakhir, serangkaian serangan oleh pemukim Israel di Masjid Al-Aqsa semakin intensif.

Penyerangan Masjid Al-Aqsa dilakukan sejalan dengan proses Yahudisasi dan upaya untuk mengubah status Masjid Al-Aqsa, serta memaksa warga Baitul Maqdis meninggalkan tempat suci ini.

Gerakan Jihad Islam Palestina

Seruan Jihad Islam Palestina untuk Melanjutkan Perlawanan

Gerakan Jihad Islam Palestina menekankan bahwa perlawanan Palestina tidak bisa dijegal dengan penghalang militer dan keamanan apapun yang dibuat rezim Zionis.

Kantor berita Palestina, Sama melaporkan Ahmed al-Mudallal, salah satu pemimpin gerakan Jihad Islam Palestina, pada hari Senin (3/5/2021) menyebut operasi anti-Zionis sebagai tanggapan alami atas kejahatan Israel terhadap warga Palestina yang tinggal di Baitul Maqdis dan Hay al-Sheikh Jarrah.

"Rakyat Palestina dan gerakan perlawanan tidak akan tinggal diam menanggapi kejahatan rezim ini yang hidup dalam ilusi," ujar Al-Muidallal.

Media Israel melaporkan Minggu malam bahwa tiga tentara Zionis terluka, dua di antaranya dalam kondisi kritis, ketika seorang wanita Palestina melancarkan aksi penembakkan ke arah pejabat Israel di sebuah pos pemeriksaan di kota Nablus, Tepi Barat selatan.

Pengadilan Israel pada hari Minggu memerintahkan penyitaan beberapa rumah Palestina di daerah Sheikh Jarrah di Baitul Maqdis yang diduduki rezim Zionis.

Gelombang Baru Serangan Siber Hantam Perusahaan Zionis

Beberapa outlet media telah melaporkan gelombang baru serangan siber terhadap perusahaan retail yang berada di Palestina Pendudukan.

Situs Marker dan basis Zionis GNS hari Senin (3/5/2021) melaporkan, gelombang baru serangan siber yang menargetkan beberapa perusahaan Israel, termasuk perusahaan Veritas dan Match.

Menurut laporan tersebut, peretas telah mengambil sekitar 110 GB informasi dari perusahaan Match dan 9 GB dari Veritas.

Menurut laporan media, pelaku serangan ini adalah kelompok baru yang memperkenalkan diri sebagai "NetWorm" dan kelompok ini telah mengirimkan tenggat waktu kepada perusahaan yang menjadi sasaran untuk menuntut pembayaran ratusan ribu dolar demi mencegah bocornya informasi tersebut ke publik.

Pakar keamanan siber mengatakan serangan ini menjadi peristiwa pemerasan rutin yang bertujuan untuk mempermalukan Israel. Para ahli Israel mengklaim penyebab utama serangan berasal dari Iran.

Serangan siber ini adalah bagian dari rangkaian peristiwa yang menimpa Israel dalam beberapa hari terakhir.

Pada Sabtu pagi, sumber berita melaporkan kebakaran di salah satu fasilitas kilang Bazan di Haifa Pada Kamis pagi, sumber-sumber lokal melaporkan sirene yang membunyikan peringatan serangan rudal di sekitar fasilitas nuklir Dimona

hja

Ilustrasi rudal Hamas

Hamas Serukan Perlawanan terhadap Aksi Zionis di Al Aqsa

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas menyerukan tanggapan atas serangan yang dilancarkan Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa.

Menurut laporan televisi Al-Mayadeen, Hamas hari Selasa (4/5/2021) mengeluarkan seruan untuk menanggapi penyerbuan Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa.

"Kami menyerukan kepada bangsa Palestina untuk melawan serangan para pemukim Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa," kata Hamas dalam pernyataan kemarin.

"Pilihan bangsa kita untuk menghadapi kebiadaban dan penghinaan terus-menerus dari rezim agresor terhadap Masjid Al-Aqsa ada di atas meja," tegasnya.

Selama beberapa pekan terakhir, serangkaian serangan oleh pemukim Israel di Masjid Al-Aqsa semakin intensif.

Penyerangan Masjid Al-Aqsa dilakukan sejalan dengan proses Yahudisasi dan upaya untuk mengubah status Masjid Al-Aqsa, serta memaksa warga Baitul Maqdis meninggalkan tempat suci ini.

Tenggat Waktu Berakhir, Netantahu Gagal Bentuk Kabinet

Sumber media berbahasa Ibrani melaporkan berakhirnya tenggat waktu bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk membentuk kabinet baru.

