Menyingkap Sejumlah Penyebab Hancurnya Reputasi Uni Eropa
(last modified Sat, 03 Aug 2024 11:22:29 GMT )
Aug 03, 2024 18:22 Asia/Jakarta
  • Menyingkap Sejumlah Penyebab Hancurnya Reputasi Uni Eropa

Parstoday – Berdasarkan sebuah penelitian yang digagas Komisi Eropa, mayoritas warga Eropa, pesimis dengan masa depan Uni Eropa. Menurut beberapa laporan, dunia juga tidak punya pandangan yang positif terhadap Uni Eropa.

Jajak pendapat yang digagas Komisi Eropa, menunjukkan persentase reputasi Uni Eropa, di Jerman, antara bulan Mei hingga November, menurun, dan untuk pertama kalinya 48 persen warga Jerman, mengaku pesimis dengan masa depan Uni Eropa.
 
Hancurnya reputasi Uni Eropa, di antara warga Estonia, lebih besar dari Jerman, persentase terkait reputasi Uni Eropa, menurun sebesar 13 persen di Estonia.
 
 
Tantangan Perekrutan Buruh Murah dan Migrasi Ilegal
 
Surat kabar Jerman, melaporkan, dari satu sisi, menurunnya reputasi Uni Eropa, di antara warga Jerman, disebabkan karena Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, tidak menerapkan kebijakan migrasi bersama Eropa.
 
Pada tahun 2023, sekitar 380.000 orang memasuki wilayah Uni Eropa, secara illegal, dan jumlah ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2016.
 
Upaya Uni Eropa, untuk menemukan formula menghadapi migrasi illegal dari satu sisi, dan merekrut buruh murah di sisi lain, selama bertahun-tahun tidak membuahkan hasil karena perbedaan strategi setiap anggota Uni Eropa.
 
 
Tumbuhnya Gerakan-Gerakan Populis
 
Krisis imigran bukan satu-satunya masalah yang menghadapkan Uni Eropa, pada sebuah ujian sulit. Partai-partai politik populis sedang tumbuh subur di seluruh Eropa, dan skenario mengerikan keluarnya Inggris, dari Uni Eropa, juga mungkin diterapkan oleh negara lain.
 
Surat kabar Daily Mail, menulis, ketika Inggris, pada 23 Juni 2016 memutuskan keluar dari Uni Eropa, para pengamat memperingatkan bahwa perubahan ini secara pesimistis dapat memberikan efek domino kepada Eropa, dan mendorong negara lain mengikutinya.
 
 
Krisis Ukraina
 
Para analis mengatakan, salah satu faktor lain yang telah melunturkan kepercayaan dunia atas Uni Eropa, adalah krisis di Ukraina.
 
Krisis Ukraina, terjadi di salah satu kondisi paling buruk bagi Uni Eropa, tepat ketika Uni Eropa, tengah keluar dari krisis ekonomi akibat COVID-19. Perang Rusia dan Ukraina, telah menjerumuskan Uni Eropa, ke dalam gejolak baru.
 
Perang antara Rusia dan Ukraina, mempertontonkan dengan jelas konflik asasi di antara negara-negara Eropa, dan menciptakan jurang dalam dalam visi strategis mereka di tiga bidang kebijakan pertahanan bersama, pasokan energi di masa depan, dan posisi bersatu Eropa, di hadapan Rusia.
 
 
Standar Ganda terkait Asia Barat
 
Dalam hal ini, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan, dikarenakan standar ganda Uni Eropa, terkait perkembangan di Ukraina dan Asia Barat, mayoritas penduduk dunia telah kehilangan kepercayaan pada Uni Eropa.
 
Zakharova menuturkan, "Standar ganda dalam kebijakan luar negeri Uni Eropa, selalu diprotes. Kebijakan luar negeri yang tidak relevan dan seolah-olah ideologis Uni Eropa, telah menyebabkan hilangnya identitas politik secara total, dan hilangnya kepercayaan sebagian negara dunia."
 
Ia menambahkan, "Ketika Uni Eropa, membahas perang Palestina dan Israel, Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, tidak terburu-buru mengambil keputusan tegas, dan tidak menuduh pihak mana pun."
 
 
Tidak Adanya Koordinasi
 
Surat kabar Austria, menyebut nasionalisme dan tidak adanya koordinasi di antara negara-negara Eropa, sebagai salah satu alasan penurunan reputasi Uni Eropa, dan menurunnya peran organisasi ini dalam masalah-masalah internasional.
 
 
Ekonomi yang Melemah
 
Faktor lain dari penurunan reputasi dunia Uni Eropa, yang diakui oleh para pengamat adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari harapan Zona Euro.
 
Sebelumnya Komisi Eropa, mengumumkan, perekonomian Zona Euro, pada tahun 2024, akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari harapan.
Alasannya adalah kenaikan harga-harga, dan suku bunga tinggi Bank Sentral Eropa, yang telah menyebabkan pembatasan-pembatasan pada akreditasi.
 
Sehubungan dengan ini, institusi eksekutif Uni Eropa, memprediksikan Produksi Domestik Bruto, PDB, di 20 negara yang menggunakan mata uang euro, pada tahun 2024 hanya akan meningkat sebesar 0,8 persen, berbeda dari yang sudah diprediksi bulan November 2023 yaitu 1,2 persen.
 
Menurut keterangan Kepala Komisi Ekonomi Uni Eropa, Paulo Gentiloni, perekonomian Uni Eropa, selama tahun 2024 akan mengalami kesulitan dalam pertumbuhan, dan prospek kuartal pertama tahun 2024 masih suram. (HS)