Khutbah Jumat di Tehran, 24 Januari 2020
Shalat Jumat di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada pekan ini berlangsung di Mushalla Besar Imam Khomeini ra, 24 Januari 2020. Imam dan Khatib Shalat Jumat adalah Hujjatul Islam Sayid Mohammad Hassan Aboutorabi-Fard.
Sebelum Khutbah Jumat dimulai, Sadollah Zarei, seorang pakar Asia Barat (Timur Tengah) menyampaikan ceramah tentang pemikiran Syahid Letnan Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Hujjatul Islam Sayid Aboutorabi-Fard dalam khutbah pertama mengatakan, prestasi-prestasi Republik Islam Iran dicapai berkat dua karakteristik berharga dari rakyat negara ini, yaitu kesabaran dan syukur.
"Tanpa perlawanan, ketekunan, kesabaran dan kesuksesan bersyukur, maka prestasi-prestasi tersebut tidak akan tercapai," ujarnya.
Dia lebih lanjut menyinggung Shalat Jumat sebelumnya yang diimami oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dan menuturkan, bangsa Iran dan negara-negara perlawanan dunia diberkati dengan kualitas kesabaran dan rasa syukur.
Dalam khutbah kedua, Hujjatul Islam Sayid Aboutorabi-Fard mengatakan, rakyat Iran dan Irak harus bersatu dan bersabar. Rakyat Iran, Irak, Suriah, Yaman, Lebanon, Turki, Pakistan, Afghanistan, Bahrain, Arab Saudi dan semua bangsa di kawasan harus bersatu bersama rakyat Palestina di jalan kebenaran dan bersabar. Mereka harus memiliki kesabaran, rasa syukur, dan ketekunan di jalan kebenaran ini.
Dia menuturkan, kita memerlukan kesabaran kolektif. Selama tiga dekade, lanjutnya, Letjen Soleimani berusaha menciptakan kesabaran kolektif di antara bangsa-bangsa ini untuk menghadapi ketamakan Amerika Serikat dan boneka-bonekanya.
"Rakyat Iran dan Irak bersama dengan bangsa pemberani Palestina, Yaman, Suriah dan Lebanon harus bersatu dan membentuk satu barisan," ujarnya.
Dia menambahkan, hari ini, rakyat pemberani Irak menggelar demonstrasi jutaan orang. Mereka bersama rakyat Iran, Yaman, Lebanon dan bangsa-bangsa Muslim di kawasan, meneriakkan slogan "Mampus Amerika."
Khatib Shalat Jumat di Tehran menandaskan, dalam pemahaman yang benar tentang Islam murni, Islam telah menjadi aliran pemikiran yang kuat untuk mengubah bangsa-bangsa di kawasan menjadi kekuatan yang menentukan, dan dengan operasi yang terjadi (mengacu pada serangan balasan rudal Iran terhadap pangkalan militer AS di Irak), kekuatan militer AS di kawasan telah runtuh.
Hujjatul Islam Sayid Aboutorabi-Fard lebih lanjut menegaskan, semua negara Muslim di kawasan harus bersabar dan bersatu melawan musuh-musuh Islam.
Dia juga menyinggung peran Iran dalam menciptakan stabilitas di kawasan, dan menekankan tentang pentingnya kesabaran kolektif.
"Wahai bangsa-bangsa Muslim… bersatulah. Persatuan kalian akan menciptakan kekuatan. Islam adalah kunci persatuan bangsa-bangsa di kawasan. Arti dari kesabaran kolektif adalah perlawanan bersama terhadap musuh. Bersabarlah atas musuh kalian, dan kuatkanlah hubungan kalian," tegasnya.
Khatib Shalat Jumat di Tehran mengatakan, kita harus memperkuat kekuatan militer kita. Dalam logika al-Quran, lanjutnya, kekuatan tidak mengenal batas. Umat Islam harus bergerak ke arah kekuatan di bidang sains dan teknologi, budaya, politik, ekonomi, dan pertahanan. Sebab, ilmu sama dengan kemampuan dan kekuatan. (RA)