Media rezim Zionis mengumumkan bahwa tenggat waktu yang diberikan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk membentuk kabinet baru telah berakhir pada hari Selasa (4/5/2021), dan ia gagal mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk membentuk kabinet di Knesset .

Netanyahu, yang memimpin partai sayap kanan Likud, gagal memenangkan 61 dari 120 kursi Knesset yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru rezim Zionis.

Presiden rezim Zionis, Reuvin Rivlin akan melanjutkan pembicaraan tentang pembentukan pemerintah mulai Rabu pagi ini.

Jihad Islam: Iran Tak Sekadar Bicara

Wakil Gerakan Jihad Islam Palestina di Iran mengatakan, terkait bela Palestina, Iran tidak sekadar bicara, hal ini dibuktikan dengan pembentukan Pasukan Quds, IRGC.

Abu Sharif menuturkan, "Menjadi kebanggaan bagi kami bahwa Pasukan Quds IRGC pernah dipimpin oleh Syahid Qassem Soleimani."

Dikutip Fars News, Rabu (5/5/2021), hal itu disampaikan dalam pertemuan bertema "Pembebasan Al Quds Sudah Dekat" yang digelar di Tehran dengan dihadiri Wakil Hamas di Iran, Khaled Qaddoumi, Wakil Jihad Islam, Nasser Abu Sharif, Wakil Hizbullah Lebanon Sayid Abdallah Safieddine, dan Deputi Politik dan Internasional, Komunitas Pembela Rakyat Palestina, Iran.

Dalam pertemuan itu Wakil Jihad Islam Palestina menegaskan bahwa proyek Israel di Palestina adalah proyek negara-negara Barat.

"Imam Khomeini memahami masalah ini, dan dukungan terhadap Al Quds merupakan hal yang pasti bagi beliau, Marja Taklid Syiah dan ulama dunia lainnya berpikiran sama dengan Imam Khomeini dalam hal ini," ujarnya.

Abu Sharif menambahkan, "Mesir adalah negara yang berdamai dengan Israel karena menandatangani Perjanjian Camp David, tapi Tuhan mengganti Mesir dengan Republik Islam Iran."

Penghancuran rumah warga Palestina oleh otoritas Israel 

 

Brigade Al Qassam Beri Peringatan Keras terhadap Israel

Komando Pusat Brigade Ezzedine Al Qassam sayap militer Hamas menanggapi berlanjutnya agresi, dan ancaman rezim Zionis Israel terhadap penduduk Sheikh Jarrah di Baitul Maqdis.

Dalam suratnya untuk Israel, Komando Pusat Brigade Al Qassam menegaskan, "Ini peringatan terakhir."

Seperti dikutip Fars News, Rabu (5/5/2021) Brigade Al Qassam memberikan peringatan terakhir kepada Israel terkait penyerangan ke wilayah Sheikh Jarrah di Baitul Maqdis.

Komandan Brigade Al Qassam Mohammad Deif mengumumkan, "Komando Pusat Brigade Al Qassam dan kelompok perlawanan tidak akan diam menyaksikan berlanjutnya kondisi ini, dan penjajah akan menerima balasan tegas."

Dalam surat yang diunggah akun media sosial Juru bicara Brigade Al Qassam Abu Obeida disebutkan, "Komando Pusat Brigade Al Qassam memberikan peringatan tegas dan terbuka kepada penjajah, jika serangan terhadap rakyat kami di Sheikh Jarrah tidak dihentikan, maka kami tidak akan tinggal diam, dan musuh akan menerima balasan tegas.

Bahar: Hak Pemilu Kami Diperoleh Bukan Karena Mengemis

Wakil Ketua Dewan Legislatif Palestina, PLC mengatakan, partisipasi penduduk Al Quds dalam pemilu adalah hak nasional yang diperoleh dari perjuangan dan perang melawan rezim Zionis Israel, bukan dari mengemis.

Ahmad Bahar, seperti dikutip Fars News, Rabu (5/5/2021) menuturkan bahwa penyelenggaran pemilu Palestina di kota Al Quds adalah garis merah.

Ia menambahkan, "Partisipasi penduduk Al Quds dalam pemilu merupakan hak nasional yang diperoleh dari perjuangan dan perang melawan Israel bukan dari mengemis."

Pada saat yang sama pejabat Hamas itu mengkritik keputusan Pemimpin Otoritas Ramallah Mahmoud Abbas untuk menangguhkan pemilu Palestina. Bahar menegaskan, "Warga wilayah Sheikh Jarrah harus dibantu."

