Iran Aktualita, 30 November 2019
Perkembangan Iran selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting di antaranya pertemuan Ayatullah Khamenei dengan ribuan anggota Basij memperingati Pekan Basij.
Isu lainnya adalah surat menteri kesehatan Iran kepada Organisasi Kesehatan Dunia, peringatan Hari Angkatan Laut Iran dan wakil-wakil Iran di organisasi-organisasi internasional menyampaikan sikap Iran di Belanda dan Jenewa.
Pidato Rahbar di Peringatan Pekan Basij
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Rabu pekan lalu saat bertemu dengan ribuan anggota Basij seraya menjelaskan bahwa sistem dominasi adalah musuh semua bangsa Iran dan menjelaskan, "Basij sedemikian penting bagi masyarakat dan negara, sehingga benar-benar menjadi target konspirasi dan infiltrasi musuh agar gerakan besar ini mendapat masalah dari dalam, tentu saja tidak diragukan bahwa Basij dalam perjuangan dan perlawanannya akan menjadi pemenang."
Ayatullah Khamenei juga menyampaikan soal ancaman yang akan dihadapi dan bagaimana Iran menghadapi semua ancaman itu seraya mengingatkan, "Sistem Islam berangkat dari prinsip dan nilai-nilai Islam dan Islam juga pembawa bendera keadilan dan kebebasan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, "Lembaga besar dan luas seperti Basij di Iran dan semisalnya di sebagian negara lain lebih banyak menjadi target musuh, sebagaimana Hashad Shaabi di Irak dan Hizbullah di Lebanon."
Ayatullah Khamenei lebih lanjut mengisyaratkan peristiwa terbaru dan instabilitas yang dirancang di sejumlah kota Iran dan menambahkan, musuh dalam konspirasinya yang terbaru mengeluarkan dana yang sangat besar, dan berusaha mencari kesempatan untuk melakukan aksi destruktif, pembunuhan dan kejahatan. Mereka mengira kenaikan harga bensin peluang bagi mereka, dan mengerahkan pasukannya ke medan tempur, namun rakyat Iran dengan kehadiran luasnya, berhasil mematahkan gerakan musuh.
Ayatullah Khamenei menegaskan, gerakan besar rakyat Iran yang dimulai dari Zanjan dan Tabriz bahkan menyebar ke beberapa desa, dan berujung di Tehran, merupakan pukulan keras terhadap kubu arogansi dan Zionisme dunia, yang berhasil memaksa mereka mundur.
Dalam hal ini, Duta Besar Iran di London Hamid Baeidinejad mempublikasikan pesan di laman Twitternya menulis, "Iran mengadukan jaringan televisi musuh berbahasa Persia seperti BBC Persia, Iran International dan Manoto karena membiaskan secara sengaja transformasi terbaru Iran dan mengajak untuk melakukan kekerasan lebih luas terhadap organisasi masyarakat sipil di Iran serta menuntut Ofcom menerapkan hukum atas jaringan televisi ini.
Untuk mencapai tujuannya, Amerika Serikat dan musuh Iran menggunakan tuntutan rakyat sebagai sarana untuk mengganggu ketenangan masyarakat dan krisis politik yang pada akhirnya dimaksudkan untuk melemahkan prinsip negara.
Amerika Serikat menyebut dirinya sebagai pendukung bangsa Iran yang dengan sanksi kejamnya berusaha untuk memperketat kehidupan rakyat setiap hari.
Surat Menkes Iran kepada WHO
Menteri Kesehatan Iran Jumat lalu mengirim surat kepada Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia untuk tidak tinggal diam mengenai sanksi AS yang kejam terhadap rakyat Iran terkait makanan, obat-obatan, dan peralatan medis.
Saeed Namaki, Menteri Kesehatan dan Pendidikan Medis Iran, menulis dalam suratnya kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom, "Amerika Serikat mengklaim sanksi terhadap Iran tidak termasuk obat-obatan, makanan dan peralatan medis, tetapi dalam kenyataannya, berusaha sengaja untuk mencegah impor dan pasokan obat-obatan kepada rakyat Iran."
Namaki mengatakan Amerika Serikat tidak hanya melakukan terorisme ekonomi tetapi juga telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan memboikot negara Iran.
Menkes Iran menjelaskan bahwa WHO sebagai penanggung jawab penerapan perlindungan kesehatan masyarakat tidak boleh diam dihadapan kejahatan Amerika Serikat seraya menekankan, "Para pejabat PBB harus dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum, termasuk hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan, unilateralisme dan prinsip-prinsip diplomasi internasional."
Peringatan Hari Angkatan Laut Iran
Pada tanggal 7 Azar 1359 HS, ketika invasi Ba'ath ke Iran dengan dukungan kekuatan dunia dan konspirasi dari beberapa negara di kawasan memulai perang skala penuh melawan Iran, para pemberani pasukan Angkatan Laut Republik Islam Iran dalam serangan epik yang disebut "Operasi Mutiara" membalas serangan pasukan agresor rezim Baath Irak.
Dalam sebuah pertempuran sengit di Teluk Persia, sejumlah besar kapal perang Irak berhasil dihancurkan oleh angkatan laut Iran. Selain itu, anjungan minyak al-Bakr yang terletak di barat laut teluk Persia juga mengalami kerusakan berat. Menyusul operasi militer tersebut, kontrol atas kawasan Teluk Persia tersebut berada di tangan pejuang Iran. Hari ini kemudian dikenang oleh rakyat Iran sebagai "Hari Angkatan Laut".
