Siapa Bisa Menjamin Produk-Produk Israel dan AS Tak Dipasangi Bom?
(last modified Thu, 26 Sep 2024 11:42:41 GMT )
Sep 26, 2024 18:42 Asia/Jakarta
  • Siapa Bisa Menjamin Produk-Produk Israel dan AS Tak Dipasangi Bom?

Parstoday – Terorisme teknologi adalah bentuk baru yang belum lama ini menjadi metode teror mengerikan yang dilakukan Israel, di Lebanon.

Sebagaimana diketahui, Rezim Zionis minggu lalu melancarkan peledakan luas dalam waktu dua hari dengan menggunakan peralatan-peralatan komunikasi di Lebanon.
 
Oleh karena itu, pada kesempatan kali akan diulas secara singkat seputar bahaya menjalin hubungan perdagangan dengan Israel, dan dampak-dampak aksi teror terhadap perekonomian Rezim Zionis.
 
 
Ketidakamanan Pasar Dunia
 
Salah satu instrumen yang digunakan negara-negara Barat, adalah mengendalikan pasar. Kenyataannya kendali atas semua yang dijual, diproduksi, dan diberikan izin, ada di tangan negara-negara Barat.
 
Akan tetapi saat ini muncul pertanyaan besar, apakah ada jaminan bahwa negara-negara Barat, dan Rezim Zionis, tidak memasang bom di produk-produknya?
 
Bruce Schneier, pakar keamanan teknologi di Harvard Kennedy School, dalam catatannya di surat kabar New York Times menulis, "Masih tidak jelas bagaimana kita bisa melindungi diri dari serangan-serangan semacam ini. Rantai jaminan hi-tech (teknologi tinggi), kompleks dan global."
 
Paolo Triolo, pakar masalah kebijakan di bidang teknologi meyakini bahwa serangan teror terbaru Israel, di Lebanon, kemungkinan telah menciptakan kekhawatiran di negara lain bahwa rantai jaminan peralatan elektronik akan menjadi sensitif, dan evaluasi atas bahaya potensial bersandar pada para pemasok tak dikenal, harus dilakukan kembali.
 
Surat kabar New York Times menulis, "Komputer-komputer kita rentan bahaya, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kendaraan, lemari es, termostat rumah, dan banyak peralatan lainnya di sekitar kita, tidak terkecuali dari bahaya ini."
 
 
Dampak Negatif Terorisme Teknologi bagi Ekonomi Israel
 
Para analis mengatakan serangan terbaru Israel, bukan hanya merugikan kepentingan strategis rezim ini, tapi juga ekspor produk-produk teknologi negara-negara Barat dan Israel.
 
Patrick Kingsley, jurnalis surat kabar New York Times, menulis, "Israel, dalam pandangan kawan dan lawan, dari sisi teknologi, kuat, tapi dari sisi strategi, nampak kebingungan."
 
Mantan Perdana Menteri Rezim Zionis Ehud Olmert, meyakini bahwa para pejabat tinggi Israel, gagal dalam melakukan langkah-langkah efektif.
 
 
Runtuhnya Kuasa Dolar Seiring Hilangnya Kepercayaan Dunia
 
Terorisme teknologi yang buktinya terlihat dalam peledakan peralatan komunikasi di Lebanon, di sampaing penyalahgunaan Amerika Serikat, atas pengaruh dolar, secara perlahan sedang menggerus kepercayaan dunia terhadap Barat.
 
Sekarang hegemoni AS, sebagai pedukung terbesar Israel, sedang jatuh, dan dengan ditemukannya model-model alternatif serta aliansi-aliansi ekonomi non-Barat, seperti BRICS atau Organisasi Kerja Sama Shanghai, yang menempuh upaya-upaya lebih adil dalam menumbuhkan ekonomi negara-negara dunia, telah menempatkan AS, pada posisi sulit dalam menjaga pengaruh globalnya. (HS)