Ia menekankan bantuan terhadap perlawanan warga Sheikh Jarrah dalam menghadapi Israel, dan mengumumkan perlawanan umum untuk membantu Al Quds.

Hamas: Iran Punya Komitmen Kuat Bela Perlawanan Palestina

Kepala Biro Politik Hamas mengajak umat Islam untuk mendukung para pembela Masjid Al Aqsa, dan berterimakasih kepada Republik Islam Iran atas komitmennya yang kuat dalam membela perlawanan Palestina.

Ismail Haniyeh, Rabu (5/5/2021) dalam konferensi virtual yang diselenggarakan TV Al Mayadeen untuk memperingati Hari Quds Sedunia mengatakan, “Al Quds selalu hidup di hati umat Islam.”

Ia menambahkan, “Hari ini Baitul Maqdis berhadapan dengan dua arena besar, karena ia berada dalam kondisi paling sulit dan berbahaya. Rezim Zionis Israel berusaha melakukan Yahudisasi dan menumpas rakyat Palestina dari sana, saat ini Israel sedang berusaha menguasai secara perlahan Masjid Al Aqsa, dan memaksakan pembagian waktu serta tempat masjid ini.”

Menurut Haniyeh, sekarang terdapat sebuah arena besar di Al Quds dan itu adalah arena pelawanan putra-putra Palestina yang mewakili seluruh umat Islam untuk memenangkan pertempuran atas rezim Zionis, militer dan pemukim Israel.

“Sekarang umat Islam harus berkata tidak kepada para penjajah, agresor dan para pihak-pihak yang ingin menduduki Masjid Al Aqsa, dan menegaskan bahwa Al Quds adalah ibu kota politik negara Palestina, dan akan tetap menjadi poros perlawanan di tanah ini,” pungkasnya.

Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah

Sekjen Hizbullah: Israel Menyadari akan Binasa

Sekjen Hizbullah Lebanon mengatakan rezim Zionis Israel menyadari bahwa masa depannya adalah kebinasaan, dan kubu perlawanan yang akan menentukan masa depan kawasan.

Sayid Hassan Nasrullah, Rabu (5/5/2021) seperti dikutip Fars News dalam pidatonya menyambut Hari Quds Sedunia yang disiarkan TV Al Mayadeen menuturkan, "Kita harus mengumumkan sikap kita terkait cita-cita Palestina secara jujur dan berani."

Ia menambahkan, "Pernyataan sebagian pihak yang menyebutkan bahwa rakyat Palestina sudah mengabaikan cita-cita dan tanah airnya, adalah penghinaan dan fitnah terhadap hak mereka. Peristiwa terbaru menunjukkan bahwa rakyat Palestina masih teguh membela haknya, dan hal ini menambah berat tanggung jawab umat Islam untuk membantu mereka."

Menurut Sekjen Hizbullah, poros perlawanan harus memperkuat solidaritas dan kekuatannya sehingga selalu bisa berada di samping rakyat Palestina dalam kondisi apa pun.

Ia menjelaskan, "Normalisasi hubungan sebagian negara Arab dengan Israel menyebabkan suara perlawanan semakin kencang dan tanggung jawab kita semakin berat."

Nasrullah menegaskan, berakhirnya kekuasaan Donald Trump, dan pion-pionnya di kawasan, tumbangnya proyek Perjanjian Abraham, dan pengakuan musuh atas kekalahannya, termasuk di antara faktor yang menunjukkan bahwa pembebasan Al Quds sudah dekat, dan Israel harus menyadari bahwa ia tak punya masa depan, dan berada di ambang kebinasaan.

Sekjen Hizbullah kemudian mengirim salam untuk jiwa besar Syahid Qassem Soleimani dan mengatakan, "Nama, foto dan pemikiran strategis Syahid Soleimani akan tetap abadi, kehadirannya di medan tempur dan nafas-nafas beliau akan terus hadir di medan-medan tempur poros perlawanan."

Di akhir pidatonya, Sayid Hassan Nasrullah meminta masyarakat dunia untuk membantu rakyat Palestina dengan segenap kekuatan dan fasilitas yang dimiliki, dan di Hari Quds Sedunia, di tengah bahaya virus Corona, meneriakkan sikapnya dengan cara apa pun tanpa melanggar langkah pencegahan.

Gagal Terobos Al Dhale, Puluhan Tentara Bayaran Saudi Tewas

Puluhan tentara bayaran pasukan koalisi Arab Saudi tewas dalam sebuah serangan yang gagal ke Provinsi Al Dhale, selatan Yaman.

