Tweet Pencerahan Zarif Kepada Dunia Arab; Bersatu Menghadapi Trump!
https://parstoday.ir/id/news/iran-i68864-tweet_pencerahan_zarif_kepada_dunia_arab_bersatu_menghadapi_trump!
Menteri Luar Negeri Iran, sebagai tanggapan atas tindakan presiden Amerika Serikat yang melanggar hukum terhadap Dataran Tinggi Golan yang diduduki, memperingatkan negara-negara Arab bahwa Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel akan tetap mencuri tanah mereka dan tidak peduli berapa banyak mereka menyatakan kesetiaannya.
(last modified 2025-10-22T09:55:17+00:00 )
Mar 30, 2019 15:55 Asia/Jakarta
  • Twitter Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran
    Twitter Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran

Menteri Luar Negeri Iran, sebagai tanggapan atas tindakan presiden Amerika Serikat yang melanggar hukum terhadap Dataran Tinggi Golan yang diduduki, memperingatkan negara-negara Arab bahwa Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel akan tetap mencuri tanah mereka dan tidak peduli berapa banyak mereka menyatakan kesetiaannya.

Mohammad Javad Zarif di Twitter menulis, "Deklarasi sewenang-wenang Donald Trump tentang Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki Zionis Israel setelah pengumuman setahun lalu tentang al-Quds yang diduduki merupakan peringatan bagi negara-negara Arab dan Muslim." Di akhir tweetnya, Menlu Iran menulis kepada negara-negara Arab dan Muslim, "Mari kita bersatu."

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran

Pada 25 Maret 2019, Amerika Serikat menandatangani dekrit yang melanggar hukum internasional dan pelanggaran eksplisit terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana Washington mengakui kepemilikan palsu rezim Zionis atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Pada saat yang sama, langkah presiden Amerika Serikat secara sepihak ini mendapat kecaman global dan Amerika Serikat kembali terisolasi dalam sidang Dewan Keamanan PBB. 14 anggota DK-PBB baru-baru ini menentang keputusan Donald Trump untuk mengakui kepemilikan rezim Zionis Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Menurut resolusi 242 dan 497 Dewan Keamanan PBB, wilayah Dataran Tinggi Golan adalah tanah Arab dan milik Suriah. Di bawah resolusi 497, diadopsi oleh Dewan Keamanan pada 1981, sebagian besar anggotanya, termasuk Amerika Serikat justru menyetujuinya. Resolusi itu menolak keputusan rezim Zionis Israel dan tindakannya terhadap Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Tindakan Trump untuk melegitimasi pendudukan rezim Zionis di wilayah Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki karena kebijakan kesetiaan dan tebusan beberapa orang Arab ke Amerika Serikat, yang telah mencapai puncaknya dengan kedatangan Trump di Gedung Putih. Trump bulan Desember 2017 juga mengumumkan pemindahan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis yang diduduki, yang mulai berlaku pada 14 Mei 2018.

Kini, tindakan presiden Amerika Serikat terhadap Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki dibentuk di balik bayang-bayang Kesepakatan Abad dalam kerangka kebijakan negara-negara Arab yang ingin melakukan normalisasi dengan Zionis Israel, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain. Dalam hal ini, di puncak kontroversi Trump terkait Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, Anwar Gargash, Menteri Negara untuk Dewan Nasional Federal dan Menteri Negara untuk Luar Negeri mengatakan, "Sebuah keputusan Arab telah lama diambil untuk menahan diri dari hubungan langsung dengan Israel, tetapi sekarang jelas bahwa keputusan ini sepenuhnya salah."

Seiring dengan kesetiaan beberapa orang Arab ke Amerika Serikat dan menjadi sapi perah Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, ia lebih memihak rezim Zionis Israel lebih dari sebelumnya. Karena dukungan dan keberpihakan Amerika semacam ini, bagian dari wilayah Golan, salah satu wilayah strategis terpenting di kawasan Asia Barat, masih diduduki oleh kaum Zionis.

Pakar politik Mokram Mohammed Ahmed pada hari Rabu (27/03) di situs Mesir al-Ahram menulis, "Keputusan Trump terhadap Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki telah menyingkap kebusukan niat pemerintah Amerika Serikat saat ini terhadap negara-negara Arab dan masalah ini menunjukkan bahwa dalam waktu dekat akan ada ancaman komprehensif terhadap wilayah Arab. Situasi ini membutuhkan solidaritas dari negara-negara Arab dan bersandar pada diri mereka sendiri."

Donald Trump, Presiden AS

Presiden Amerika Serikat menyikapi masalah kawasan Asia Barat dengan memihak secara penuh rezim Zionis Israel dengan tujuan merugikan hak-hak Arab. Pemerintah Trump bergerak dari Desember 2017 hingga kini dengan merugikan negara-negara Arab dan Muslim. Ketidakpedulian beberapa negara Arab terkait pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis yang diduduki mendorong pemerintah Amerika saat ini untuk mengambil langkah berbahaya dengan deklarasi sewenang-wenang terhadap Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Pendekatan pemerintah Trump tidak akan menjamin kepentingan negara-negara Arab dan melemahkan negara-negara Arab dengan tujuan menjaga keamanan rapuh rezim Zionis Israel adalah kebijakan AS yang pasti. Dalam situasi seperti itu, solidaritas dan persatuan negara-negara Arab dan Muslim untuk mempertahankan hak-hak legal mereka adalah satu-satunya cara melawan kelanjutan perebutan tanah Arab oleh Zionis Israel dan Amerika Serikat.