Di Hari Raya Ghadir, Rahbar Sentil "Syiah Inggris"
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, pesan terpenting dari peristiwa Ghadir Khum adalah penentuan "Imamah" (kepemimpinan) sebagai kriteria, standar dan kaidah pemerintahan dalam Islam.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam pidatonya di hadapan ribuan warga Republik Islam Iran dari berbagai lapisan masyarakat untuk menandai Hari Raya Ghadir Khum, Selasa (20/9/2016).
"Peristiwa Ghadir merupakan peletakan kaidah pemerintahan dalam masyarakat Islam dan menunjukkan bahwa selain dari kriteria Imamah dan Wilayah, Islam tidak menerima model-model pemerintahan monarki, pribadi, kekuatan dan kekerasan, serakah, arogan, mengikuti hawa nafsu dan aristokrasi," kata Rahbar setelah mengucapkan selamat Hari Raya Ghadir Khum kepada umat Islam dunia.
Ayatullah Khamenei menyinggung karakteristik unik Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as terutama ciri khusus pemerintahan beliau seperti keadilan, membimbing masyarakat kepada ketakwaan dan menghindari sesuatu yang tak berguna.
"Iman yang dalam, mengutamakan dalam Islam, pengorbanan di jalan Islam, ikhlas, pengorbanan dan pemberi maaf merupakan sifat dan karakteristik spiritual dan kemanusiaan Imam Agung ini (Imam Ali as)," tegasnya.
Rahbar lebih lanjut menjelaskan pentingnya masalah Ghadir Khum dan menyinggung perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw bahwa penyampaian risalah tergantung pada penyampaian Imamah. ( Terkait tafsir Surat al-Maidah ayat 67).
"Keyakinan Islam tersebut bersandar pada dasar yang kokoh dan argumen yang tidak dapat dipatahkan, namun komitmen terhadap keyakinan ini dan penjelasannya tidak boleh memancing perasaan saudara-saudara Ahlusunnah, sebab, tindakan ini bertentangan dengan sirah para Imam Maksum as," jelasnya.
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan pentingnya persatuan dunia Islam. Beliau juga menyinggung bahwa segala bentuk penghinaan terhadap tokoh-tokoh Ahlusunnah pada dasarnya menghalangi untuk mendengar prinsip-prinsip logis dan keyakinan tentang Imamah.
"Memancing perasaan mazhab-mazhab Islam lain atas nama Syiah, yang sebenarnya adalah 'Syiah Inggris,' telah mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok jahat dan tentara bayaran yang berafiliasi dengan Amerika Serikat dan dinas-dinas rahasia Inggris seperti Daesh (ISIS) dan Front al-Nusra, di mana mereka telah melakukan berbagai kejahatan di kawasan," terangnya.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung mengenai kondisi dalam negeri Iran yang terus menjadi target musuh. Menurutnya, tujuan utama musuh dalam kondisi sekarang adalah untuk mengganggu ekonomi Iran dengan tujuan menciptakan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Republik Islam.
Rahbar juga menegaskan kembali pentingnya untuk merealiasasikan Ekonomi Muqawama. Beliau menuturkan, dalam kondisi seperti ini, tugas pemerintah, parlemen dan para pejabat di berbagai sektor serta seluruh masyarakat adalah perencanaan dan bergerak di titik yang bertentangan dengan tujuan musuh.
Ayatullah Khamenei menggambarkan gerakan umum Iran –berkat para pemuda yang tak terhitung jumlahnya dan tanpa henti berupaya menghidupkan Islam dan menjalankan agama– sebagai gerakan yang baik.
"Pemuda-pemuda ini akan membuat setiap musuh termasuk AS dan rezim Zionis (Israel) bertekuk lutut," pungkasnya. (RA)