Suasana Haul Rasulullah Saw di Isfahan
Ribuan warga Isfahan, Republik Islam Iran mengikuti acara peringatan wafatnya Rasulullah Saw dan Imam Hasan Mujtaba as pada hari Selasa, 5 Oktober 2021/20 Safar 1443 H.
Mereka turun ke jalan-jalan dan menghadiri majlis-majlis duka yang diselenggarakan di beberapa tempat di kota Isfahan. Acara duka diisi dengan doa ziarah bersama dan pembacaan kidung-kidung keutamaan Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnnya.
Acara yang berlangsung di Kompleks Haram Suci Imam Ridha as di Mashhad, ibu kota provinsi Khorasan Razavi itu diisi dengan pembacaan doa ziarah untuk Nabi Muhammad Saw dan ceramah.
Tanggal 28 Shafar 11 H, Rasulullah Muhammad Saw berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun. Nabi Besar umat Islam ini dilahirkan 52 tahun sebelum dimulainya tahun Hijriah, di kota Mekah.
Sejak kecil, Muhammad Saw telah kehilangan ayah dan ibunya sehingga diasuh oleh kakek beliau, Abdul Muthalib, dan dilanjutkan oleh paman beliau, Abu Thalib. Sejak muda, Muhammad Saw telah dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya sehingga dikenal dengan julukan al-Amin.
Pada usia ke-40, Muhammad Saw ditunjuk Allah Swt untuk menjadi utusan-Nya dalam menyampaikan risalah tauhid, keadilan, dan kasih sayang kepada umat manusia. Setelah 23 tahun menyampaikan risalah Islam dan berhasil mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, akhirnya Rasulullah Saw wafat dan meninggalkan sebuah ajaran agung yang kini tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Pada tanggal 28 Safar tahun 50 Hijriah, Imam Hasan as, cucu Rasulullah Saw gugur syahid. Imam Hasan adalah putra dari Sayidah Fatimah as, putri Rasulullah Saw dan Imam Ali as. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 3 H. Sejak lahir hingga usia tujuh tahun, Imam Hasan as dibimbing langsung oleh kakek beliau, Rasulullah Saw untuk memahami makrifat Islam.
Pada usia 37 tahun, ayah beliau, yaitu Imam Ali as gugur syahid dan Imam Hasan pun meneruskan tampuk kepemimpinan kaum Muslimin yang semula diemban oleh Imam Ali. Selama masa kepemimpinannya, Imam Hasan as berusaha membentuk pasukan Muslim yang tangguh untuk melawan pasukan Muawiyah yang sebelumnya juga telah melakukan perlawanan bersenjata terhadap Imam Ali as.
Namun, berbagai provokasi dan taktik licik yang dilakukan Muawiyah membuat semangat pasukan Muslim itu kendor, bahkan sebagiannya bergabung dengan pasukan Muawiyah. Karena itu, Imam Hasan mengambil langkah diplomasi demi terjaganya keutuhan kaum Muslimin yang saat itu tengah mendapat ancaman yang lebih besar dari kaum Kafir. Imam Hasan pun kemudian mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah, namun isi perjanjian itu dilanggar oleh Muawiyah dan bahkan akhirnya, Imam Hasan diracun olehnya sehingga gugur syahid pada tahun 50 hijriah. (RA)