Seorang pejabat militer Yaman seperti dikutip stasiun televisi Al Masirah, Sabtu (1/5/2021) malam mengumumkan, puluhan tentara bayaran pasukan koalisi Saudi tewas dan terluka dalam sebuah operasi yang gagal untuk menerobos ke Provinsi Al Dhale, selatan Yaman.

Pejabat militer Yaman itu menegaskan, dalam operasi ini beberapa komandan pasukan koalisi Saudi tewas di tangan militer dan komite rakyat Yaman, dan persenjataan mereka dihancurkan

Kegagalan itu menyebabkan pasukan bayaran Saudi mundur, dan puluhan lainnya masih berada dalam kepungan militer dan komite rakyat Yaman.

Perang di Marib, Yaman

Komandan Senior Pasukan Saudi Tewas di Marib

Sumber berita melaporkan kematian seorang komandan senior pasukan koalisi agresor Saudi dan seorang pemimpin kelompok teroris Daesh di provinsi Marib, Yaman.

Situs Al-Khabar Al-Yamani hari Minggu (2/5/2021) melaporkan, Brigadir Jenderal Saleh Darham al-Ramadi, komandan senior pasukan yang berafiliasi dengan Saudi, dan Saif al-Sanaani, wakil kepala intelijen kelompok teroris Daesh di Yaman tewas dalam pertempuran antara pasukan yang berafiliasi dengan Saudi dengan pasukan Yaman.

Dilaporkan, pertempuran  kubu koalisi Saudi bersama sejumlah komponen kelompok teroris Daesh menghadapi pasukan Yaman berlanjut di gebang masuk barat kota Marib.

Selama beberapa pekan terakhir, sejumlah komandan koalisi Saudi dan personel militernya tewas dalam pertempuran di Marib.

Jet-jet tempur koalisi agresor Saudi menargetkan kota Marib dan beberapa daerah lain di provinsi Marib setidaknya 25 kali pada Sabtu malam.

Arab Saudi yang didukung Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan blokade ketat dari arah darat, laut, dan udara.

Pecahnya perang yang dikobarkan oleh Arab Saudi dan sekutunya di Yaman sejauh ini telah menewaskan lebih dari 16.000 orang Yaman, melukai puluhan ribu orang, dan membuat jutaan orang Yaman kehilangan tempat tinggalnya.

Balas Serangan Saudi, Yaman Serang Pangkalan King Khalid

Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, mengatakan pasukan kami telah melakukan serangan terhadap situs militer sensitif di Bandara Najran dan Pangkalan Udara King Khalid di selatan Arab Saudi.

Brigadir Jenderal Yahya Saree mengumumkan pada Senin (3/5/2021) pagi bahwa Angkatan Udara Yaman dan komite rakyat telah meluncurkan operasi dengan dua rudal balistik Badr dan empat drone Qasef-2k di Bandara Najran dan Pangkalan Udara King Khalid di Khamis Mushait, selatan Arab Saudi.

"Serangan ini merupakan respons yang sah terhadap agresi dan blokade yang dilakukan terhadap rakyat Yaman," tegasnya seperti televisi Aljazeera.

Pangkalan udara King Khalid berulang kali menjadi sasaran serangan karena lokasinya yang paling dekat dengan perbatasan Yaman, di mana memudahkan jet-jet tempur Saudi untuk lepas landas dan mencapai target mereka di Yaman.

Jet-jet tempur milik koalisi agresor Saudi kembali mengebom sejumlah daerah di Provinsi Ma'rib pada Sabtu malam.

Perang Marib

Pasukan Mansour Hadi Kalah di Marib

Pasukan pemerintah terguling Yaman pimpinan Abd Rabbuh Mansour Hadi mengalami kekalahan di Marib setelah 120 tentaranya tewas dan terluka dalam pertempuran di provinsi yang terletak di timur laut Sanaa, ibu kota Yaman itu.

Surat kabar Al Akhbar, Rabu (5/5/2021) melaporkan, meski pasukan Mansour Hadi yang didukung Saudi gencar melancarkan serangan ke Marib, namun mereka gagal membendung kemajuan militer dan komite rakyat Yaman ke wilayah barat laut kota Marib.

Militer dan komite rakyat Yaman juga berhasil bergerak maju ke wilayah Al Mil di timur laut kota Marib, dan menggagalkan serangan pasukan Mansour Hadi ke timur wilayah Al Talaat Al Hamra.

Sejumlah sumber mengatakan, militer dan komite rakyat Yaman melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan Mansour Hadi dan kelompok teroris Al Qaeda di wilayah pegunungan Al Balaq Al Qabli.

