Inilah Model Propaganda Israel
Selama sembilan bulan serangan Israel ke Jalur Gaza, lebih dari 38 ribu warga Palestina gugur. Tapi mengapa di jejaring sosial, seluruh netizen tidak protes atas kejahatan Israel terhadap warga Gaza? Bagaimana Israel mampu meyakinkan opini publik?
Besarnya pembantaian warga Gaza di tangan Israel menjadi jelas ketika kita mengetahui bahwa 40.000 warga sipil terbunuh dalam perang berdarah 20 tahun di Afghanistan. Meski demikian, pesan simpati terhadap Israel dapat dilihat di media sosial. Bagaimana Israel bisa membawa orang-orang ini bersama mereka? Ini adalah pertanyaan yang akan kami bahas dalam artikel dari Pars Today ini.
Konsep Jelek, kata yang indah
Selama invasi Amerika ke Irak, George Bush, presiden Amerika Serikat saat itu, dituduh menyiksa para tahanan di Guantanamo. Namun dalam pidatonya untuk membela kinerja pemerintahannya, alih-alih menggunakan kata penyiksaan, ia menggunakan kata metode interogasi tingkat lanjut. Dengan demikian, kata "penyiksaan" yang pahit dan kasar, yang menimbulkan reaksi negatif bagi penonton mana pun, menjadi kata lembut "metode interogasi tingkat lanjut" agar penonton tidak mengambil sikap keras terhadapnya. Cara ini disebut penafsiran yang baik atau juga eufemisme.
Eufemisme adalah teknik yang banyak digunakan saat ini oleh media Zionis. Misalnya, mereka menggunakan kata “serangan pembalasan” untuk serangan udara mereka terhadap wilayah pemukiman di Gaza.
Keterikatan menjadi lebih penting!
Di banyak game perang komputer, seperti Call of Duty: Modern Warfare (2019), markas teroris terletak di rumah sakit, dan pemain harus menyerang tempat tersebut untuk menang. Banyak film telah diproduksi dan dirilis pada tahun-tahun ini, di mana pahlawan film tersebut menyerang rumah sakit untuk menghancurkan para teroris; Seperti film Assault On Va-33.
Penonton film dan permainan ini lambat laun menerima bahwa teroris menggunakan rumah sakit sebagai tempat berlindung. Penerimaan mental ini membuat penonton dapat percaya ketika Israel menuduh pasukan Hamas membangun terowongan operasional di bawah rumah sakit, tanpa memberikan bukti. Pada saat inilah Israel membombardir rumah sakit Al-Ahli Arabdi Gaza dan membunuh 500 orang, namun rezim ini tidak berada di bawah tekanan opini publik. Teknik ini, yang telah berkali-kali digunakan oleh media Zionis, disebut media attachment.
Keterikatan media berarti bahwa jika Anda ingin melakukan sesuatu yang mungkin diprotes orang, Anda harus membuat audiens percaya bahwa itu adalah tindakan normal dan alami di media Anda beberapa saat sebelum rencana Anda dilaksanakan. Normalisasi ini membuat tekanan opini publik berkurang setelah Anda selesai.
Keterikatan dibuat selangkah demi selangkah
Lampiran atau keterikatan media terdiri dari dua langkah. Pada tahap pertama, dari bulan atau bahkan tahun sebelumnya, media hiburan mengulangi perilaku yang sama dengan cara yang berbeda dalam produksinya. Dengan begitu, aksi tersebut menjadi hal biasa bagi penontonnya. Dalam contoh di atas, keberadaan markas teroris di rumah sakit, di film dan permainan komputer, berada pada tahap ini. Pada tahap kedua, beberapa minggu sebelum operasi, dibuat klaim yang membenarkan pekerjaan Anda. Langkah dalam contoh sebelumnya ini mencakup klaim Israel bahwa Hamas hadir di rumah sakit Gaza, yang membenarkan serangan terhadap rumah sakit tersebut. Setelah dua langkah ini, orang akan menerima pembenaran Anda dengan mudah dan Anda dapat melakukan pekerjaan Anda dengan aman.
Terakhir, dapat dikatakan bahwa media Zionis berhasil mengelola opini publik dunia dengan menggunakan strategi khusus. Sampai-sampai pembantaian warga Gaza yang dilakukan tentara Israel kurang mendapat protes dari masyarakat seluruh dunia. Metode-metode ini hanyalah dua dari sekian banyak teknik Israel untuk mengalihkan opini publik dari kenyataan. (MF)