Tuntutan Iran di Sidang Dewan Gubernur IAEA
Sidang musiman Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) membahas isu nuklir Iran di Wina pada Rabu (8/6/2016). Dirjen IAEA Yukiya Amano dalam laporannya pada pertemuan itu, memverifikasi kepatuhan Iran atas semua komitmennya berdasarkan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Duta Besar Iran untuk IAEA, Reza Najafi yang menghadiri sidang tersebut mengatakan Tehran sudah berkali-kali mengingatkan pelaksanaan JCPOA oleh pihak lawan. Ia menilai implementasi penuh komitmen Kelompok 5+1 berdasarkan prinsip utama JCPOA sebagai bagian penting untuk kelanjutannya.
"Kelompok 5+1 memiliki tanggung jawab yang jelas untuk melaksanakan JCPOA dan menghindari segala tindakan yang tidak tepat, di mana akan mengurangi keberhasilan penerapan perjanjian nuklir. Mereka harus memperlihatkan itikad baiknya dalam aksi nyata," tegas Najafi.
Ia juga meminta badan nuklir PBB untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi rahasia komersial, teknologi, dan industri, serta informasi rahasia lainnya yang diberikan kepada IAEA.
Najafi mengingatkan negara-negara yang meminta informasi yang lebih detail dalam laporan Amano bahwa permintaan itu bertentangan dengan perjanjian nuklir. "Transparansi tidak berarti mengumbar informasi rahasia," tandasnya.
JCPOA dan pasal lima Protokol Tambahan serta Perjanjian Perlindungan, secara jelas meminta IAEA untuk berusaha maksimal dalam menjaga kerahasaiaan informasi yang diberikan oleh negara-negara anggota. Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB juga meminta IAEA untuk menjaga informasi rahasia.
Oleh karena itu, Republik Islam mengingatkan IAEA atau lembaga lain bahwa mereka tidak akan mengizinkan langkah-langkah yang keluar dari prosedur umum dan aturan Protokol Tambahan, begitu juga dengan inspeksi ke situs-situs militer Iran.
Selain membahas laporan Amano tentang perjanjian nuklir dengan Iran, sidang Dewan Gubernur IAEA juga menyoroti isu-isu lain termasuk keprihatinan dunia atas penyebaran senjata atom.
Dalam hal ini, Dubes Iran untuk IAEA menyinggung keprihatinan yang disuarkan Israel terkait penyebaran senjata atom, padahal rezim Zionis menolak bergabung dengan semua traktat larangan senjata pemusnah massal serta tidak mengesampingkan penggunaan dan program pengembangan senjata nuklirnya. Ia menilai keprihatinan Israel dalam hal ini sebagai lelucon.
Saat ini ada ribuan hulu ledak nuklir di dunia yang dapat memusnahkan bumi. Meski demikian, para pemilik senjata nuklir tetap mengalokasikan dana miliaran dolar untuk program modernisasi senjata.
Israel – dengan bantuan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis – telah memproduksi ratusan hulu ledak nuklir dan menjadi satu-satunya pemilik senjata atom di Timur Tengah. Israel sama sekali tidak mengizinkan tim inspeksi IAEA untuk meninjau instalasi nuklir rahasianya.
Meski Israel tidak pernah secara resmi mengakui keberadaan arsenal nuklirnya, tetapi berbagai laporan menyebutkan bahwa Tel Aviv telah memproduksi dan menyimpan 200 hulu ledak nuklir.
AS juga menghalangi terlaksananya konferensi Timur Tengah bebas senjata nuklir dengan tujuan mendukung rezim Zionis. (RM)