Jun 15, 2021 08:04 Asia/Jakarta

Dalam pemungutan suara yang dilakukan Parlemen rezim Zionis Israel atau Knesset, Minggu (13/6/2021) malam, Naftali Bennet berhasil meraih kepercayaan Parlemen dan terpilih sebagai Perdana Menteri Israel yang baru. Kenyataan ini menunjukkan berakhirnya kekuasaan Benjamin Netanyahu setelah berkuasa selama 12 tahun.

Sidang Knesset Israel memiliki banyak hal untuk diungkapkan.

Benjamin Netanyahu, yang telah menjadi perdana menteri Israel sejak 2009, mencoba untuk tetap menjabat setelah 12 tahun dan mencegah pembentukan kabinet baru. Para pendukung Netanyahu memicu kontroversi di Knesset untuk mencegah pelengseran pemimpin Partai Likud dari kekuasaan, tetapi ketua parlemen mengusir mereka keluar dari ruang sidang.

Lobi, kontroversi, dan ancaman Netanyahu tidak berhasil, dan dia akhirnya, dengan wajah sedih, terpaksa menyerahkan kursi perdana menteri kepada Naftali Bennett.

Perdana Menteri Zionis Israel Naftali Bennett dan akhir kekuasaan Netanyahu

Poin lainnya, perilaku Netanyahu dan pendukungnya di dalam dan di luar parlemen sangat mirip dengan peristiwa Januari 2021 di Amerika Serikat dan penyerangan pendukung Donald Trump di Kongres AS. Pola perilaku ini menunjukkan bahwa demokrasi dan transfer kekuasaan secara damai tidak masuk akal bagi orang-orang seperti Trump dan Netanyahu.

Pada saat yang sama, perilaku ini menunjukkan seberapa banyak orang-orang ini telah merugikan negara lain melalui kekerasan politik mereka dan sejauh mana mereka telah menimbulkan tantangan dan ancaman bagi keamanan global.

Isu lainnya adalah Netanyahu hari Minggu mencoba menyampaikan dua pesan kepada masyarakat Israel dan lawan politiknya dengan pernyataannya, terutama pernyataan bahwa ia akan segera kembali berkuasa. Pesan pertama adalah bahwa Netanyahu dan sekutunya tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk melengserkan kabinet baru.

Pesan kedua adalah bahwa meskipun Netanyahu berjanji untuk kembali berkuasa, dia prihatin dengan kasus korupsinya di pengadilan Israel. Salah satu alasan Netanyahu berusaha untuk tidak kehilangan jabatan perdana menteri selama dua tahun terakhir adalah karena ketakutan akan dipenjara karena kasus korupsi.

Oleh karena itu, mengingat suasana parlemen dan rapuhnya kabinet, tidak dapat berharap umur panjang dari kabinet baru dan pemilihan umum parlemen lebih awal tidak akan jauh dari yang diharapkan.

Hal lain adalah bahwa ruang Knesset Israel menyaksikan peresmian kabinet yang ciri khas terpentingnya adalah kerapuhan yang tinggi. Naftali Bennett mengepalai kabinet yang terdiri dari wakil-wakil dari partai-partai kiri, moderat dan Arab, sementara Bennett sendiri mengepalai partai sayap kanan Yamina. Boleh dikata bahwa sangat sedikit kabinet di Zionis Israel yang begitu penuh warna dan penuh dengan orang-orang dengan kecenderungan yang saling bertentangan.

Di sisi lain, jabatan perdana menteri akan dirotasi antara Naftali Bennett dan Yair Lapid, di mana Lapid akan mengambil alih jabatan ini dari Bennett mulai November 2023. Tidak hanya itu, bahkan jabatan menteri luar negeri juga akan dirotasi.

Di satu sisi, situasi ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan antara Bennett yang sayap kanan dan Lapid yang sayap kiri, mirip dengan situasi antara Netanyahu dan Gantz tahun lalu. Di sisi lain, situasi ini membuat kabinet baru Israel hanya menjadi kabinet yang dibentuk untuk "melewati Netanyahu", dan tidak bisa menjadi kabinet yang kuat untuk menstabilkan Wilayah Pendudukan, masalah yang juga disebutkan Netanyahu hari Minggu.

Netanyahu, yang sekarang memimpin partai oposisi terbesar di kabinet, Likud, menyebut kabinet Bennett "lemah dan berkompromi" berdasarkan "aliansi berbahaya".

Akhir kekuasaan 12 tahun Benjamin Netanyahu

Selain itu, kabinet baru dibentuk dengan suara minimal dari anggota parlemen. Hanya 60 anggota Knesset yang memilih untuk mendukung kabinet Bennett hari Minggu, dengan 59 suara menentangnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kabinet baru memiliki sejumlah besar oposisi bersatu. Pada saat yang sama, kepergian hanya satu partai dari kabinet dapat menyebabkan keruntuhannya.

Oleh karena itu, mengingat suasana parlemen hari Minggu dan rapuhnya kabinet, tidak dapat berharap umur kabinet baru akan sangat lama dan pemilihan umum parlemen lebih awal tidak akan jauh dari yang diharapkan.

Tags