Apa yang Membuat Sedih Nabi Muhammad dan Imam Hussein Hari Ini?
Jul 17, 2024 22:04 Asia/Jakarta
Parstoday – Teladan dan ajaran-ajaran Imam Hussein as, dalam kebangkitan Asyura, sampai hari ini terus mempengaruhi orientasi dan langkah dari gerakan-gerakan perlawanan Islam.
Karbala, adalah madrasah kesadaran, dan penentuan sikap. Apa yang harus dilakukan seseorang untuk mengetahui tindakan paling tepat saat ini? Pengetahuan melimpah yang dimiliki oleh para sahabat Imam Hussein as terkait beliau.
Pada pembahasan kali ini akan diulas pandangan terhadap salah satu dimensi masalah penting ini, dan beberapa poin lainnya.
Gerakan Imam Hussein as, di hari Asyura, tahun 61 Hijriah Qamariah, dan darah suci yang tertumpah di Asyura, telah memperlihatkan tolok ukur kebebasan dan kemanusaiaan kepada sejarah sehingga menjadi bimbingan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan kata lain, Imam Hussein as, telah mendefinisikan serta mengajarkan identitas yang menyejarah dan menyeluruh, sehingga bukan hanya identitas Muslim, Sunni maupun Syiah, tapi juga identitas para penganut agama lain seperti Kristen, dan Hindu, didefinisikan ulang.
Tidak diragukan bahwa persatuan Islam, disebabkan oleh banyak faktor, tapi kecintaan umat Islam, terhadap Ahlul Bait, sebagai warisan Nabi Muhammad SAW, dan kunci untuk menjaga identitas Islam, memainkan peran sentral.
Beberapa peneliti menilai awal kebangkitan mazhab Ahlul Bait, dan Syiah adalah hari ke-10 Muharam. Setelah Asyura, kebangkitan-kebangkitan perlawanan Islam, terhadap kezaliman dan kerusakan memiliki nuansa yang berbeda.
Kata-kata terkenal, "Kullu yaumin Asyura wa Kullu ardin Karbala" menyinggung tegas masalah tersebut. Hal ini terlihat jelas dalam Revolusi Islam Iran, dan dalam perlawanan-perlawanan yang terjadi di Asia Barat, terutama dalam kebangkitan Islam, dan iman rakyat tertindas Palestina.
Sehubungan dengan ini, Ustadz Morteza Motahhari, saat meneriakkan penentangan terhadap Zionisme, di hari Asyura tahun 1390 Hijriah Qamariah, atau 1970, yang berujung dengan penangkapan beliau oleh Rezim Shah Pahlevi mengatakan,
"Apakah Anda ingin berharga di sisi Tuhan dan Nabi-Nya? Bahkan jika Anda ingin dihargai oleh berbagai bangsa dunia, Blok Timur dan Barat memperhitungkan Anda, mereka tidak menentukan nasib Anda, dan tidak mengambil keputusan untuk Anda, maka tegakkanlah Ammar Makruf dan Nahyi Munkar. Milikilah solidaritas dan empati. Hidupkan persaudaraan Islam, jauhilah ketidaktahuan, kelemahan, dan kebebasan tanpa batas. Untuk apa proyek-proyek ketidaktahuan ini? Supaya Anda tidak sadar, tidak paham, tidak tahu, lemah, dan tak punya kekuatan.
Jika Nabi Muhammad SAW hidup, hari ini apa yang dipikirkan beliau? Saya bersumpah Nabi Muhammad SAW hari ini di makam sucinya marah pada Yahudi. Kejadian yang membuat hati Nabi Muhammad SAW dan Imam Hussein as, berdarah hari ini adalah kejadian itu.
Jika kita ingin menghargai diri kita, dan acara duka Imam Hussein as, kita harus memikirkan jika Imam Hussein as, hari ini ada lalu bertanya slogan apa yang akan Anda sampaikan dalam acara duka saya? Tak diragukan beliau pasti berkata, "Jika Anda ingin menggelar acara duka untuk saya, dan memukul dada, maka slogan hari ini Anda, haruslah Palestina. Shimr hari ini adalah Moshe Dayan, Perdana Menteri Israel. Shimr, 1.300 tahun yang lalu sudah mati, kenalilah Shimr hari ini."
Gerakan Nabi untuk Menyelamatan Umat Manusia
Imam Hussein as, dengan kesyahidannya telah mempertahankan syariat tetap hidup, dan dengan menjaga syariat, beliau telah menjaga identitas umat Islam. Meski beliau berhadapan dengan Yazid, tapi tidak memulai perang. Ketika menjawab pertanyaan Tamim bin Qahbatah, yang mengatakan, "Hai putra Ali, sampai kapan kamu ingin melanjutkan permusuhan? Beliau menjawab tegas, "Apakah saya datang untuk memerangi kalian? Atau kalianlah yang memerangi saya? Apakah saya menutup jalan untuk kalian? Atau kalian yang menutup jalan untuk saya, dan saudara serta anak-anak saya?".
Jawaban untuk Sebuah Keraguan
Yazid putra Muawiyah memerintahan Walid bin Uqbah, yang saat itu menjabat sebagai Wali Madinah, jika Imam Hussein as, tidak berbaiat kepadanya, langsung dipenggal kepalanya. Kebijakan memenggal kepada adalah buah dari tidak adanya kebijaksanaan dalam diri Yazid, bukan buah dari gerakan Imam Hussein.
Pasalnya Yazid, telah memerintahkan pemenggalan kepala Imam Hussein as kepada Walid, namun saat itu belum ada gerakan dari Imam Hussein as. Maka dari itu muncul kata-kata bahwa bangkitnya Imam Hussein as merupakan bukti fitnah dan fasad atau kata-kata bahwa secara umum Imam Hussein as telah melakukan kesalahan besar, karena bangkit melawan.
Karena dengan kebangkitan itu umat Islam menjadi lemah, terpecah, dan berkonflik, serta menjadi landasan pertikaian hingga saat ini, semuanya adalah penilaian yang tidak adil. Sampai-sampai para ulama Sunni sendiri memprotes kata-kata itu, dan membantah kebenarannya. (HS)