Apr 22, 2024 18:41 Asia/Jakarta
  • Cochav Elkayam-Levy
    Cochav Elkayam-Levy

Pengacara Israel, yang menggelar kampanye menuduh Hamas, melakukan kekerasan seksual secara sistematik pada 7 Oktober, beberapa hari setelah menerima hadiah Rezim Zionis, dituding media-media Israel, sebagai pelaku penipuan uang, dan penyebar berita hoaks.

Cochav Elkayam-Levy, pendiri komisi sosial "Kejahatan Hamas di 7 Oktober atas Perempuan dan Anak-Anak" hingga kini masih menjadi sumber utama media-media berita Barat, yang percaya bahwa pejuang Palestina, melakukan kekerasan seksual sistematik secara luas saat menyerang pasukan Israel, 7 Oktober lalu.
 
Bahkan dalam sebuah acara televisi CNN, Levy diundang berbicara sebagai pakar hak asasi manusia yang mendirikan sebuah organisasi sosial untuk mencatat bukti-bukti apa yang disebutnya sebagai kejahatan Hamas.
 
Surat kabar Haaretz, terkait Levy menulis, seolah ingin menyesatkan pemikiran publik, ia mengklaim aktivitas-aktivitasnya memastikan bahwa para pejuang Hamas, melakukan pemerkosaan secara sistematik terhadap wanita Zionis, pada 7 Oktober.
 
Setelah itu pada 6 Desember 2023, anggota Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, sekaligus Asisten Presiden, dan Direktur Dewan Kebijakan Gender Gedung Putih, Jennifer Klein, mengundang Levy ke Washington.
 
Dalam pertemuan itu, Levy menceritakan aktivitas-aktivitasnya mengumpulkan bukti-bukti terkait peristiwa 7 Oktober, dan rencananya menyusun sebuah laporan komprehensif seputar kekerasan seksual yang dilakukan Hamas.
 
Aktivitas-aktivitas Levy itu mengantarkannya untuk mendapatkan hadiah Rezim Zionis, yaitu penghargaan tertinggi yang diterima warga Israel, dari pemerintah Tel Aviv. Setelah menerima hadiah tersebut pada 21 Maret, Levy berkata, "Kita harus berdiri melawan pengingkaran keras, dan gelombang luas anti-Semitisme."
 
Akan tetapi tiga hari kemudian, surat kabar Yedioth Ahronoth, mengungkap kenyataan pahit terkait Levy. Ternyata pengacara Israel, itu telah menipu para penyandang dana dengan cerita-cerita fiktif dan bohong soal kejahatan Hamas, dan ternyata ia tidak menepati janjinya untuk menyusun laporan tentang kekerasan seksual pada 7 Oktober.
 
Salah satu pejabat pemerintah Rezim Zionis, sehubungan dengan hal ini mengatakan, "Rakyat sudah menjauh dari Levy, pasalnya penyelidikan-penyelidikan yang dilakukannya terbukti tidak benar."
 
 

 

 
Pemerintah Israel sangat marah, terutama karena Levy, menyampaikan kebohongan soal pejuang Hamas, mengeluarkan janin dari perut seorang perempuan Israel, yang hamil, sebelum diperkosa, kemudian memotong-motong tubuh janin. Kebohongan semacam itu pertama kali disebarkan oleh Yossi Landau, pendiri yayasan ZAKA.
 
Seorang pejabat Israel, berkata, "Terbukti bahwa cerita perempuan hamil yang perutnya disobek adalah bohong. Ia menyebarkan berita bohong ini melalui media-media internasional. Bukan lelucon. Para profesional perlahan menjauhi dirinya, karena ia tidak bisa dipercaya."
 
Lewat organisasi yang didirikannya, bernama Deborah Institute, Levy berhasil mengumpulkan dana jutaan dolar Amerika, tapi berdasarkan keterangan sumber pemerintah Zionis, ia mengalihkan seluruh dana bantuan itu ke rekening pribadinya setelah menipu para penyandang dana warga Yahudi-Amerika, semacam Rahm Emanuel, Dubes AS, untuk Jepang.
 
Menurut Yedioth Ahronoth, yang mengutip seorang pejabat Israel, Levy untuk menjalankan Komisi Sosialnya meminta bantuan dana sebesar 8 juta dolar, dan 1,5 juta dolar untuk manajemen dan koordinasi. Rahm Emanuel, lalu membantunya. Levy ternyata bukan hanya menipu Rahm, tapi banyak yang lainnya.
 
Meski demikian, setelah lebih dari lima bulan penelitian, pengacara Israel, ini tidak menunjukkan bukti-bukti akurat yang sebanding dengan sedemikian besar dana yang sudah diterimanya itu. Realitasnya, tidak ada rilis "laporan kekerasan" apa pun seperti yang dijanjikan Levy sebelumnya.
 
Berdasarkan sejumlah laporan, Levy, berusaha mencegah kunjungan Pramila Patten, Utusan khusus PBB, untuk kekerasan seksual dalam konflik, ke Israel, untuk menyaksikan secara langsung apa yang terjadi. Laporan Levy pada akhirnya dipropagandakan oleh Israel, dengan judul "Pembuktian" kekerasan seksual oleh Hamas.
 
Tidak ada bukti apa pun yang menunjukkan bahwa laporan tersebut benar, dan oleh PBB dinilai sama sekali tidak memiliki nilai riset. Terungkapnya kebohongan Levy, bersamaan dengan publikasi laporan di New York Times, yang menambah keraguan terkait klaim kosong kekerasan seksual sistematik yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
 
Berdasarkan laporan NY Times, tanggal 25 Maret, seorang petugas keselamatan Israel, yang berinisial G, dengan nama asli Guy Melamed, berbohong dengan mengatakan telah menemukan jasad seorang gadis remaja di Kibbutz Be'eri, dalam kondisi telanjang, dan telah diperkosa.
 
NY Times menulis, "Video yang diambil seorang tentara Israel, pada 7 Oktober di Be'eri menunjukkan tiga jasad korban wanita yang tampak memakai pakaian lengkap, dan tidak ada tanda-tanda kekerasan seksual."
 
Media-media Barat, pendukung Israel, sebelum serangan Israel, ke Gaza, berusaha memublikasikan secara luas kebohongan pemerkosaan, dan pemotangan kepala oleh Hamas. Orang-orang semacam Piers Morgan, wartawan Inggris, harus berhadapan dengan jawaban tegas analis semacam Dr. Mohammad Marandi, karena menyebarkan kebohongan ini dalam wawancaranya. (HS)