Dalam serangan ini sejumlah pangkalan militer pasukan Mansour Hadi direbut militer dan komite rakyat Yaman, dan lebih dari 120 tentara bayaran Saudi tewas dan terluka.

 Sekjen Ansarullah: Saudi Harus Dahulukan Kepentingan Sendiri daripada Israel

Sekjen Ansarullah Yaman mengatakan normalisasi sebagian negara Arab dengan rezim Zionis Israel, berarti keluar dari jalan kebenaran dan pengkhianatan terhadap Islam dan umat Islam.

Sayid Abdul Malik Badreddin Al Houthi, Rabu (5/5/2021) seperti dikutip TV Al Mayadeen mengatakan, rakyat Yaman tidak akan pernah melupakan cita-cita Al Quds, dan pembebasan kota ini.

Ia menambahkan, “Rakyat Yaman menganggap Israel sebagai bahaya bagi seluruh umat, juga bahaya bagi keamanan dan stabilitas regional serta dunia. Israel adalah rezim perampok yang tidak punya legalitas, ia adalah tumor yang harus diberantas.”

Sehubungan dengan bentrokan yang terjadi antara pemuda Palestina dengan Zionis di sekitar Masjid Al Aqsa, Sekjen Ansarullah memuji para pemuda Palestina itu, dan kepada Israel ia mengatakan, “Kalian sekarang berada dalam himpitan yang besar, dan orang-orang yang yakin kepada Tuhan dan jujur dalam berjuang di jalan-Nya, akan bangkit melawan kalian.”

Menurut Al Houthi, sikap pemerintah Arab Saudi yang bersikeras melanjutkan penangkapan anggota Hamas merupakan bukti lain dari kepatuhan Riyadh pada Israel, dan pengkhianatannya terhadap umat Islam.

“Pemerintah Saudi harus mendahulukan kepentingannya, dan kemaslahatan perwira militer serta pilot-pilotnya daripada kepentingan Israel,” pungkasnya.

Menteri Listrik Irak Majid Mahdi Hantoush

Irak Sepakat Bayar Utang Pembelian Listrik ke Iran

Menteri Listrik Irak mengatakan, Republik Islam Iran sepakat untuk melanjutkan pasokan listrik dan gas ke Irak, dan Baghdad juga akan membayar utang-utangnya terhadap Tehran.

Majid Mahdi Hantoush, Minggu (2/5/2021) seperti dikutip IRNA di sela-sela pertemuan dengan Menteri Energi Iran Reza Ardakanian menuturkan, kerja sama erat yang dijalin Iran dan Irak diketahui semua orang.

Ia menambahkan, Republik Islam Iran dalam beberapa tahun terakhir memberikan bantuan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar yang diperlukan Irak, dan mengekspor listrik ke negara ini.

Hantoush menjelaskan, "Dalam beberapa pertemuan dengan pejabat Iran, dibicarakan pembayaran utang Irak ke Iran terkait listrik dan gas, dan kerja sama-kerja sama dua negara di bidang ini secara pasti akan diperluas."

Menurutnya, perusahaan-perusahaan Iran di Irak di semua bidang termasuk bahan bakar dan operasionalisasi pusat-pusat energi, saat ini tengah berlangsung.

Menteri Listrik Irak, Sabtu berkunjung ke Tehran untuk bertemu dengan Menteri Perminyakan dan Menteri Energi Iran.

Tiga Roket Hantam Pangkalan Militer AS di Baghdad

Pangkalan militer Amerika Serikat di dekat bandara Baghdad dihantam oleh beberapa roket pada Minggu (2/5/2021) malam.

Seperti dikutip Farsnews, suara sirene dilaporkan terdengar di Pangkalan Militer Victoria di dekat Bandara Internasional Baghdad. Pangkalan tersebut terkena serangan tiga roket 107 mm.

Beberapa hari lalu, tiga roket juga ditembakkan ke pangkalan Victoria yang ditempati oleh pasukan AS.

Banyak warga dan kelompok-kelompok Irak mendesak penarikan pasukan teroris Amerika dari negara mereka. Parlemen Irak juga telah menyetujui sebuah resolusi tentang penarikan pasukan AS.

Irak Dorong Dialog Regional Wujudkan Stabilitas Kawasan

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Irak, Ahmed Al-Sahaf menekankan upaya negaranya untuk memberikan kesempatan dialog di tingkat regional.

Ahmed al-Sahaf hari Minggu (2/5/2021)mengatakan bahwa Irak bukanlah mediator, tetapi kebijakan luar negerinya didasarkan pada upaya menciptakan peluang dialog di tingkat regional demi memperkuat stabilitas kawasan.

