Mar 12, 2019 13:25 Asia/Jakarta
  • Rekreasi
    Rekreasi

Penelitian menunjukkan bahwa jika manusia melakukan pekerjaan rutin tanpa henti serta tidak memiliki program untuk rekreasi dan hiburan, maka kualitas kinerjanya akan cenderung menurun karena kurangnya gairah dan rasa jenuh. Akan tetapi, setelah beberapa jam menikmati liburan dan hiburan, semangat dan ketertarikan untuk bekerja akan kembali hadir dalam dirinya, di mana hal ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan.

Dapat dikatakan bahwa kegiatan berlibur dan menikmati hiburan yang sehat selain tidak merugikan, tapi juga bisa menghapus kelelahan jiwa dan raga serta memacu kemajuan manusia dalam karirnya.

Islam menginginkan kita secara aktif mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan positif dan sehat. Kita harus memanfaatkan waktu luang dengan cara terbaik melalui perencanaan yang tepat dan program komprehensif. Rekreasi dan liburan yang sehat akan menghadirkan banyak kesempatan agar kita bisa memanfaatkan usia kita dengan lebih baik. Salah satu tips terbaik untuk mengisi waktu luang menurut Islam adalah rekreasi dan kegiatan wisata. Ada banyak ayat al-Quran yang mengajak manusia untuk melakukan perjalanan wisata di seluruh penjuru bumi dan menyaksikan tanda-tandan kebesaran Allah Swt.

Perjalanan wisata

Al-Quran menganggap kegiatan wisata akan meningkatkan pemahaman manusia tentang hakikat alam semesta dan mengambil pelajaran darinya. Dalam surat al-Ankabut ayat 20, Allah Swt berfirman, “Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Umat manusia diminta untuk memikirkan berbagai fenomena penciptaan dan makhluk serta memetik pelajaran. Dalam sebuah ayat, al-Quran mengajak manusia untuk memperhatikan tumbuh-tumbuhan dan memikirkan bagaimana ia diciptakan.

Al-Quran mengingatkan manusia tentang beberapa poin penting dalam masalah rekreasi dan liburan. Kegiatan wisata harus menyertai pemikiran dan perenungan serta mengambil pelajaran dan nasehat. Orang-orang yang sedang menikmati keindahan padang pasir dan pantai atau mereka yang tengah berkeliling kota dan menyaksikan peninggalan-peninggalan kuno, mereka harus melihat semua fenomena itu dengan penuh pemikiran dan penghayatan. Mereka harus menangkap kebesaran dan keagungan Sang Pencipta melalui jalan itu.

Wisatawan Muslim harus menghimpun pelajaran dari nasib umat-umat terdahulu dan peninggalan-peninggalan yang mereka tinggalkan. Rasul Saw dalam sebuah riwayat menganggap kegiatan wisata akan menyehatkan badan dan memiliki manfaat ekonomi. Beliau bersabda, “Bepergianlah niscaya kalian akan menjadi sehat dan memperoleh rezeki.” (Kitab Bihar al-Anwar, juz 13, hal 221). Imam Ali as dalam sebuah bait syair juga berkata, “Berkelanalah meninggalkan tanah air demi mencari keluhuran, sebab bepergian meninggalkan kampung halaman itu ada lima manfaat: hilangnya rasa duka, memperoleh penghasilan, ilmu pengetahuan, adab menimba ilmu, dan pertemanan dengan orang-orang besar.” (Kitab Ushul al-Kafi, juz 2, hal 239)

Rekreasi sehat adalah jenis liburan yang memiliki manfaat dan faedah. Kegiatan ini bisa dilakukan bersama anggota keluarga atau teman-teman. Rasul Saw dan Ahlul Bait as menaruh perhatian besar terhadap kegiatan liburan bersama anggota keluarga mereka. Kita harus mengajak keluarga untuk menikmati rekreasi sehat seperti yang dicontohkan oleh para pemuka agama.

Rekreasi bersama keluarga

Abu Bashir, seorang sahabat Imam Jakfar Shadiq as mengisahkan, “Pada suatu hari, Rasulullah mendatangi rumah Fatimah dan mengajaknya menunggang kuda. Beliau juga mengajak Ali, Hasan, dan Husein untuk ikut bersama ke luar kota. Ketika sudah sampai di luar kota, mereka menemui dua jalan berbeda. Rasul memilih jalan di sebelah kanan hingga mencapai sebuah desa yang dipenuhi kebun kurma. Di sana, beliau membeli seekor kambing dan menyembelihnya sebagai hidangan.” Imam Ali as juga mengisahkan, “Suatu malam hujan lebat turun di Madinah dan padang tandus dipenuhi oleh air. Pada pagi harinya, Rasul bersabda kepadaku, ‘Mari kita berangkat ke Padang Aqiq untuk menikmati kesegaran dan menyaksikan genangan air di sana.’ Lalu aku pergi bersama Rasul dan menyaksikan pemandangan alam yang indah.”

