Ini Sikap Hamas soal Perundingan dengan Israel
Pars Today- Hamas dalam statemennya seraya mengisyaratkan bahwa Israel telah membuktikan dirinya tidak ingin meraih kesepakatan, meminta mediator Qatar dan Mesir untuk memaksa Zionis melaksanakan usulan terbaru gencatan senjata ketimbang menggelar perundingan baru.
Seperti dilaporkan Tasnim News, bersamaan dengan eskalasi agresi keji Zionis terhadap Gaza, dirilis berbagai berita mengenai perundingan baru untuk membahas gencatan senjata dan pertukaran tawanan, dan Hamas Ahad (11/8/2024) dalam statemennya meminta para mediator untuk melaksanakan rencana yang mereka sampaikan kepada gerakan ini dan mewajibkan rezim pendudukan untuk melaksanakannya.
Hamas dalam statemennya menyatakan: Sejak awal agresi musuh, kami telah menekankan keberhasilan upaya para mediator di Mesir dan Qatar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan mengakhiri perang genosida terhadap bangsa Palestina, dan kami mendukung segala upaya untuk menghentikan agresi tersebut.
Seraya mengisyaratkan statemen tripartit baru-baru ini terkiat perundingan gencatan senjata Gaza yang dirilis oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat, Hamas menegaskan: Kita telah melalui banyak putaran perundingan dan menunjukkan fleksibilitas dan sikap positif yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan dan kepentingan bangsa kita dan mencegah pertumpahan darah serta menghentikan genosida terhadap bangsa kita.
"Dalam hal ini, Hamas menyetujui usulan mediator untuk melakukan gencatan senjata pada 6 Mei 2024, dan menyambut baik pengumuman Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei dan Resolusi Dewan Keamanan No. 2735 terkait hal tersebut. Namun musuh menolak rencana ini dan terus melakukan kejahatan terhadap bangsa kita," tambah statemen Hamas.
Berdasarkan statemen ini, bahkan setelah pengumuman statemen tripartit terbaru soal gencatan senjata, musuh Zionis tetap saja melakukan kejahatan mengerikan dengan membantai pengungsi yang berlindung di sekolah al-Tabi'in di al-Daraj.
Rezim pendudukan membantai para pengungsi ini pada pagi hari Sabtu, 10 Agustus, ketika mereka sedang melaksanakan salat subuh, dan dalam kejahatan ini, lebih dari 100 warga sipil gugur dan lebih dari 250 orang terluka.
Sebelumnya, tiga negara Mesir, Qatar dan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bersama dan menekankan bahwa kesepakatan umum sudah dibahas dan hanya rincian implementasinya yang harus diterima oleh para pihak. (MF)