"Irak berusaha untuk mencapai keseimbangan antara semua pihak karena masalah regional saling terkait dan situasi regional membutuhkan upaya ekstensif untuk mengamankan kepentingan kolektif dan menyepakati aturan umum tentang keamanan, stabilitas, dan penggunaan peluang bersama," ujar jubir kemenlu Irak.

Ahmed Al-Sahaf juga menyinggung tantangan terkait terorisme, penyebaran virus Corona dan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional.

"Irak sedang bekerja keras untuk mendukung proyek kolektif di tingkat kawasan, memperkuat pasar bersama dan integrasi ekonomi," tegasnya.

Baru-baru ini, Financial Times mengutip tiga pejabat Irak yang mengklaim adanya pembicaraan langsung antara pejabat senior Saudi dan Iran dalam upaya untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara yang bersaing di kawasan.

Menurut laporan ini, pembicaraan langsung antara pejabat Saudi dan Iran terjadi di Baghdad yang berlangsung lima tahun setelah pemutusan hubungan diplomatik antara Riyadh dan Tehran.

Pasukan relawan rakyat Irak, Al-Hashd Al-Shaabi

Al-Hashd Al-Shaabi Hancurkan Persembunyian Teroris Daesh

Pasukan relawan rakyat Irak, Al-Hashd Al-Shaabi menghancurkan dua tempat persembunyian teroris Daesh di selatan Mosul.

Pusat penerangan Al-Hashd Al-Shabi hari Senin (3/5/2021) melaporkan keberhasilannya menghancurkan dua tempat persembunyian Daesh di selatan Mosul, juga membersihkan desa Al-Bijaniyah dan Ulya dari keberadaan kelompok teroris Daesh.

Operasi tersebut menimbulkan banyak korban dari pihak teroris Daesh.

Gelombang baru operasi gabungan pasukan Al-Hashd Al-Shaabi dan militer Irak untuk membersihkan dan menghancurkan elemen Daesh di wilayah selatan Mosul dimulai pekan lalu.

Meski Daesh berhasil dikalahkan di Irak, tapi sisa-sisa kelompok teroris ini masih tersebar di negara Arab itu.

Tentara Irak dan pasukan Al-Hashd Al-Shaabi melancarkan beberapa operasi untuk membersihkan berbagai bagian Irak dari cengkeraman kelompok teroris yang terus berlanjut hingga kini.

Kepala Hashd al-Shaabi Irak Bertemu Presiden Assad di Damaskus

Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Kamis (6/5/2021) malam, menerima pesan dari Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Damaskus, yang disampaikan oleh Falih al-Fayyadh, Kepala Gerakan Hashd al-Shaabi.

Menurut kantor berita resmi Suriah (SANA), pesan tersebut berbicara tentang hubungan bilateral Baghdad-Damaskus, isu-isu yang menjadi perhatian bersama, dan perkembangan politik dan keamanan, khususnya perang melawan terorisme, serta kerja sama kedua pihak untuk menumpas sisa-sisa teroris yang beroperasi di daerah perbatasan Irak-Suriah.

Bashar Assad dan Falih Fayyadh dalam pertemuan tersebut, bertukar pandangan mengenai situasi di kawasan, tantangan yang dihadapi kedua negara, serta pentingnya melanjutkan koordinasi dan konsultasi Irak-Suriah di berbagai bidang.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh para pejabat dari kedua negara termasuk duta besar Irak untuk Suriah.

Pasukan AS Jarah Produk Pertanian Suriah

Pasukan Amerika Serikat kembali menjarah produk pertanian warga Suriah di pinggiran utara provinsi Hasakah.

Kantoer berita Suriah, SANA melaporkan, pasukan  AS hari Sabtu (1/5/2021) mengangkut 10 truk gandum dan produk pertanian Suriah lainnya dari silo desa Tal Aloo di provinsi Hasakah dan membawanya ke utara Irak melalui penyeberangan ilegal Al-Waleed.

Sehari sebelumnya, pasukan AS mengangkut 32 truk berisi gandum dari Suriah ke luar negeri.

Militer AS dan elemen teroris afiliasinya telah hadir secara ilegal di wilayah utara dan timur Suriah untuk waktu yang lama. Mereka menjarah sumber daya minyak dan gandum negara itu, serta menyerang penduduk dan pasukan Suriah di daerah tersebut.

Pejabat Suriah berulang kali menekankan bahwa tindakan AS di Suriah merupakan pendudukan.

