Kabar Duka untuk Dunia Perfilman Iran
(last modified Sat, 28 Nov 2020 09:58:26 GMT )
Nov 28, 2020 16:58 Asia/Jakarta
  • Sinema Iran.
    Sinema Iran.

Minggu lalu adalah hari duka untuk dunia perfilman Iran. Dua tokoh senior di dunia perfilman yaitu: Changiz Jalilvand, pengisi suara yang sangat berpengalaman, dan Kambuzia Partovi, sutradara senior dan penulis naskah film Iran, meninggal dunia karena terpapar virus Corona.

Changiz Jalilvand

Pada 22 November 2020, salah satu tokoh pengisi suara (dubber/voice actors) di sinema Iran meninggal dunia. Changiz Jalilvand dikenal sebagai Golden Throat Man dengan suaranya yang berat.

Seni dubbing di Iran sudah berusia lebih dari tujuh dekade dan para dubber Iran termasuk di antara aktor pengisi suara terbaik di dunia, di mana suaranya sangat khas dan langgeng sehingga meninggalkan karya-karya bernilai di dunia perfilman.

Changiz Jalilvand.

Changiz Jalilvand bersama rekan-rekannya telah meninggalkan kenangan indah bagi para pecinta film di gedung sinema besar dan kecil. Suara Jalilvand adalah salah satu suara yang paling diminati di dunia dubbing Iran, sehingga perwakilan dari perusahaan-perusahaan besar sinema dunia mengizinkan film mereka diputar di Iran jika pengisi suara dubbing sang aktor adalah Jalilvand.

Jalilvand lahir di kota Shiraz pada tahun 1317 Hijriah Syamsiah (November 1938) dan memulai aktivitas seninya di dunia teater pada tahun 1336 HS dan ia dinobatkan sebagai salah satu dubber terbaik dunia pada tahun 1357 HS.

Jalilvand menuturkan bahwa ia memilih pekerjaan narator karena dia menonton banyak film selama masa kecil dan remaja dan suara para dubber pada saat itu menarik baginya. “Saya pikir itu menarik karena berbicara atas nama aktor film. Saya pikir akan baik untuk berbicara atas nama sang aktor! Saya tidak berpikir akan lebih baik untuk memainkan peran aktor. Tidak! Saya ingin berbicara seperti seorang aktor! Di rumah saya juga berbicara seperti itu,” kenangnya.

Salah satu bagian utama dari peran seorang aktor adalah suaranya, dan Jalilvand memainkan peran sebagai pengisi suara para aktor terkenal sinema Iran dan dunia. Dia telah mencatatkan rekor yang luar biasa dan tak tergantikan. Para pakar teknis dubbing mengenalnya sebagai salah satu dari sedikit orang yang menguasai seni ini, di mana menguasai teknik dubbing secara sempurna dan mampu menggunakan nada suaranya untuk keperluan yang berbeda.

Changiz Jalilvand telah mengisi suara untuk sekitar 4.000 film Iran dan asing serta memimpin dubbing untuk hampir 1.000 film. Dia pernah mengisi suara untuk film yang dimainkan oleh aktor terkenal dunia seperti, Marlon Brando, Paul Newman, Richard Burton, Brett Lancaster, Sean Connery, Bruce Willis, dan Ed Harris.

Dia telah mengisi dubbing untuk 24 film yang dimainkan oleh Brett Lancaster, 16 film Paul Newman, 12 film Marlon Brando, dan 13 film Richard Burton. Tokoh sinema Iran ini juga mengisi dubbing suara Salman Khan untuk 14 film dan 14 kali untuk film yang diperankan oleh Sean Connery. Jalilvand juga bermain dalam beberapa serial televisi dan film sinema.

Jalilvand dengan suara khasnya selalu dikenang oleh warga Iran dan para pecinta dunia perfilman. Kehidupan dan kegiatannya, bahkan beberapa hari sebelum terpapar Corona, penuh dengan antusiasme meskipun usianya sudah memasuki 80 tahun.

Akbar Manani, salah satu tokoh dubbing Iran menuturkan, “Changiz Jalilvand, salah satu tokoh utama seni dubbing kita telah berpulang. Dia adalah salah satu dari 10 dubber yang luar biasa di mana karyanya merupakan mahakarya dunia visual. Setiap peran yang dia mainkan selalu dikenang, dan ini memperlihatkan akan keindahan suara dan seninya. Di saat yang sama, dia adalah sosok yang baik hati dan berjiwa besar, di mana kita harus menanti bertahun-tahun sampai seniman seperti dia muncul.”

Kiprah terakhir Changiz Jalilvand di dunia perfilman adalah memainkan peran sebagai Pastor Clement - seorang uskup agung di Gereja Konstantinopel - dalam serial TV, “Salman Farsi.” Serial panjang yang disutradarai oleh Davood Mir-Bagheri ini, menggambarkan kehidupan Salman al-Farisi, seorang sahabat Nabi Muhammad Saw dan proses pembuatan film ini masih terus berlangsung.

