Imam Khomeini; Hamba Saleh dan Pembaharu Islam Murni Muhammadi
(last modified Sun, 30 Jan 2022 06:59:46 GMT )
Jan 30, 2022 13:59 Asia/Jakarta
  • Imam Khomeini
    Imam Khomeini

Imam Khomeini pada 12 Bahman 1357 Hs (1 Februari 1979) setelah bertahun-tahun berada di pengasingan selama lebih dari 14 tahun akhirnya kembali ke Iran dan menetapkan sendi-sendi revolusi paling unik sepanjang sejarah.

Revolusi di Iran yang menurut pengakuan saksi mata, pengamat dan analis selain membawa pesan spiritual, independensi dan nilai-nilai mendasar Islam serta berujung pada pembentukan pemerintahan Republik Islam Iran, juga membuat cahaya Islam murni Muhammadi semakin bersinar di dunia.

Tak diragukan lagi bahwa salah satu faktor kemunculan kembali ajaran murni Islam adalah arsitek besar Revolusi Islam Iran, Sayid Ruhullah Mousavi Khomeini yang dikenal dengan panggilan Imam Khomeini. Beliau dengan meneladani sirah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum as, meletakkan sendi-sendi pemerintahan Islam di dunia dan setelah 43 tahun dari usia dari sistem ini, pemerintahan Islam masih tetap menjadi tempat berlindung orang-orang tertindas dan para pencari kebebasan di dunia.

Detik-detik bersejarah kedatangan Imam Khomeini

Diriwayatkan ketika jumlah sahabat Rasulullah Saw mencapai 40 orang, Rasul diperintahkan Allah Swt untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Saat itu, mereka yang berada di dekat gunuh Safa menyaksikan Rasulullah Saw menginjak kerikil dan pasir serta dengan tekad kuat dan langkah tegas naik ke Safa dan dengan suara keras berkata, «یا صباحاه» (Sebuah panggilan saat ada bahaya atau hal-hal penting)

Dalam waktu singkat, warga berkumpul. Rasulullah Saw memandang orang-orang dengan kasih sayang dan belas kasihan yang tak terbatas dan mulai berkata: Pernahkah Anda mendengar kebohongan dari saya? Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang tidak benar? Semua orang berkata: Tidak! "Kami tidak melihat atau mendengar apapun darimu kecuali kejujuran dan kemurnian." Nabi kemudian berkata, jika aku mengatakan bahwa ada musuh bersiap untuk menyerang kalian, apakah kalian akan menolak untuk mempercayaiku dan memilih untuk mengabaikannya.

Setelah menarik perhatian masyarakat, Nabi mengatakan: "Sekarang, jika saya memberi tahu Anda bahwa penunggang kuda musuh datang dari belakang gunung ini dan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai ucapanku!  Ketahuilah dan sadarilah ! Setelah kehidupan ini, kalian memiliki dunia yang penuh gejolak, dunia yang memiliki banyak rasa sakit, penderitaan, siksaan, dan kemalangan! Oleh karena itu, saya memperingatkan kalian tentang siksaan berat yang akan kalian hadapi dan memperingatkan kalian tentang bahayanya."

Imam Khomeini juga memulai revolusinya dengan tujuan menghidupkan kembali agama Rasulullah Saw, dan di pidatonya tahun 1964, Imam memperingatkan peratifikasian draf kapitulasi dan konsesi penuh kepada Amerika serta pelanggaran kedaulatan nasional. Imam berkata, "Saudara-saudara, Saya memperingatkan adanya bahaya! Wahai politisi Iran, Saya umumkan adanya bahaya ! Wahai saudagar Iran, aku umumkan bahaya! Wahai militer Iran, wahai marja agama, Saya peringatkan adanya bahaya! Wahai ulama, santri, wahai marja, saudara-saudara, wahai Najaf, wahai Qom, wahai Syuhada, wahai Tehran, wahai Shiraz, Saya nyatakan ada bahaya!

Ayatullah Khamenei dan Imam Khomeini

Imam Khomeini, pemimpin besar Revolusi Islam, memiilki spririt ikhlas dan penghambaan, dan di setiap kondisi, perkataan dan perilakunya, ia selalu taat kepada Tuhan dan senantiasa mencari ridha-Nya. Ayatullah Khamenei, pengganti Imam Khomeini dan pemimpin besar Iran saat ini, terkait karakteristik Imam mengatakan, "Imam Khomeini seorang ahli ibadah yang berhasil membebaskan dirinya dari penghambaan kepada selain Tuhan dan ia benar-benar seorang hamba Tuhan. Ia membuat hatinya bersih dan jiwanya bersinar."

Pemimpin Revolusi ini dengan bertawakkal kepada Tuhan, mengikuti sirah para Imam Maksum as serta bersandar pada kemampuan bangsa telah menetapkan sendi-sendi revolusi yang termasuk peristiwa paling unik di sejarah Islam. Revolusi ini berhasil menggulingkan rezim yang memiliki akar 2.500 tahun. Ia menganggap kemenangan seluruhnya dari Tuhan.