Diriwayatkan juga bahwa ketika Imam Ali as bersama bala tentaranya pergi berperang, beliau memerintahkan pasukannya untuk istirahat jika sudah mencapai desa Balikh. Balikh adalah sebuah daerah yang hijau dan juga memiliki sungai besar. Imam Ali as terkesima dengan panorama indah desa tersebut dan memberi kesempatan kepada pasukannya untuk menikmati keindahan itu dan mematangkan persiapan. Sebenarnya, Imam Ali as ingin membakar semangat dan memperkuat mental tentaranya dengan memanfaatkan bentang alam yang indah dan penuh pesona.

Tujuan rekreasi adalah untuk menjamin kesehatan dan memperbarui kekuatan serta mengumpulkan modal untuk kehidupan dunia dan akhirat. Imam Khomeini ra juga memberi perhatian khusus pada rekreasi dan berpesan kepada anak-anaknya, "Pergilah untuk rekreasi, sebab jika engkau tidak melakukannya, engkau tidak akan siap untuk menimba ilmu." Interaksi dan keakraban di antara sesama, khsusunya anggota keluarga dan saudara, merupakan salah satu bentuk rekreasi yang sehat. Aktivitas ini sangat ditekankan oleh Islam dan ada banyak riwayat yang berbicara tentang masalah tersebut.

Para psikolog menilai rekreasi yang sehat sebagai bentuk keceriaan dan kegembiraan terbaik bagi seseorang. Berkeliling di dunia yang menakjubkan ini dan menyaksikan panorama alam yang indah dan eksotis akan membuat manusia ceria dan bahagia. Warna-warni bunga, dedaunan yang hijau, air terjun yang indah, dan kicauan burung-burung, semua memberi kesegaran pada jiwa seseorang dan memperbarui semangat hidupnya.

Tips lain untuk mengisi waktu luang dan menghapus beban pikiran adalah bersenda gurau Islami dan bercanda pada batas-batas yang wajar. Kegiatan ini bisa menghadirkan kembali keceriaan dan kegembiraan manusia serta membuat mereka siap untuk menyambut tugas-tugas yang lebih penting. Ajaran etika Islam menganjurkan seorang Muslim untuk menghapus duka dari hati saudaranya, baik itu dengan ucapan atau berbuat sesuatu untuknya. Sirah Rasulullah Saw memperlihatkan bahwa raut wajah beliau selalu dihiasi senyuman ketika berinteraksi dengan para sahabatnya. Dalam beberapa kesempatan, Rasul Saw membuat para sahabat tertawa dan menghibur mereka agar tetap gembira.

Anak kecil bermain ludah

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw bersama Imam Ali as dan sahabat yang lain sedang makan kurma bersama-sama. Beliau meletakkan biji-biji kurmanya di depan Ali sehingga orang yang baru datang akan mengira bahwa semua kurma itu dimakan oleh Ali dan Rasul sendiri tidak kebagian. Setelah mereka selesai menyantap kurma dan menutup pembicaraan, Rasul Saw kemudian memandang putra pamannya itu lalu berkata,“Berapa banyak kurma yang engkau makan?” Ali as juga menjawab, “Memang saya lebih banyak makan kurma, tapi seakan-akan Anda terlalu lapar, sehingga biji kurma pun tidak ada yang tersisa.”

Salah satu tugas seorang mukmin dalam pandangan Islam adalah membahagiakan saudara seagama. Imam Ali as berkata, "Rasulullah Saw setiap kali menemukan salah seorang dari sahabatnya bersedih, beliau akan menghiburnya dengan canda dan bersabda; Allah Swt akan menganggap sebagai musuh orang yang berwajah merengut kepada saudaranya." Dalam hadis yang lain, Rasul Saw bersabda, "Perbuatan terbaik setelah menunaikan shalat adalah menggembirakan hati mukmin, tentu saja dengan cara yang tidak mendatangkan dosa."

Rasul Saw tidak hanya mengawali humor, tapi juga membuka peluang untuk kesenangan dan kegembiraan para sahabatnya. Teladan kehidupan Rasul Saw telah memungkinkan para sahabatnya untuk bercanda dan bergurau di hadapan beliau dalam batas-batas Islami. Dengan mengikuti petunjuk Nabi Saw, para sahabat juga menghindari humor-humor tercela, namun tidak meninggalkan humor-humor yang sehat. Rasulullah Saw menyukai humor, tapi tentu saja humor yang sehat.

Salah satu tips lain untuk mengisi waktu luang adalah membangun jalinan silaturahmi dan mengunjungi sanak saudara. Islam sangat menekankan masalah itu dan Rasulullah Saw juga telah menunjukkan perhatian yang besar terhadap persaudaraan. Silaturahmi dapat menjadi salah satu bentuk rekreasi yang sehat. Rasul Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Barang siapa yang mengunjungi rumah saudaranya tanpa perlu diminta, maka Allah akan mencatat nama orang tersebut di antara para tamunya dan sebuah kewajiban bagi Tuhan untuk memuliakan tamunya."