Peringatan Mayjen Bagheri terhadap Kelompok Teroris di Irak Utara
(last modified Mon, 20 Sep 2021 09:56:48 GMT )
Sep 20, 2021 16:56 Asia/Jakarta
  • Mayjen Bagheri
    Mayjen Bagheri

Kelompok tororis selama beberapa tahun terakhir dan dengan dukungan Amerika Serikat serta Israel, berusaha memberi tekanan keamanan ekstra kepada Iran melalui aksinya mengobarkan instabilitas di perbatasan dan wilayah sekitarnya. Tekanan dan instabilitas tersebut berupa berbagai aksi teror.

Pergerakan ini meski mendapat balasan yang tepat, tapi statemen Kepala Staf Gabungan Militer Iran, Mayjen. Mohammad Bagheri Minggu (19/9/2021) merupakan peringatan serius kepada kelompok teroris dan para sponsornya.

Bagheri seraya mengisyaratkan aktivitas kelompok teroris di Irak utara mengungkapkan, “Sangat disesalkan terkait wilayah utara Irak, kami menyaksikan perhatian minim dan lemah oleh pemerintah Irak karena kehadiran Amerika, dan ini mendorong kelompok teroris anti-revolusi aktif di utara Irak.”

Mayjen Bagheri menekankan, militer bersama IRGC akan menghancurkan kelompok teroris ini dan operasi yang digelar dua pekan lalu akan terus dilanjutkan, karena ini merupakan hak legal dan rasional bangsa Iran memiliki perbatasan yang aman dan tenang.

Rudal Iran

Terkait hal ini ada dua poin penting:

Pertama, Irak setelah pendudukan militer Amerika menjadi arena bagi aktivitas kelompok teroris dan Washington berulang kali memanfaatkan kondisi ini untuk merusak keamanan Iran.

Kedua, hak legal dan sah adalah membalas anasir yang merusak keamanan dan perbatasan Iran.

Mayjen Bagheri terkait hal ini menyebut pangkalan Harir Amerika sebagai salah satu sarang konsporasi anti-Iran dan menjelaskan, “Kami tidak dapat mentolerir keberadaan pangkalan ini di samping perbatasan kami dan penyelenggaraan berbagai pertemuan konspirasi anti-revolusi di pangkalan ini, dan mereka harus menutup pangkalan ini serta ini baru saja dimulai serta akan dilanjutkan dengan serius. Selain itu, aktivitas diplomatik dan militer untuk menerapkan keamanan dan stabilitas di kawasan harus diterapkan.”

Tak diragukan lagi bahwa Iran di bidang ini akan bertindak tegas dan cepat. Setelah aksi kriminal pada 3 Januari 2020 pemerintah Amerika meneror Syahid Qasem Soleimani, mantan komandan pasukan Quds IRGC dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi di dekat bandara udara Baghdad, balasan pertama IRGC adalah menyerang pangkalan militer AS, Ain al-Asad dengan rudal balistik. Serangan tersebut berhasil merusak sebagian besar instalasi di pangkalan ini.

Amerika dengan dalih menjamin stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Barat, menambah kehadiran militernya, tapi semakin besar kehadiran militer Washington, instabilitas di kawasan semakin tinggi dan aktivitas kelompok teroris juga meningkat drastis. Amerika setelah menduduki Irak, membangun 14 pangkalan militer di Provinsi Baghdad, al-Anbar, Dahuk, Arbul, Kirkuk, Nainawa dan Salahuddin. Sementara itu, Amerika juga memiliki pangkalan rahasia dan pelatihan yang aktif di seluruh wilayah Irak.

Mojtaba Shahsuni, pakar isu-isu internasional terkait peran pangkalan militer AS di instabilitas kawasan menjelaskan, “Amerika memiliki banyak pangkalan militer langsung atau tidak langsung di kawasan, di mana setiap pembangunan pangkalan ini diklaim untuk menjamin keamanan, tapi sejarah membuktikan bahwa kehadiran lebih banyak militer Amerika di kawasan hanya menimbulkan instabilitas dan memperparah tensi di Asia Barat.”

Wajar jika berdasarkan prinsip hubungan internasional, baik pemerintah Irak maupun wilayah otonomi utara Irak di kasus ini harus bertanggung jawab, dan menjalankan tanggung jawabnya tersebut sehingga keberadaan kelompok teroris yang melawan bangsa Iran ini dicabut dari utara Irak. (MF)