Boroujerdi: Kunjungan Trump Berarti Perpecahan dan Pelemahan Dunia Islam
(last modified Sun, 21 May 2017 06:08:27 GMT )
May 21, 2017 13:08 Asia/Jakarta
  • Alaeddin Boroujerdi
    Alaeddin Boroujerdi

Ketua Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi menyatakan, Amerika Serikat berusaha melemahkan dunia Islam, menciptakan perpecahan di kawasan, menjual senjata lebih banyak, dan menguasai pangkalan lebih banyak di negara-negara seperti Arab Saudi.

Hal itu dikemukakan Boroujerdi pada Ahad (21/5/2017), dalam wawancaranya dengan kanal 3 IRIB terkait kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Arab Saudi. Ditambahkannya bahwa penandatanganan kontrak senilai 110 miliar dolar antara kedua negara mengindikasikan bahwa AS ingin mengambil minyak dari Arab Saudi dan menjual senjata kepada Riyadh.

"Arab Saudi akan menggunakan senjata yang dibeli dari Amerika Serikat, untuk membantai ribuan warga tak berdosa di Yaman, juga dengan dukungan Washington," tuturnya.

Sambutan negara-negara Islam atas kunjungan Presiden AS ke Arab Saudi, menurut Boroujerdi merupakan lembaran hitam dalam sejarah umat Islam.

Dia menilai Amerika Serikat dan Arab Saudi sebagai para pecundang dari transformasi di Irak, Suriah dan Afghanistan. Arab Saudi merupakan bumi kelahiran dan pertumbuhan pemikiran kelompok teroris Takfiri Daesh, dan sekarang AS dan Saudi merupakan pendukung kelompok teroris tersebut. Adapun penentangan lahiriyah mereka terhadap Daesh menjadi bukti politik menjijikkan mereka.

Pejabat senior parlemen Iran ini juga menanggapi pertanyaan soal kemungkinan agresi Amerika ke Suriah dan mengatakan, perimbangan yang sedang terjadi di Suriah tidak mengijinkan Amerika untuk terjun ke krisis di Suriah, karena Rusia dan Iran dengan kesepakatan yang tercapai untuk memberantas terorisme, hadir kokoh di Suriah.

Presiden AS Donald Trump tiba di Riyadh pada Sabtu (20/5/2017) dalam kunjungan perdananya ke Arab Saudi. Dalam kunjungan itu, AS dan Arab Saudi akan menandatangani sejumlah kesepakatan penjualan senjata, perdagangan dan ekonomi.(MZ)

Tags