Shamkhani: Iran Pemegang Rekor dalam Menggagalkan Kebijakan AS
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Republik Islam Iran mengatakan, Amerika Serikat memiliki rekor kegagalan yang tinggi dalam menentang kehendak bangsa Iran dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya, dan rakyat Republik Islam telah mencatat sebuah rekor yang membanggakan dalam hal ini.
Ali Shamkhani mengungkapkan hal itu di hadapan peserta pawai Yaumullah, 13 Aban yang berkumpul di depan bekas sarang mata-mata dan spionase AS di Tehran, ibukota Republik Islam Iran, (4/11/2017).
"Hari 13 Aban (1979) bukan hari pertama permusuhan nyata dan terang-terangan AS dan langkah jahat negara itu terhadap rakyat Republik Islam Iran. Permusuhan tersebut berlanjut dan AS tidak akan menghentikan kejahatan dan intervensinya terhadap urusan Republik Islam," imbuhnya.
Shamkhani lebih lanjut menyinggung kebijakan anti-Iran yang diumumkan oleh Donald Trump, Presiden AS, di mana kebijakan ini telah mendorong rakyat Iran turun ke jalan-jalan untuk memprotesnya.
"Perlawanan rakyat Republik Islam Iran terhadap para penguasa AS dari Demokrat hingga Republik adalah untuk menjaga identitas Islam dan Iran," ujarnya.
Ia menjelaskan, pernentangan terhadap kemajuan ilmiah di sektor ruang angkasa, nuklir dan rudal Iran, dan langkah-langkah untuk menghancurkan program militer, agitasi politik dan propaganda anti-negara ini, serta upaya untuk menciptakan ketegangan dan gangguan –dengan cara memprovokasi negara-negara tetangga Iran dan merusak citra Revolusi Islam– adalah daftar kecil dari berbagai langkah anti-Tehran yang selama ini dilakukan oleh para pejabat Gedung Putih.
Di bagian lain pernyataannya, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menyinggung pengakuan musuh bahwa Iran semakin kuat.
"Rakyat Republik Islam Iran telah memperkokoh posisinya di kawasan dan dunia, dan mengubah ancaman menjadi peluang serta menemukan jalur pertumbuhan dan perkembangannya," tuturnya.
Para pejabat AS, kata Shamkhani, mengakui bahwa mereka gagal dalam merealisasikan kebijakan luar negeri mereka.
"Republik Islam Iran berada di puncak kekuatan dan stabilitas, dan negara-negara yang dalam empat dekade lalu membarengi kebijakan AS atau melakukan langkah-langkah untuk menciptakan ketidakamanan di perbatasan barat laut dan selatan Republik Islam, kini mereka sendiri tidak mampu untuk menciptakan stabilitas di dalam negerinya sendiri," jelasnya.
Pada 13 Aban atau November 1979, siswa dan mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar AS di Tehran yang dijadikan sarang spionase Washington. Di masa itu, AS melancarkan berbagai konspirasi terhadap Revolusi Islam melalui koordinasi Kedubes mereka di Tehran, ibukota Iran.
Hari ini, Sabtu, 4 November 2017 bertepatan dengan 13 Aban. Oleh sebab itu, ribuan siswa, mahasiswa dan masyarakat serta pejabat Iran menggelar pawai di Tehran dan berbagai kota lainnya. Di akhir pawai tersebut, dikeluarkan sembilan poin pernyataan untuk mengecam kebijakan AS anti-Iran. (RA)