Suasana Pasar di Tehran Menjelang Malam Yalda (2)
(last modified Mon, 21 Dec 2020 12:10:02 GMT )
Des 21, 2020 19:10 Asia/Jakarta
  • Suasana Pasar di Tehran Menjelang Malam Yalda, Minggu, 20 Desember 2020.
    Suasana Pasar di Tehran Menjelang Malam Yalda, Minggu, 20 Desember 2020.

Shab-e Yalda (Malam Yalda) di Republik Islam Iran tahun ini jatuh pada Minggu malam, 20 Desember 2020 atau 30 Azar 1399 Hs. Sebuah pasar di Tehran tampak ramai pembeli yang belanja keperluan untuk Malam Yalda.

Shab-e Yalda atau Shab-e Chelleh adalah festival Iran yang dirayakan pada apa yang disebut sebagai "malam terpanjang dan tergelap tahun ini." Yalda adalah perayaan musim dingin, yaitu, pada malam dari titik balik matahari musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Shab-e Yalda diperingati di malam 1 Dey dalam penanggalan Persia. Menjelang Shab-e Yalda, masyarakat berbelanja beragam jenis buah dan kacang-kacangan untuk keperluan peringatan tersebut. Pasar dan toko-toko buah dan kacang-kacangan di Iran dibanjiri pembeli. Perayaan ini sangat menguntungkan para pedagang di pasar.

Yalda adalah istilah Syriac (salah satu rumpun Bahasa Aramic) yang berarti lahir. Menurut keyakinan orang-orang Iran kuno, matahari di malam itu lahir kembali, karena besok malam Yalda akan melihat matahari yang lebih panjang lagi.

Malam Yalda memiliki kedudukan istimewa dalam budaya dan tradisi orang-orang Iran. Perayaan Shab-e Yalda adalah momen besar Persia kuno yang masih ada hingga sekarang.

Abadinya perayaan tersebut menunjukkan ikatan yang tak terpisahkan antara masyarakat Iran sekarang dengan budaya dan tradisi nenek moyang mereka. Konon sekitar 7.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Iran telah menemukan penanggalan matahari hingga akhirnya mengetahui bahwa malam pertama musim dingin adalah malam terpanjang dalam setahun.

Masyarakat di masa lalu yang menyaksikan pergerakan matahari, bulan, bintang, perubahan musim, pendek dan panjangnya hari dan malam berusaha menyesuaikan aktivitas sehari-hari mereka dengan kondisi tersebut.

Mereka banyak memanfaatkan fenomena itu dalam menjalani kehidupan mereka. Oleh karena itu, masyarakat Iran memuji fenomena alam dan mensyukurinya serta menganggapnya sebagai ungkapan dari keberadaan Tuhan.

Matahari dengan sinarnya telah memberikan kehidupan kepada bumi dan semua yang ada di dalamnya. Masyarakat yang berpikir akan memahami bahwa sumber cahaya materi terbesar adalah matahari. Dari pemahaman tersebut sedikit banyak mereka akan mengenal kehidupan dan mengenal sumber cahaya spiritual terbesar yaitu Tuhan. Setelah Tuhan "berada" di hati mereka, mereka akan berusaha mempertahankan sifat-sifat-Nya yang merupakan sumber perdamaian, persahabatan, cinta dan persaudaraan,dalam diri mereka.

Sejarah festival malam Yalda sangat panjang dan kembali pada era Persia kuno. Sejarah perayaan ini kembali pada sejarah peringatan ulang tahun matahari di hari pertama musim dingin atau yang dikenal dengan ritual Khorram Rooz. Festival musim dingin sangat penting bagi warga yang kehidupannya bertumpu pada pertanian dan peternakan. Festival ini tercatat sebagai perayaan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Rahasia keabadian festival malam Yalda hingga mampu bertahan sampai saat ini bergantung pada sejumlah faktor. Faktor terpenting adalah karakterisik Yalda yang berhubungan erat dengan alam dan mulainya musim baru yang terulang setiap tahun. Ketergantungan festival alam ini dengan pola hidup dan pekerjaan masyarakat petani dan pedesaan Iran, dan eksinya identitas budaya kuno Iran di perayaan malam Yalda.

Selain itu, awal musim dingin dianggap sebagai berakhirnya aktivitas para petani dan panen serta awal dari masa-masa istirahat mereka. Perayaan Yalda juga menjadi pengingat masa lalu orang-orang Iran. Masyarakat di desa yang pergi ke kota di Malam Yalda telah menambah semaraknya perayaan itu di masyarakat kota sehingga acara tersebut semakin hidup dalam tradisi Iran.

Yalda berasal dari bahasa Suryani yang berarti kelahiran. Dengan demikian menurut keyakinan warga Iran kuno, matahari terlahir di akhir malam musim gugur, yakni akhir bulan Azar dalam kalender mereka. Abu Rayhan al-Biruni, ulama Iran abad ke-10 dan 11 Masehi menyebut festival Yalda sebagai Milad Akbar dan maksudnya adalah kelahiran matahari. Waktu Milad Akbar ini diisyaratkan oleh Biruni dapat disaksikan di buku al-Tanbih wal al-Ashraf tulisan Masudi.

Masudi, sejarawan Muslim yang hidup di abad ke 10 Masehi, membagi tahun menjadi empat musim di kitabnya tersebut. Terkait musim ketiga, yakni musim gugur, Masudi menyebut malam terakhir musim gugur sebagai malam sebelum perubahan musim dingin atau awal bulan Dey (kalender Iran). Biruni menyebut mulai hari pertama bulan Dey sebagai xwar (خور) dan di sebagain sumber disebut Khorram Rooz.

