Jul 19, 2021 12:28 Asia/Jakarta

14 Juli 2015, menandai hari di mana Iran dan kelompok 5+1 menyelesaikan kesepakatan tentang program nuklir Republik Islam.

Perjanjian yang dikenal sebagai JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama) dimaksudkan untuk meringankan sanksi PBB dan AS terhadap Iran dengan imbalan penghentian beberapa aspek paling mendasar dari industri nuklir negara itu.

Namun, dengan pemilihan umum presiden AS 2016 dan Trump menjabat, kesepakatan internasional itu hampir runtuh.

Dia meninggalkan kesepakatan pada Mei 2018 secara sepihak dan memberlakukan kembali sanksi terberat yang pernah ada terhadap Iran yang telah dicabut JCPOA.

Terlepas dari penarikan resmi pemerintah AS dari JCPOA, Iran terus menerapkan perjanjian dengan harapan pihak-pihak Eropa akan bekerja sama untuk menjaga kesepakatan itu tetap berlaku.

Joe Biden, Presiden Amerika Serikat saat ini, telah berbicara tentang kesediaannya untuk mengembalikan negaranya ke kesepakatan Iran, tetapi, dalam praktiknya, pemerintahannya sejauh ini menolak untuk menghapus semua sanksi anti-Iran karena pembicaraan baru tentang kebangkitan JCPOA sedang berlangsung di Wina.

Sebelumnya, Rahbar Iran, Ayatullah Khamenei telah menekankan bahwa AS harus menghapus semua sanksi sebelum Iran kembali ke komitmen JCPOA.

Tags