Corona, Ketidakseimbangan Ekosistem dan Ulah Manusia
-
Virus Corona di Indonesia
Ekosistem ialah suatu tatanan kesatuan yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup tidak bisa hidup sendiri di muka Bumi ini. Untuk memenuhi seluruh kebutuhannya, makhluk hidup memerlukan interaksi dengan sesama antar makhluk hidup lain dan juga lingkungannya.
Dengan inilah maka tercipta suatu hubungan saling timbal balik, baik saling menguntungkan ataupun saling merugikan. Semua keadaan dan perilaku tiap komponen dalam ekosistem akan memberikan pengaruh terhadap keseimbangan ekosistem.
Hubungan timbal balik ini membentuk kehidupan harmonis dan seimbang. Sama dengan tubuh manusia yang mempunyai sistem penunjang untuk menjaga kestabilan, begitupun ekosistem terjadi hubungan yang hampir sama.
Sama halnya pada sistem tubuh seperti sistem pencernaan manusia atau sistem sirkulasi manusia, di dalam sistem ekosistem juga bisa terganggu keseimbangannya. Perilaku manusia yang tak bertanggungjawab bisa merusak keseimbangan ekosistem, baik dalam ekosistem alami ataupun ekosistem buatan. Dengan pertumbuhan penduduk sangat pesat, manusia menjadi semakin banyak mengeksploitasi alam secara berlebihan guna memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Ketidakseimbangan ekosistem dan ulah manusia
Pandemi bisa terjadi akibat keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ekosistem menyebabkan terputusnya siklus makanan tanpa pemangsa
Kelelawar, contohnya, yang dikenal sebagai sumber dari banyak virus. Menghancurkan habitat kelelawar berdampak pada penyebaran penyakit, karena sebaran kelelawar yang masif dengan jumlah spesies yang banyak.
SARS dan MERS menjadi contoh nyata dari hal ini. Apalagi penelitian membuktikan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 juga berasal dari kelelawar
Mengapa ketidakseimbangan ekosistem bisa terjadi? Selain konsumsi, deforestasi, degradasi serta fragmentasi habitat, perdagangan satwa liar juga menjadi sorotan.
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature dari pemantauan selama 50 tahun (1950-2000), terdapat tiga kelompok satwa yang menularkan paling banyak penyakit pada manusia.
Tiga kelompok tersebut adalah kelelawar, hewan pengerat (tikus), dan primata.
Pelajaran dari Covid-19
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari terkait pandemi Covid-19 dan hubungannya dengan satwa liar.
Pertama, virus atau patogen tidak bisa pindah dengan sendirinya. Virus mengandalkan mahluk hidup lain sebagai inang perantara. Memahami cara untuk menjaga jarak dengan spesies mahluk hidup lain merupakan cara preventif yang paling masuk akal, dan paling murah, untuk cegah pandemi.
Kedua, dengan tidak mengonsumsi satwa liar yang sudah terbukti oleh sejarah bukan untuk dikonsumsi.
Kita bisa mengambil protein dari hewan, terbatas 14 spesies saja. Jangan makan satwa yang tidak bisa kita kembangbiakkan.
Ketiga, manusia berpotensi menjadi inang perantara yang mematikan karena populasi serta mobilitas yang tinggi. Kepunahan satwa bisa berangkat dari hal ini.