Changiz Jalilvand.

Kambuzia Partovi

Kambuzia Partovi adalah sutradara senior dan penulis naskah film Iran. Ia meninggal dunia pada 24 November 2020 di Tehran. Dua minggu sebelumnya Partovi menjalani operasi jantung di rumah sakit dan dalam beberapa hari terakhir, ia berada dalam kondisi kritis akibat terserang virus Corona dan akhirnya meninggal dunia.

Partovi lahir di kota Rasht pada bulan Bahman tahun 1334 (1955). Dia belajar sinema di Sekolah Sinema dan Teater Tehran, tetapi di tengah karirnya ia keluar dan beralih ke pembuatan film, kemudian menyutradarai beberapa dokumenter pendek dan cerita untuk televisi.

Film “Maahi” (The Fish) garapan Kambuzia Partovi memenangkan penghargaan untuk kategori film terbaik di Festival Film Giffoni Italia, dan penghargaan UNICEF di Festival Film Berlin dan juga penghargaan film terbaik di Festival Film Adelaide Australia.

Dia juga memenangkan penghargaan di festival film di Spanyol, Dhaka, dan dari Federasi Kritikus Film Internasional (FIPRESCI), serta masuk nominator untuk perolehan Gold Hogo di Festival Film Internasional Chicago, dan nominator untuk penghargaan Balon Emas di Tri Continental Film Festival pada 2005. Partovi juga memenangkan dua penghargaan untuk kategori skenario terbaik di Cinema House Festival untuk film The Unfinished Piece dan film Cafe Transit.

Kontribusi Partovi terhadap dunia perfilman Iran khususnya sinema anak-anak, sangat luar biasa. Ia terkenal karena membuat film seperti, Maahi, Golnar, Bazi Bozargan, Cafe Transit, dan Pardah. Partovi juga menulis skenario untuk banyak film yang sukses secara komersial seperti Adam, Shabana Roz, Panj Sitareh, Shab Yalda, dan lain-lain.

Sebagai penulis naskah, Partovi ikut membantu beberapa sutradara ternama Iran, termasuk Abbas Kiarostami, Jafar Panahi, dan Majid Majidi. Ia akan dikenang karena menulis skenario magnum opus, film Muhammad Rasulallah karya sutradara Majid Majidi, sebuah trilogi berdasarkan kehidupan dan zaman Nabi Muhammad Saw.

Kambuzia Partovi (kiri) dan Majid Majidi.

Film ini menghabiskan dana 35 juta dolar dan tercatat sebagai film termahal dalam sejarah Iran. Muhammad Rasulullah Saw mendapat sambutan luas pada tingkat internasional terutama di kalangan Muslim dunia.

Majid Majidi terkait filmnya ini mengatakan, “Sebelum dan sesudah pembuatan film ini, kami telah bertanya mengenai pendapat ulama Syiah dan Sunni serta mereka semuanya puas dan mendukung. Kebanyakan kritikan mereka bersifat positif. Saya berharap mereka yang memiliki pandangan negatif untuk menyaksikan film ini dan memberi kami masukan.”

Majid Majidi dalam sebuah pesan untuk mengenang Kambuzia Partovi, menulis, “Saya sangat terpukul ketika mendengar kabar bahwa Kambozia Partovi telah berpulang, pertama ia begitu cepat meninggalkan kami, kedua selama beberapa tahun ini dia tidak melewati hari-hari yang baik karena sakit, dan lebih buruk dari itu kita sekarang sedang menghadapi masa-masa sulit, bahkan kita tidak bisa mengantarkannya dengan sebuah upacara besar ke tempat pemakaman.”

Kambuzia Partovi.

Film “Cafe Transit” dianggap oleh para kritikus sebagai karya yang paling penting dan kontroversial dalam karir sang sutradara. Film ini juga menuai pujian pemirsa karena dituangkan dalam layar lebar secara sempurna berdasarkan skenario yang dia tulis. Partovi meraih penghargaan untuk kategori skenario terbaik di Festival Film Fajr, dan selama empat periode festival film ini, ia memperoleh penghargaan Crystal Simorgh untuk skenario film-filmnya yang brilian.

Film “Truck” adalah film terbaru Kambuzia Partovi yang belum ditayangkan untuk umum. Film ini bercerita tentang seorang sopir truk Kurdi yang memberi tumpangan kepada seorang gadis Yazidi dari Kurdistan Irak bersama saudara iparnya untuk mempertemukannya dengan suaminya di Tehran.

Film dimulai dengan adegan genosida suku Yazidi oleh Daesh dan memperjelas alasan kepergian wanita tersebut ke kota Tehran. Perjalanan mereka dimulai di jalan-jalan Erbil hingga mencapai ibu kota Iran. Film ini memenangkan penghargaan skenario terbaik di Festival Film Fajr ke-36. (RM)