Angkatan Laut memiliki tugas penting untuk melindungi lebih dari 3.000 kilometer garis pantai utara dan selatan, serta melindungi perairan pantai dan sumber daya vital negara. Pasukan ini memiliki kontrol penuh atas unit angkatan laut, Marinir dan Rangers, Skuadron Udara dan Laut, unit penerbang dengan dengan penyelam yang terampil, di Teluk Persia, Laut Oman dan Laut Kaspia serta menetralkan aktivitas apa pun oleh musuh dalam ruang lingkup hukumnya.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan dengan komandan dan pejabat Angkatan Laut, menggambarkan laut sebagai "konfrontasi yang kuat dengan musuh" dan "kerja efektif dan kerja sama dengan teman-teman".
Pasukan Angkatan Laut Iran telah dilengkapi dengan kapal selam seperti "Fateh", "Ghadir" dan "Besat" dan sekarang berada dalam keseimbangan angkatan laut yang kuat.
Laksamana Hossein Khanzadi dalam wawancara dengan saluran dua televisi nasional Iran mengatakan, armada angkatan laut Iran tidak bisa dibandingkan dengan angkatan laut negara-negara lain di kawasan yang mereka beli dari negara-negara Barat.
"Negara-negara yang membeli peralatannya dari Barat sangat rapuh keamanannya, sebab kunci keamanannya tidak berada di tangan mereka sendiri," tegasnya.
Menurut komandan angkatan laut Iran, jumlah negara yang berdikari dalam masalah pertahanannya di kawasan Samudera Hindia hanya dalam hitungan jari tangan, dan di kawasan Teluk Persia hanya Iran yang berhasil swasembada dalam merancang, membuat dan mengoperasikan peralatan pertahanan yang canggih.
Laksamana Khanzadi juga menunjukkan bahwa Teluk Persia menjadi kawasan yang menjadi incaran kekuatan asing.
"Jika Amerika hadir di kawasan ini, mereka tidak akan mewujudkan keamanan, tetapi justru akan berusaha memanfaatkan rasa tidak aman demi kepentingannya," papar pejabat militer Iran ini.
Penyataan Sikap Iran di Jenewa dan Belanda
Pekan lalu, wakil-wakil Iran di dua konferensi internasional; di Jenewa dan Belanda menyampaikan sikap Iran di bidang Konvensi Senjata Nuklir dan Kimia.
Wakil Tetap Iran untuk Badan-badan PBB di Wina, Kazem Gharib Abadi mengatakan, teralisasinya secara penuh tujuan dari Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) tergantung pada komitmen negara-negara pemilik senjata nuklir terhadap isi perjanjian ini.
Gharib Abadi Senin lalu di sidang ke-35 komisi pendahuluan CTBT menambahkan, sikap prinsip dan mendasar Republik Islam Iran adalah pemusnahan total segala bentuk senjata nuklir dan mendukung tujuan CTBT.
"Negara pemilik senjata nuklir, memiliki tanggung jawab khusus dalam melaksanakan Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan secara penuh mereka harus komitmen dengan isi perjanjian ini," paparnya.
Gharib Abadi juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam alokasi bujet dan sumber daya manusia bagi seluruh bidang verifikasi serta untuk meningkatkan pembangunan kapasitas di negara-negara penandatangan.
Sementara itu, pertemuan tahunan ke-24 para anggota Konvensi Senjata Kimia (CWC) sedang diadakan tempat koferensi internasional di Den Haag, Belanda. Konferensi ini dimulai sejak hari Senin, 25 November, dan berlanjut hingga Jumat.
Gholamhossein Dehghani, Perwakilan Republik Islam Iran dan Deputi Menteri Luar Iran Urusan Hukum dan Internasional menjelaskan sikap dan pandangan Iran tentang senjata kimia selama pertemuan tersebut.
Gholamhossein Dehghani juga bertemu dengan Wakil Menteri Perindustrian Rusia Oleg Ryazantsev untuk membahas cara-cara memperluas kerja sama Tehran-Moskow dalam Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Pertemuan ini menekankan perlunya semua negara untuk mematuhi Konvensi Senjata Kimia.
Sebelumnya, dalam pidato di Konferensi Senjata Kimia ke-24, Dehghani juga membahas perlunya pengawasan yang lebih besar oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia pada proses pemusnahan senjata kimia Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.
Iran adalah korban senjata kimia dan memiliki pengalaman pahit di bidang ini. Salah satu konsekuensi dari kegagalan tujuan konvensi ini dan pengawasannya yang buruk terhadap implementasinya adalah meluasnya penggunaan senjata kimia rezim Saddam dalam perang yang dipaksakan terhadap Iran. Lebih dari 100.000 orang mati syahid dan terluka dalam serangan kimia Irak terhadap Iran. Banyak korban kejahatan menderita luka kimia parah. Penderitaan dan rasa sakit para korban senjata kimia tidak akan pernah sembuh.
Sayangnya, organisasi internasional memiliki peran yang lemah dalam hal ini dan tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik melawan proliferasi senjata pemusnah massal di dunia. Padahal, dalam kondisi ketika komunitas internasional telah melakukan upaya besar untuk merancang dan meratifikasi Konvensi Senjata Kimia, tetapi implementasi konvensi tersebut memiliki banyak kelemahan.