Amerika Serikat selama ini menajdi pendukung utama kelompok teroris di Suriah.

Krisis di Suriah meletus sejak tahun 2011 dengan masuknya kelompok-kelompok teroris yang didukung oleh Arab Saudi, Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengubah perimbangan kekuatan regional demi mendukung rezim Zionis.

Kedutaan Arab Saudi

Mengapa Saudi Ingin Pulihkan Hubungan dengan Suriah?

Delegasi Arab Saudi yang dipimpin oleh Kepala Dinas Intelijen Khalid bin Ali al-Humaidan telah bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad selama kunjungan baru-baru ini ke Damaskus.

Kedua belah pihak sepakat bahwa Arab Saudi akan membuka kembali kedutaannya di Damaskus sebagai langkah pertama untuk melanjutkan hubungan di semua bidang. Delegasi itu juga menyatakan bahwa Riyadh menyambut baik kembalinya Suriah ke Liga Arab dan partisipasinya dalam konferensi mendatang di Aljazair.

Untuk menilai alasan upaya Arab Saudi untuk memulihkan hubungannya dengan Suriah, pertama-tama kita harus melihat kebijakan Riyadh terhadap Suriah selama satu dekade terakhir.

Arab Saudi telah menjadi salah satu pendukung terpenting kelompok-kelompok teroris yang memerangi pemerintah Suriah selama satu dekade terakhir. Riyadh juga telah menghabiskan miliaran dolar untuk menggulingkan pemerintah Damaskus.

Persepsi Riyadh adalah bahwa perkembangan di dunia Arab dan jatuhnya empat diktator akan memperkuat geopolitik perlawanan di wilayah tersebut, dan bahwa langkah-langkah harus diambil untuk menggulingkan pemerintah Suriah, yang merupakan pusat perlawanan guna mencegah perubahan perimbangan kekuatan yang menguntungkan poros perlawanan.

Arab Saudi bersama Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Turki, rezim Zionis Israel dan beberapa negara Eropa kemudian menyatukan langkah untuk mendukung kelompok-kelompok teroris guna menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad.

Selain itu, Arab Saudi dan para aktor anti-Suriah lainnya juga bertindak di arena politik regional dan internasional untuk menekan dan meruntuhkan pemerintah Suriah. Di antara langkah yang diambil adalah penangguhan keanggotaan Suriah di Liga Arab, menghalangi rencana politik untuk penyelesaian krisis Suriah, menghasut para aktor global untuk menjatuhkan sanksi dan tekanan terhadap negara-negara pendukung Suriah, termasuk Rusia, Republik Islam Iran, dan Hizbullah di Lebanon.

Namun, satu dekade kemudian, Arab Saudi telah membuat perubahan yang jelas dalam kebijakannya terhadap Suriah. Para pejabat Riyadh tidak berbicara lagi tentang penggulingan pemerintah Damaskus, tetapi berusaha untuk memulihkan hubungannya dengan Suriah.

Sebelum kunjungan Kepala Dinas Intelijen Arab Saudi Khalid bin Ali al-Humaidan ke Suriah, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan dalam wawancara dengan CNN bulan lalu mengatakan, kami berharap pemerintah Bashar al-Assad akan mengambil langkah yang tepat untuk menyelesaikan krisis Suriah secara politik dan ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai kemajuan di Suriah. Kami, lanjutnya, membutuhkan stabilitas di Suriah, dan realisasinya membutuhkan solusi moderat dari pemerintah Damaskus.

Pertanyaan penting sekarang adalah mengapa Arab Saudi telah mengubah posisinya mengenai Suriah? Alasan pertama dalam hal ini adalah kegagalan rencana subversif terhadap pemerintah Suriah.

Perkiraan Arab Saudi dan para aktor anti-Suriah adalah bahwa mereka akan bisa mengubah sistem politik Suriah dengan mendukung kelompok-kelompok teroris dan memberikan tekanan habis-habisan terhadap pemerintah Damaskus, tetapi di tahun ke-11 krisis di Suriah, pemerintah negara ini justru mampu merebut dan mengontrol kembali lebih dari 90 persen wilayahnya. Selain itu, posisi politik Suriah juga telah kembali stabil baik di dalam maupun di luar negeri.

Alasan kedua adalah kegagalan penggulingan pemerintah Suriah telah menciptakan keretakan dalam poros antinegara ini. Uni Emirat Arab, sebagai salah satu sekutu utama Arab Saudi dalam kebijakan anti-Suriah telah lama menghidupkan kembali hubungannya dengan Damaskus. Negara-negara Arab lainnya juga menginginkan Suriah kembali ke Liga Arab. Pada saat yang sama, pergerakan pemerintahan baru AS juga menunjukkan bahwa kawasan Asia Barat bukan lagi prioritas bagi Washington.

