Konferensi Keamanan Munich Tribun AS Anti Iran
(last modified 2018-02-18T10:55:18+00:00 )
Feb 18, 2018 17:55 Asia/Jakarta

Pemerintah Amerika yang sampai saat ini tidak pernah mengabaikan peluang untuk menebar agitasi anti Republik Islam Iran, kali ini memanfaatkan Konferensi Keamanan Munich untuk meluapkan permusuhannya kepada Tehran.

Deputi menteri luar negeri Amerika Serikat John J. Sullivan hari Sabtu (17/2) di acara Konferensi Keamanan Munich mengatakan, kunci untuk membuat Presiden AS Donald Trump rela melanjutkan penangguhan sanksi anti Iran adalah diselesaikannya isu rudal Iran oleh juru runding Eropa.

AS-Iran

Terkait hal ini, Sullivan menambahkan, "Kami mengharapkan Eropa menyelesaikan isu program rudal balistik Iran sebelum 12 Mei sehingga kami mampu menunjukkan kepada Trump bahwa tengah terjadi berubahan."

Presiden Donald Trump sebulan lalu, ketika memperpanjang penangguhan sanksi anti Iran, mengatakan bahwa ini untuk terakhir kalinya ia melakukan penangguhan sanksi, kecuali jika Kongres Amerika dan Uni Eropa menyelesaikan cacat kesepakatan nuklir.

Penghapusan batas waktu pembatasan kesepakatan nuklir, penerapan pembatasan terhadap program rudal Iran dan aktivitas regional Iran termasuk syarat yang diajukan Washington untuk tetap komitmen terhadap kesepakatan nuklir.

Berdasarkan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) sanksi sepihak terkait nuklir oleh Amerika terhadap Iran ditangguhkan dan presiden Amerika berdasarkan undang-undang negara ini setiap empat bulan sekali memperpanjang penangguhan tersebut. Namun demikian sikap rakus Amerika tidak hanya puas dengan masalah ini saja.

Rudal Iran

Meski petinggi Amerika, berdasarkan JCPOA, tidak memiliki hak untuk mengungkapkan pandangan anti investasi di Iran, namun Herbert Raymond McMaster, penasehat keamanan nasional Gedung Putih seraya melakukan pelanggaran nyata komitmen JCPOA negaranya, saat menyampaikan pidato di Konferensi Keamanan Munich menilai Iran sebagai pemicu instabilitas di kawasan dan menuntut berbagai negara tidak berinvestasi di negara ini.

Pekan lalu Direktur Intelijen Nasional AS, Dan Coat di laporan tahunannya mencantumkan Iran sebagai salah satu ancaman bagi kawasan dan menekankan pentingnya upaya melawan pengaruh regional Iran.

Namun demikian sikap dan statemen yang diumbar Amerika di Konferensi Keamanan Munich langsung menuai respon. Deputi komite bidang luar negeri Dewan Federasi Rusia di sela-sela konferensi ini meminta deputi menlu Amerika menghormati hukum internasional dan menghormati komitmennya di JCPOA.

Sergey Kislyak mengatakan kepada petinggi Amerika, jika kalian mencapai kesepakatan dengan pihak lain, maka kalian harus secara berani dan rasional komitmen dengannya."

Sikap dan statemen permusuhan Amerika di Konferensi Keamanan Munich dapat dicermati sebagai penjajakan atas reaksi Iran terhadap statemen Amerika. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei tahun lalu di pidatonya di depan sejumlah komandan militer menilai poin kuat dan unggul pemerintahan Iran adalah spirit keberanian dan resistensi bangsa Iran terhadap ancaman dan represi kekuatan besar dunia.

Rahbar mengingatkan, "Salah satu metode kekuatan agresor untuk menakuti bangsa dan pemerintah serta memaksa mereka menjamin keamanan ilegalnya adalah mengumbar ancaman dan menunjukkan kebesaran dirinya."

Rahbar, Ayatullah Khamenei

Seraya mengisyaratkan beragam konspirasi sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran hingga kini, Rahbar menjelaskan, "Jika Republik Islam dan bangsa Iran takut akan kekuatan musuh, dan mundur dalam melawan mereka maka kini tidak akan ada tanda-tanda dari Iran dan bangsa ini."

Pejabat Gedung Putih dengan baik menyadari bahwa pertahanan dan kemampuan rudal adalah garis merah Iran dan Republik Islam di bidang ini tidak akan meminta ijin pihak lain atau bernegosiasi. Oleh karena itu, sepertinya ulah petinggi Amerika di Konferensi Keamanan Munich membidik Iran dimaksudkan untuk meraih konsesi dari pihak lain di JCPOA. (MF)

Tags