Aug 19, 2020 17:18 Asia/Jakarta

Sejarah politik Iran diwarnai dengan konspirasi, permusuhan, dan intervensi Amerika Serikat. Permusuhan ini sudah berusia lebih dari setengah abad. Intervensi AS di Iran ditandai dengan kudeta 28 Mordad 1332 Hijriyah Syamsiah (Agustus 1953) dan penggulingan sebuah pemerintahan demokratis.

Dokumen kudeta yang sudah dirilis ke publik oleh Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) menunjukkan bahwa Amerika-Inggris secara langsung terlibat dalam aksi makar itu. Kudeta 28 Mordad dilakukan oleh CIA dengan dukungan langsung Dinas Intelijen Inggris (MI6).

Kudeta ini bertujuan untuk menggulingkan Perdana Menteri Iran Mohammad Mosaddegh dan mengembalikan posisi Mohammad Reza Pahlavi sebagai Raja Iran serta memanfaatkan posisi geopolitik Iran di wilayah Asia Barat.

Surat kabar The Christian Science Monitor dalam satu analisanya tentang tujuan AS menggulingkan pemerintahan sah Iran menulis, "Jika pemerintah Mossadegh tidak digulingkan, pemerintah Inggris akan tumbang dalam satu atau dua bulan ke depan, dan pemerintahan berikutnya terpaksa harus bersikap lunak di hadapan Mossadegh demi menyelesaikan masalah minyak Iran dengan cara manusiawi dan diterima oleh dunia sehingga Inggris dapat keluar dari kebuntuan yang terjadi."

Berdasarkan dokumen yang dirilis oleh CIA dan Departemen Luar Negeri AS pada Juni 2000, perwakilan dinas keamanan Inggris mengusulkan penggulingan pemerintah Mossadegh kepada CIA dan mereka menerima jawaban positif dari Washington pada Maret 1952.

Kermit Roosevelt Jr, salah satu agen senior CIA di Timur Tengah menuturkan, "Itu adalah kudeta pertama yang sukses oleh CIA terhadap sebuah pemerintahan asing di bulan-bulan terakhir pemerintahan Truman."

Petinggi Partai Demokrat, Bernie Sanders dalam debat internal partai dengan Hillary Clinton pada 11 Februari 2016, menyinggung intervensi AS dalam penggulingan pemerintah di negara lain.

"… intervensi ini kembali ke 50 atau 60 tahun lalu, ketika AS terlibat dalam penggulingan pemerintah. Salah satu dari kasus ini penggulingan pemerintahan Mosaddegh pada 1953. Tidak satu pun dari pejabat AS yang tahu Mosaddegh; dia adalah perdana menteri terpilih bangsa Iran. Ia digulingkan dari kekuasaan untuk kepentingan AS dan Inggris, dan sebagai hasilnya, kediktatoran shah di Iran. Anda kemudian menyaksikan revolusi rakyat Iran, dan akhirnya kita sampai di titik sekarang ini. Hasil yang tidak diinginkan dan tidak terduga...," ujarnya.

Tepat 60 tahun setelah kudeta 28 Mordad, Dinas Intelijen Pusat AS (CIA) pada 19 Agustus 2013 mengakui secara terbuka bahwa mereka berada di balik kudeta penggulingan Perdana Menteri Iran yang terpilih secara demokratis, Mohammad Mossadegh.

Dokumen yang dibuka ke publik ini menyebutkan, "Kudeta militer dilakukan di bawah arahan CIA sebagai tindakan dari pelaksanaan kebijakan luar negeri Amerika Serikat." CIA menggunakan sandi TPAJAX (Operation Ajax) untuk plot penggulingan Mossadegh pada 19 Agustus 1953. Dokumen itu juga menyinggung kehadiran Kepala Divisi CIA untuk Timur Dekat dan Afrika, Kermit Roosevelt Jr di Tehran menjelang kudeta. Roosevelt adalah cucu Presiden Theodore Roosevelt dan sepupu jauh Presiden Franklin Roosevelt.

Dokumen CIA menjelaskan secara detail bagaimana AS dengan bantuan Inggris melakukan kudeta terhadap Mosaddeq. Dinas intelijen AS dan Inggris untuk mencapai tujuannya, menjalankan sebuah proyek yang rumit secara bersamaan. Ia terdiri dari beberapa langkah; menggunakan propaganda untuk melemahkan Mossadegh secara politik, mendorong Shah Pahlevi untuk bekerja sama, menyuap anggota parlemen, mengorganisir pasukan keamanan, dan memulai demonstrasi publik.

CIA pada salah satu bagian dari dokumen kudeta menulis, "Tujuan operasi AJAK adalah menggulingkan pemerintahan Mohammad Mossadegh, memulihkan kekuasaan Shah, dan mengganti pemerintahan Mossadegh dengan sebuah pemerintah yang akan mengatur Iran dengan kebijakan konstruktif." AS dan Inggris juga ingin menghadirkan sebuah pemerintah yang membuat Barat bisa mencapai kontrak minyak dengan Iran.

Roosevelt mengatakan, "Itu adalah kudeta pertama yang sukses oleh CIA terhadap sebuah pemerintahan asing."

Dokumen 28 Mordad menunjukkan bahwa AS tidak akan pernah membiarkan Iran menjadi sebuah negara independen, karena ini akan mencegah upaya memajukan kebijakan hegemoni AS di wilayah Timur Tengah.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat setelah 64 tahun, akhirnya juga mempublikasikan dokumen-dokumen terkait peristiwa kudeta 28 Mordad 1332 HS (Agustus 1953) di Iran.

Situs resmi Kemenlu Amerika, Kamis (15/6/2017) melaporkan, dokumen-dokumen ini menunjukkan bahwa AS secara langsung terlibat dalam penggulingan pemerintahan berkuasa Iran saat itu yang dipimpin Perdana Menteri Mohammad Mosadegh.

Menurut dokumen tersebut, Washington menyusun rencana untuk menggulingkan pemerintahan Mosadegh dan mengendalikan kudeta secara langsung.

Peran langsung Amerika dalam kudeta Agustus 1953 di Iran merupakan rangkaian intervensi Washington dan Inggris di Iran di era kemenangan nasionalisasi industri minyak di Iran. Saat itu, Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda memenangkan Iran dalam sengketa kontrak minyak dengan Inggris. (RA)