Mengingat Pengalaman Indah Manusia; Kita Dikelilingi Teknologi
Parstoday- Teknologi yang pernah melayani kita, kini tampaknya terbalik, dan kita menjadi pelayan teknologi.
Di tengah hiruk pikuk dunia modern, kita mendapati diri kita dikelilingi oleh teknologi yang pernah menjadi impian kita. Dari gadget pintar hingga jejaring sosial, setiap gadget baru yang beredar di pasaran menjanjikan kehidupan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah. Namun apakah semua kemajuan teknologi ini membawa kita menuju masa depan yang lebih cerah, atau apakah kita kehilangan sesuatu yang berharga dalam perjalanannya? Dalam artikel dari Parstoday ini, dipaparkan gambaran singkat tentang masalah ini:
Mungkin dalam pandangan dangkal, kita berpikir bahwa teknologi adalah satu-satunya alat bagi kemajuan manusia; Jembatan antara manusia dan kemungkinan yang tak terbatas. Namun di balik penampilan glamor ini, terdapat kesenjangan yang semakin lebar antara kita dan umat manusia; Kesenjangan yang semakin hari semakin dalam. Sebuah kesenjangan di mana emosi, kreativitas, dan pemikiran mendalam telah digantikan oleh interaksi yang dangkal dan cepat.
Teknologi yang pernah melayani kita, kini tampaknya telah membawa kita menjadi pelayannya. Hal ini telah menjebak kita dalam rangkaian notifikasi, pesan, dan pembaruan tanpa henti. Di zaman ini, waktu tidak lagi dipandang sebagai sumber daya yang berharga, melainkan sesuatu yang harus diisi setiap saat, meski berarti kehilangan kedamaian dan pemikiran mendalam.
Di sisi lain, ketergantungan kita pada teknologi juga berdampak pada identitas kemanusiaan kita. Komunikasi manusia yang dulunya masuk akal melalui interaksi tatap muka, kini direduksi menjadi pesan teks singkat dan stiker. Kita hidup di dunia di mana emosi yang nyata dan mendalam diungkapkan dengan cara yang paling dangkal, semuanya atas nama kecepatan dan efisiensi.
Mungkin apa yang kita kenal sebagai “kemajuan” adalah penyimpangan dari jalur awal umat manusia. Menjadi manusia selalu ditentukan oleh refleksi, kreativitas, dan interaksi bermakna dengan dunia dan orang lain. Namun di dunia di mana teknologi mendominasi setiap momen kehidupan kita, apakah kita masih dapat mempertahankan makna asli dari menjadi manusia?
Di era digital, kita mencari kemajuan, namun mungkin kita perlu berhenti sejenak dan bertanya: apakah kemajuan ini membuat kita menjadi orang yang lebih baik? Atau apakah hal itu menghancurkan esensi sejati kemanusiaan kita?