Meramal dan memprediksi masa depan di setiap awal musim atau tahun baru termasuk tradisi kuno rakyat Iran. Ali Bolukbasi, penulis dan peneliti Iran menulis, Tradisi ini di peradaban paling kuno dunia, termasuk peradaban Suryani-Babel, seperti ramalan di festival Akitu. Meminta bantuan dari Hafiz dan meramal dengan syairnya di malam Yalda termasuk salah satu bentuk ramalan yang marak di antara warga Iran.

Warga saat meramal dengan bantuan Divan-e Hazif (kumpulan syair Hafiz), meminta bantuan untuk membuka rahasia dan mengetahui takdir mereka di masa depan. Membaca Shahname Firdausi dan cerita herioknya termasuk tradisi yang marak dilakukan di malam Yalda. Selain itu masih banyak keyakinan dan tradisi lain yang dilakukan warga di malam Yalda yang kebanyakannya berbeda di setiap daerah, karena hal itu merupakan tradisi lokal.

Namun begitu ada satu tradisi di malam Yalda yang merata dan dirayakan oleh semua orang. Tradisi tersebut adalah berkumpul di malam Yalda dan bersama-sama menghabiskan malam tersebut. Di Malam Yalda, mayoritas keluarga terlepas dari agama dan aliran yang mereka yakini duduk bersama keluarga mereka di bawah cahaya (api, lilin, atau lampu) dan di depan hidangan khusus dalam perayaan tersebut.

Hidangan itu di banyak daerah di Iran disebut sebagai "Shab Careh" yang biasanya terdiri dari tujuh jenis buah-buahan dan tujuh jenis kacang-kacangan, bahkan terkadang jumlah jenis buah dan kacang-kacangan itu lebih dari tujuh jenis. Selain tujuh jenis kacang-kacangan dan buah-buahan, Shab Care juga meliputi biji-bijian seperti gandum, dan kacang-kacangan seperti kwaci dari biji semangka dan biji bunga matahari.

Beberapa hari sebelum malam Yalda, pasar dan toko buah dan kacang-kacangan di Iran sesak dengan pembeli yang menyiapkan perayaan itu. Bahkan biasanya pasar dan toko tersebut ramai hingga tengah malam. Buah-buahan khusus Shab-e Yalda adalah semangka, delima dan anggur. Namun terkadang buah-buahan tersebut dilengkapi dengan buah-buahan di musim panas lainnya seperti apel, melon, mentimun dan buah "beh" (safarjal/quince).

Di antara buah-buahan yang paling penting di Malam Yalda adalah semangka. Banyak orang meyakini bahwa jika seseorang memakan buah tersebut di Shab-eYalda maka ia tidak akan sakit selama musim dingin dan bahkan tidak akan kedinginan di sepanjang musim tersebut. Makan buah semangka dan delima di Shab-e Cheleh memiliki rahasia tersendiri, dimana warna merah kedua buah itu melambangkan kehangatan lembut di malam musim dingin.

Biasanya tidak ada makan malam khusus yang disiapkan untuk Shab-e Yalda. Makan malam mereka tergantung pada kondisi ekonomi dan jenis makanan setiap keluarga. Sebagian keluarga setelah menyantap makan malam, mereka pergi ke rumah sanak keluarga yang lebih tua untuk menghabiskan Malam Yalda.

Pada abad-abad terakhir, para keluarga di Iran lebih suka menghabiskan Shab-e Yalda untuk membaca dan menelaah buku dan syair-syair Hafez, seorang penyair besar Iran. Sebagian keluarga di Iran juga melewati Shab-e Chelehdengan bercerita tentang berbagai kenangan dan pengalaman kakek dan nenek mereka. Salah satu tradisi lain yang menghiasi Shab-e Cheleh adalah pemberian hadiah khusus kepada mereka yang baru menikah atau telah akad tetapi belum resepsi.

Kini muncul pertanyaan, kita yang hidup di abad ke-21 dengan kemajuan teknologinya, apa manfaatnya berbagai perayaan warisan budaya kuno seperti malam Yalda atau Nowruz dan apa pesan yang ingin disampaikan warisan peradaban kuno ini kepada kita?

Realitanya adalah dunia yang kita hidup saat ini telah menjerat dan menyibukkan kita. Pengaruh besar pola hidup modern sangat luas di perilaku kita. Keluar dari lingkaran ini sepertinya sangat sulit. Meski dunia sepertinya berjalan di jalur rasionalitas dan kebijaksanaan, namun ternyata manusia di jalur ini saling terpisah dan hubungan emosional mereka semakin tipis.

Teknologi maju seperti jejaring sosial dan teknologi canggih telekomunikasi membuat kehidupan manusia saling terpisah. Kontak fisik selama ini berubah menjadi kontak maya. Namun pada akhirnya hubungan maya ini tidak dapat mengganti kontak fisik sesama manusia.

Di kondisi seperti ini ritual dan festival warisan budaya kuno seperti malam Yalda, sedikit banyak memenuhi kehausan manusia modern akan hubungan emosional dan fisik. Dengan berkumpul bersama dan menghabiskan malam hingga fajar dengan keluarga serta famili, menjadikan hubungan di antara mereka semakin erat dan emosinya terpenuhi.

Fungsi lain dari perayaan dan festival seperti ini adalah menciptakan persatuan dan solidaritas budaya di antara seluruh lapisan masyarakat, seperti di Iran. Hal ini karena festival seperti ini dirayakan dengan tidak memandang etnis, agama dan mazhab. Ini sebuah festival umum yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, baik kaya atau miskin, sipil maupun pejabat. (RA)