Perayaan Wiladah Imam Hasan as di Stadion Azadi, Tehran (2)
Ratusan ribu Warga Tehran, terutama anak-anak dan remaja menghadiri acara perayaan wiladah Imam Hasan Mujtaba as, cucu Rasulullah SAW.
Acara di Stadion Azadi tersebut berlangsung pada hari Selasa (26/3/2024) atau tanggal 15 Ramadan 1445 H, yaitu hari lahirnya Imam Hasan Mujtaba as.
Berbuat kebajikan dan bermurah hati adalah termasuk dari karakteristik utama Imam Hasan Mujtaba as. Pribadi mulia ini selalu menjadi tumpuan kaum fakir dan miskin. Terkadang sebelum mereka mengeluhkan keperluannya, Imam Hasan langsung memenuhi kebutuhan mereka dan tidak membiarkan mereka merasa malu.
Beliau kadang juga memberi bantuan dalam jumlah besar sekaligus kepada kaum fakir dan pemberian ini demi mewujudkan sebuah kehidupan yang bermartabat bagi mereka. Oleh sebab itu, Imam Hasan dikenal sebagai Karim Ahlul Bait, yang berarti pemilik sifat dermawan, mulia, dan utama. Kata Karim dalam berbagai ayat dan riwayat adalah sekumpulan keutamaan dan sifat terpuji dan menjadi pembeda seseorang dengan yang lain.
Jalaluddin al-Suyuthi, seorang ulama dan cendekiawan Muslim menulis, "Hasan bin Ali memiliki banyak keluhuran akhlak dan keutamaan insani. Dia adalah seorang pribadi besar, penyabar, penuh ketenangan, dermawan, murah hati, dan sosok yang dipuji oleh masyarakat."
Imam Hasan as adalah Putra Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah az-Zahra as, yang lahir pada pertengahan bulan Ramadan tahun ke-3 Hijriah di Kota Madinah. Pada waktu itu, Sayidah Fatimah meminta Imam Ali untuk memberi nama atas putranya yang baru saja lahir.
Imam Ali menanggapi dan berkata, "Aku dalam hal pemberian nama kepada anak-anakku tidak akan mendahului Rasulullah." Kemudian mereka membawa putranya ke rumah Nabi Muhammad SAW untuk diberi nama. Setelah menggendongnya, Rasulullah SAW kemudian membacakan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri cucu pertamanya itu.
Setelah itu, Rasul SAW bersabda, "Malaikat Jibril turun kepadaku dari sisi Allah dan setelah menyampaikan salam dan ucapan selamat atas kelahiran putraku, ia berkata, "Allah berfirman bahwa kedudukan Ali di sisiku sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Jadi, berilah nama untuk putra Ali ini seperti nama putra Harun.’" Aku kemudian bertanya, "Lalu siapa nama putra Harun ketika itu?" Jibril menjawab, 'Shabbar'. Shabbar berarti Hasan dalam bahasa Arab.
Imam Hasan merupakan kelahiran pertama dari Ahlul Bait Nabi SAW. Ia memiliki kemuliaan dan kedudukan yang tinggi. Ia adalah putra dari Ali dan Fatimah dan cucu dari Rasulullah Saw. Imam Hasan tumbuh dewasa dalam bimbingan Nabi Saw dan Imam Ali serta dibesarkan dalam pangkuan wanita penghulu surga, Fatimah az-Zahra. Imam Hasan senantiasa mendampingi Rasulullah Saw, terkadang ia duduk di pangkuan Nabi dan kadang Nabi memikul cucu kesayangannya itu di pundaknya dan bersabda, “Ya Allah! Aku mencintai Hasan dan cintailah pula dia oleh-Mu".
Imam Hasan hanya beberapa tahun saja hidup sezaman dengan Nabi Muhammad SAW. Ketika ia beranjak usia tujuh tahun, datuk tercintanya pergi memenuhi panggilan Ilahi. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan kecintaan yang sangat besar kepada anak-anak Sayidah Fatimah.
Suatu hari, Sayidah Fatimah datang ke rumah Nabi Saw dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Fatimah lalu berkata kepada ayahnya, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kemudian Nabi Saw bersabda, "Hasan akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Husein akan memperoleh kedermawanan dan keberanianku."
Kemuliaan sifat dan kesucian jiwa membuat Imam Hasan memiliki kedudukan yang sangat istimewa, di mana Nabi Saw dalam beberapa surat perjanjian mencantumkan nama Hasan sebagai saksi meski ia masih anak-anak. Pada saat Nabi Saw pergi bermubahalah dengan kaum Nasrani Najran, Imam Hasan dan Husein beserta Imam Ali dan Fatimah, diikutsertakan bersamanya atas perintah Allah Swt. Ayat Tathir (ayat 33 surat al-Ahzab) turun untuk memberi kesaksian atas kesucian mereka.
Imam Hasan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan perbuatan baik, dan pekerjaan mulia. Beliau telah menginfakkan banyak hartanya di jalan Allah Swt. Sejarah mencatat bahwa Imam Hasan pernah dua kali menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga tiga kali mendermakan setengah dari hartanya, separuh untuk dirinya dan setengah lainnya diinfakkan di jalan agama.
Alkisah, suatu hari seorang miskin datang menemui Imam Hasan. Namun karena merasa malu, lisannya tidak sanggup mengutarakan kebutuhannya. Menyaksikan itu, Imam Hasan kemudian berkata, “Jika demikian, sampaikanlah kebutuhanmu secara tertulis.” Orang miskin itu pun langsung melaksanakan perintah Imam Hasan. Beliau lalu membaca surat tersebut dan memberinya bantuan dua kali lipat dari permintaannya. Salah seorang yang hadir di sana berkata, “Wahai putra Nabi, betapa berkahnya surat tersebut baginya.” Imam Hasan menjawab, “Keberkahannya lebih besar untuk kami, karena Allah menjadikan kami sebagai orang-orang yang berbuat baik.”
Imam Hasan as adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara. Sepanjang hidupnya, Imam Hasan senantiasa berkiprah untuk membimbing dan mencerahkan masyarakat. (RA)