Kelanjutan Kejahatan Perang Saudi di Yaman
Arab Saudi memulai agresi militer ke Yaman pada tanggal 26 Maret 2015 dan hingga sekarang, rezim Al Saud belum menghentikan invasinya itu. Di bulan ke-19 dari agresinya ke Yaman, militer Arab Saudi kembali melakukan kejahatan perang mengerikan di negara tetangganya itu.
Jet-jet tempur Arab Saudi telah beberapa kali membombardir lokasi digelarnya acara berkabung mengenang kematian ayah Jalal al-Rowaishan, Menteri Dalam Negeri Yaman di Selatan Sanaa pada Sabtu (8/10/2016). Menurut sumber-sumber medis Yaman, lebih dari 700 orang tewas dan terluka.
Menarget warga tak berdosa di acara duka seperti itu menunjukkan puncak genosida dan kejahatan anti-kemanusiaan yang dilakukan oleh Arab Saudi di Yaman, di mana kejahatan ini dilakukan di bawah bayang-bayang kebungkaman lembaga-lembaga interasional.
Arab Saudi hampir setiap hari melancarkan serangan udara ke berbagai wilayah Yaman dan menyebabkan banyak warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan tewas dan terluka. Perlawanan rakyat Yaman terhadap pasukan agresor selama 19 bulan terakhir meski dengan fasilitas yang paling minim, namun telah mencegah mimpi-mimpin rezim Al Saud.
Sebelum memulai agresi ke Yaman yang mengusung sandi "badai mematikan," para pejabat Arab Saudi memperkirakan bahwa invasi ke Yaman hanya akan memakan waktu satu pekan, namun perlawanan rakyat negara itu telah menggagalkan semua impian rezim Al Saud itu.
Menghadapi kondisi seperti itu, rezim Al Saud tidak memiliki pilihan lain untuk keluar dari kubangan yang dibuatnya sendiri kecuali dengan cara melakukan berbagai kejahatan dengan senjata-senjata yang dikirim oleh negara-negara pengklaim pembela Hak Asasi Manusia.
Kekejaman terbaru Arab Saudi di Yaman sedemikian parahnya sehingga sekutu-sekutu kerajaan itu, termasuk Amerika Serikat terpaksa meresponnya. Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan, Washington akan segera meninjau ulang tentang dukungannya kepada Riyadh.
Sebelumnya, Adam Stamp, juru bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) menyinggung penarikan sejumlah besar penasihat militer AS dari Arab Saudi. Ia mengatakan, dukungan penasihat AS kepada koalisi militer pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman bukan sebuah cek kosong.
Sikap dan posisi AS tersebut tidak berpengaruh pada mesin-mesin perang koalisi pimpinan Arab Saudi. Apa yang bisa disimpulkan dari posisi tersebut adalah hubungan lama AS dengan Arab Saudi yang dijalin dalam kerangka mengobarkan perang di Yaman.
Jamie McGoldrick, Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman menyebut serangan jet-jet tempur Arab Saudi terhadap acara berkabung di Sanaa sebagai "mengejutkan." Ia menegaskan penghentian segera serangan terhadap warga sipil.
Meskipun AS dan PBB mengecam kejahatan mengerikan rezim Al Saud di Sanaa, ibukota Yaman, namun kebungkaman dan perilaku politik mereka terhadap agresi militer koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman selama 19 bulan ini sama halnya membiarkan mesin-mesin perang koalisi tersebut untuk senantiasa hidup.
Keputusan PBB untuk mengeluarkan nama koalisi pimpinan Arab Saudi dari daftar hitam pelanggar hak-hak anak di Yaman dan dukungan politik dan senjata Barat terutama AS kepada rezim Al Saud telah menyebabkan kelanjutan genosida di Yaman. Kebungkaman mematikan Barat dan kelanjutan kebijakan pengobar perang Arab Saudi menunjukkan kematian HAM di rumah jagal Barat dan PBB. (RA)