Ayatullah Khamenei yang keberanian dan kepercayaannya juga diketahui semua orang, bersaksi bahwa dalam peristiwa yang mengerikan, ketika semua pejabat menemui jalan buntu dalam pekerjaan mereka, mereka mendatangi Imam dan dia memberi mereka kedamaian dan harapan. Ayatullah Khamenei mengatakan dalam hal ini: "Imam Khomeini, dengan koneksi spiritual dan kepercayaannya kepada Tuhan, selalu berdiri seperti gunung yang kuat dan tidak ada yang menggoyahkannya. Di sebagian besar arus negeri ini dan peristiwa-peristiwa revolusi, semua beban selalu ada pada Imam. Dia membimbing semua pejabat dan orang-orang dalam acara dengan satu kalimat dan mengakhiri kelemahan dan ketakutan."

Imam Khomeini (semoga Allah merahmatinya) sangat rendah hati karena kepribadian dan posisinya yang tinggi. Dia tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dari orang lain, tetapi menganggap dirinya sebagai pelayan rakyat dan tidak berusaha memenangkan gelar untuk dirinya sendiri. Untuk alasan ini, dia berulang kali memperingatkan untuk tidak memujinya.

Merujuk pada kebesaran dan kekuasaan Imam, Ayatullah Khamenei menggambarkan kerendahan hatinya kepada umat sebagai berikut: “Imam adalah orang yang mampu mengubah dan menggeser seluruh politik dunia dengan kekuasaannya. Kemauan yang kuat terhadap gunung-gunung besar yang kecil tersebut, bahasa fasih yang kata-katanya meledak dan memiliki efek seperti bom di dunia, setiap kali ia berbicara kepada rakyat, ia menganggap dirinya lebih kecil, dan di hadapan emosi dan keyakinan dan keberanian, kebesaran dan pengorbanan rakyat, menundukkan kepala dan berkata dengan rendah hati: "Rakyat lebih baik dari kita ...".

Al-Quran di Surat al-Anfal ayat 24 menyinggung para pembaharu Islam dan kepada orang beriman yang senantiasa hatinya dipenuhi cahaya iman mengatakan, "«یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا اسْتَجِیبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاکُمْ لِمَا یُحْیِیکُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ یَحُولُ بَیْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَیْهِ تُحْشَرُونَ» (Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan). Sesungguhnya sebuah aliran (ajaran) dapat memberi kehidupan jika hidup, dan Islam yang selalu dinamis dan hidup, dapat menghidupkan dan mencegah kematian pengikutnya.

Islam murni Muhammadi menurut pandangan Imam Khomeini adalah Islam yang sumber utamanya adalah al-Quran dan wilayah Ahlul Bait as. Sementara di periode ghibat Imam Mahdi as, marjaiyah politik dari ulama agama menjadi rujukan. Dengan kata lain, Islam yang murni adalah agama yang bersumber dari al-Quran, wilayah Ahlul Bait as dan marjaiyah politik ulama, serta berlandaskan pada akal dan rasio yang benar serta suara yang berdasarkan al-Quran.

Imam Khomeini meyakini bahwa Islam murni Muhammadi tidak memberi peluang orang kafir menguasai umat muslim, dan muslim dengan menjaga perintah dan larangan Tuhan serta mengikuti ayat al-Quran, senantiasa berada di atas.

Menurut perpektif Imam Khomeini, tuntutan keadilan dan anti-kezaliman merupakan karakteristik nyata Islam murni Muhammadi, Islam yang melawan kezaliman dan eksploitasi serta berusaha menegakkan keadilan sosial. Allah Swt menyebutkan penerapan keadilan sebagai tujuan agama sejak awal pengutusan para nabi. Di bagian ayat ke 25 Surat al-Hadid, Allah Swt berfirman: «لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَیِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْکِتَابَ وَالْمِیزَانَ لِیَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ... » (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan...)

Imam Khomeini terkait keadilan di Republik Islam Iran mengatakan, "Di Republik Islam, keadilan Islami dapat ditemukan, keadilan ilahi menaungi seluruh bangsa, apa yang ada di pemerintahan Taghut tidak ada di Republik Islam."

Banyak pengamat yang meyakini bahwa Imam Khomeini adalah pembaharu ideologi agama setelah Imam Maksum as; Sosok yang tujuan akhirnya dari Revolusi Islam dan menciptakan kebangkitan ideologi dan sosial, menghidupkan kembali Islam murni Muhammadi. Imam menilai Islam bukan ajaran yang terbatas pada amalan individu, dan ia meyakini universalitas agama dan kehadirannya di tengah sosial.

Pemimpin besar Revolusi Islam, bukan saja membawa revolusi Iran ke arah kemenangan, tapi juga menciptakan spirit persatuan dan persaudaraan Islam di seluruh masyarakat Islam. Revolusi Islam Imam Khomeini sebuah ledakan cahaya dan cahayanya menyelimuti seluruh negara Islam dan non-Islam, serta memberi kehormatan kepada kaum tertindas di seluruh dunia, dan khususnya bagi umat Islam ketika agama dipropagandakan sebagai candu bagi masyarakat, tapi Imam melalui Revolusi Islam telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam memiliki kemampuan untuk mengorganisir komunitas dan menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.