Apakah Tentara Israel di Ambang Krisis Sumber Daya Manusia?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i181414-apakah_tentara_israel_di_ambang_krisis_sumber_daya_manusia
Militer Israel secara resmi mengungkapkan untuk pertama kalinya "krisis sumber daya manusia yang parah" di seluruh unit tempurnya dan memperingatkan bahwa krisis ini secara langsung mengancam keamanan internal rezim tersebut.
(last modified 2025-12-02T08:29:47+00:00 )
Des 02, 2025 18:58 Asia/Jakarta
  • Apakah Tentara Israel di Ambang Krisis Sumber Daya Manusia?

Militer Israel secara resmi mengungkapkan untuk pertama kalinya "krisis sumber daya manusia yang parah" di seluruh unit tempurnya dan memperingatkan bahwa krisis ini secara langsung mengancam keamanan internal rezim tersebut.

Militer Israel mengumumkan krisis tenaga kerja yang parah di semua unit tempurnya dan menyatakan bahwa krisis ini secara langsung mengancam keamanan internal rezim.

Pertanyaan pertama adalah, apa saja tanda-tanda krisis tenaga kerja di militer Israel?

Tentara Israel mengumumkan bahwa militernya kekurangan 1.300 perwira di semua unit tempur, mulai dari pangkat letnan dua hingga kapten. Laporan militer rezim ini menyatakan bahwa terdapat kekurangan hampir 300 perwira berpangkat mayor di berbagai unit tempur.

Laporan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa 30 persen komandan senior militer rezim ini akan meninggalkan angkatan bersenjata mulai tahun depan. Militer Israel memperkirakan bahwa 30 persen prajurit cadangan dan prajurit tetap tidak akan kembali ke unit mereka tahun depan.

Menurut perkiraan yang diterbitkan oleh militer Israel, sekitar 37 persen perwira militer rezim ini bersedia melanjutkan tugas mereka, sementara angka ini mencapai sekitar 58 persen pada tahun 2018.

Pertanyaan penting lainnya adalah: Apa penyebab krisis kemanusiaan di militer Israel?

Krisis tenaga kerja di militer Israel tampaknya berakar terutama pada masalah militer dan ekonomi. Secara militer, perang jangka panjang dan konflik yang berkelanjutan, terutama dalam dua tahun terakhir, telah menyebabkan atrisi, kelelahan kronis, dan demotivasi di antara pasukan dan keluarga mereka.

Laporan militer Israel juga menyatakan bahwa 70 persen keluarga cadangan menghadapi masalah dan krisis akibat perpanjangan masa tugas mereka. Selain itu, perang yang berlangsung selama dua tahun telah melelahkan militer Israel dan keluarga mereka serta menggelapkan kehidupan mereka.

Secara ekonomi, tingginya biaya hidup dan daya tarik pekerjaan sipil telah mendorong banyak pasukan untuk meninggalkan militer dan memasuki pasar kerja.

Faktanya, militer Israel percaya bahwa mempertahankan pekerjaan ini praktis tidak hemat biaya, mengingat lamanya kehadiran di berbagai medan perang dan kesenjangan yang besar antara gaji di militer dan pendapatan sipil. Karena alasan ini, mereka lebih memilih untuk melarikan diri atau meninggalkan militer daripada tetap menjadi anggota militer.

Pertanyaan lainnya adalah apa konsekuensi dari terbentuknya krisis tenaga kerja di militer Israel?Krisis ini akan memiliki berbagai konsekuensi yang bahkan secara implisit disebutkan dalam laporan militer.

Tentara Israel menyatakan bahwa krisis sumber daya manusia telah mencapai tahap yang memengaruhi keamanan rezim Zionis dan harus dianggap sebagai krisis serius.

Selain itu, kepergian 30% komandan pada tahun depan berarti hilangnya pengalaman dan kohesi organisasi. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan serius dalam manajemen operasi dan pelatihan pasukan.

Selain itu, kegagalan untuk mengembalikan pasukan cadangan akan sangat membatasi kapasitas tentara untuk mobilisasi cepat dalam situasi darurat.

Beberapa sumber dan analis juga menyatakan bahwa pengurangan pasukan cadangan dan perwira akan membuat tentara lebih rentan terhadap potensi ancaman dari kelompok perlawanan atau negara-negara di kawasan. Pengurangan sumber daya manusia dapat menjadi kelemahan strategis rezim terhadap ancaman eksternal.(PH)