Alasan ketiga adalah Riyadh telah mencapai kesimpulan ini bahwa ambisi regionalnya telah gagal. Suriah dan Yaman adalah wilayah terpenting dan pemerintah Arab Saudi tidak hanya gagal mencapai tujuan-tujuannya di kedua negara ini, tetapi juga menanggung beban berat atas kegagalan-kegagalannya itu.

Kegagalan itu, bersama dengan masalah lain seperti ketegangan dengan Qatar dan Iran, telah melemahkan posisi Arab Saudi di kawasan dibandingkan dengan masa lalu. Dengan demikian, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Arab Saudi telah berusaha membuat perubahan yang jelas dalam beberapa kebijakan regionalnya, termasuk terhadap Suriah.

Belasan Pengusaha Turki Ditangkap di Saudi

Sebuah organisasi hak asasi manusia melaporkan penangkapan 18 pengusaha dan investor Turki di Arab Saudi dalam setahun terakhir.

WikiLeaks melaporkan, organisasi hak asasi manusia, Sanad mengumumkan di laman Twitternya pada hari Selasa (4/5/2021) bahwa otoritas keamanan Saudi telah menangkap dan memenjarakan 18 pengusaha dan investor Turki yang tinggal di negara itu dalam setahun terakhir.

Kelompok hak asasi manusia, yang mencakup sekelompok pengacara dan aktivis hak asasi manusia Saudi, mengatakan para pria itu telah dipindahkan ke penjara politik Al-Dhahban di Jeddah, tapi hingga kini mereka belum diproses secara hukum atas tuduhan.

Tindakan aparat keamanan Saudi dalam menahan terdakwa selama satu tahun bertentangan dengan hukum peradilan negara ini, karena menurut undang-undang, jaksa tidak berhak menahan terdakwa lebih dari enam bulan dan kemudian mereka harus diekstradisi.

Organisasi hak asasi manusia terus menuntut pembebasan orang-orang ini dan semua tahanan yang telah ditangkap tanpa alasan.

Hubungan antara pemerintah Turki dan Arab Saudi renggang dalam beberapa tahun terakhir. Arab Saudi telah melakukan banyak upaya untuk menghukum Turki secara ekonomi dengan melarang barang-barang Turki memasuki negaranya, menolak visa turis untuk bepergian ke Turki dan menahan pengusaha Turki.

Mufti Sunni Suriah heikh Ahmad Badreddin Hassoun

Mufti Sunni Suriah: Imam Khomeini Hidupkan Al-Quds !

Mufti Sunni Suriah menyatakan bahwa Imam Khomeini telah menghidupkan kembali Al-Quds.

Mufti Sunni Suriah, Sheikh Ahmad Badreddin Hassoun pada Kongres Internasional Kedua Al-Quds hari Selasa (4/5/2021) mengatakan,"Imam Khomeini menghidupkan kembali masalah Al-Quds, mendukung kami setiap saat, dan mendukung Suriah, sehingga  musuh tidak mudah menembus menuju menuju Tehran, Irak dan Makkah,".

Sheikh Hassoun memandang perjuangan para syuhada seperti Syahid Soleimani akan terus berlanjut dan pasukan Quds akan membebaskan Al-Quds.

"Meskipun musuh menganggap kemenangan ini mustahil, tapi saya yakin kemenangan ini sudah dekat," ujar mufti Sunni Suriah.

Sheikh Hassoun mengkritik pemalsuan sejarah yang dilakukan rezim Zionis dengan mengungkapkan, "Mereka menyelewengkan agama ilahi dengan mengatakan bahwa tanah Palestina adalah untuk kelompok etnis tertentu saja. Orang-orang Muslim, Kristen dan Yahudinya harus diusir. Para penghuninya mengungsi, anak-anak mereka dibunuh, masjid-masjid dihancurkan dan gereja-gereja dibakar. Semua ini dilakukan dalam nama Sulaiman dan Yakub, para Nabi Tuhan,".

Kongres Internasional Quds ke-2 digelar secara virtual di Qom, mulai hari Selasa (4/5/2021) dengan menghadirkan pembicara dari 30 tokoh internasional dari Iran, Palestina, Malaysia, India, Afghanistan, Pakistan, Prancis, Argentina, Irak, Turki, Chili, UEA, Lebanon, Suriah, Inggris, Kanada dan Tunisia. (RA)

Tags