Ilusi AS untuk Mencegah Ekspor Minyak Iran
(last modified Fri, 29 Mar 2019 09:26:42 GMT )
Mar 29, 2019 16:26 Asia/Jakarta
  • Karikatur mengenai sanksi minyak Iran.
    Karikatur mengenai sanksi minyak Iran.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Bahram Ghasemi mengatakan, periode dikte Amerika Serikat terhadap negara-negara lain untuk mencapai tujuan-tujuan buruk dan anti-kemanusiaan, terutama untuk memenuhi hasrat para pejabat Gedung Putih telah berlalu.

Hal itu disampaikan Ghasemi pada hari Kamis, 28 Maret 2019 untuk merespon pernyataan Ketua Kelompok Aksi Anti-Iran di Departemen Luar Negeri AS, Brian Hook yang mengatakan bahwa AS tidak akan lagi memberikan pengecualian dari sanksi minyak atas Iran.

"Brian Hook terinfeksi penyakit kronis 'Iran Abuse', dan negarawan Amerika perlu memahami bahwa perkembangan di kawasan dan dunia tidak lagi berada dalam ambisi dan mimpi AS," ujarnya.

Brian Hook pada hari Rabu, 27 Maret 2019 mengulang kembali klaim-klaim tak berdasar para pejabat Washington. Dia mengatakan, pengecualian sanksi minyak Iran tidak akan diperpanjang bagi negara manapun.

Klaim tersebut dilontarkan Hook ketika terjadi perselisihan di kalangan pejabat AS mengenai perpanjangan pembebasan sanksi minyak selama enam bulan untuk delapan pengimpor utama minyak Iran.

Setelah keluar dari perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama), Presiden AS Donald Trump pada tanggal 8 Mei 2018 memberlakukan sanksi-sanksi sepihak terhadap Iran. Embargo terhadap minyak Iran adalah salah satu dari sanksi tersebut untuk mencegah ekspor minyak negara itu.

Karena menyadari ketidakmungkinan untuk mengembargo minyak Iran hingga negara ini tidak mampu untuk mengekspor minyaknya, maka Amerika terpaksa mengecualikan delapan negara pembeli utama minyak Iran selama enam bulan. Negara-negara itu adaah Korea Selatan, Italia, Jepang, India, Cina, Turki, Taiwan dan Yunani.

AS menerapkan segala cara secara sepihak untuk meningkatkan tekanan terhadap rakyat dan pemerintah Iran guna memajukan kepentingan-kepentingannya. Namun upaya AS untuk mengembargo penuh minyak Iran menuai reaksi tegas dari para pejabat tinggi Tehran.

Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri kepada kantor berita Jepang Kyodo mengatakan, jika Iran kehilangan sumber penghasilan utamanya, mana negara ini tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan yang diperlukan pada waktu yang tepat.

Letak geografis Iran tidak akan memungkinkan bagi AS untuk sepenuhnya menghapus minyak negara itu dari pasar dunia. Iran bisa menjual minyaknya ke pembeli-pembeli lama dan baru dengan berbagai cara. Oleh karena itu, pemerintah Tehran telah memulai pembicaraan baru untuk meningkatkan penjualan minyaknya ke Rusia, Cina dan negara-negara lainnya.

Selain itu, konsekuensi penghapusan minyak Iran dari pasar dunia tidak dapat diprediksi. Oleh sebab itu, para pejabat Amerika sendiri terbelah menjadi dua antara setuju dan tidak setuju terkait dengan perpanjangan pengecualian sanksi terhadap delapan negara pengimpor utama minyak Iran.

Reuters baru-baru ini menulis, Amerika khawatir bahwa tekanan cepat untuk mengurangi ekspor minyak Iran akan menyebabkan guncangan dalam pasar global, oleh karena itu tekanan untuk pencegahan ekspor minyak Iran hingga ke titik nol sangat sulit untuk diwujudkan.

Melihat fakta yang terjadi di kalangan masyarakat internasional saat ini, maka AS tidak akan mampu menggiring perkembangan dunia ke arah keinginan-keinginan para pejabat Washington meskipun dengan cara menekan negara-negara lain.

Terkait hal ini, jubir Kemlu Iran Bahram Ghasemi mengatakan, pernyatan jahat Brian Hook mengenai sanksi terhadap Iran menunjukkan bahwa dia tidak mengerti kondisi saat ini dan tidak menyadari posisi Amerika yang tidak stabil, goyah dan bahkan menurun di tingkat global. (RA)

Tags