Rouhani: Tidak Mungkin Bicarakan Kembali JCPOA
Presiden Republik Islam Iran menilai tidak mungkin kembali membicarakan JCPOA sebagai hasil dari upaya panjang berbagai negara dan ini bertentangan dengan resolusi 2231 Dewan Keamanan.
Hassan Rouhani Selasa (16/2/2021) di kontak telepon dengan sejawatnya dari Swiss, Guy Parmelin menyebut hubungan baik Tehran-Bern bersejarah dan mendalam serta menekankan, mengingat kapasitas tinggi kedua pihak hubungan baik ini harus ditingkatkan dan diperdalam dalam koridor peta jalan kerjasama kolektif.
Lebih lanjut Rouhani seraya menekankan bahwa solusi masalah melalui ancaman, represi dan melawan rakyat Iran pastinya gagal, mengingatkan, metode tunggal adalah bertumpu pada rasionalitas dan penghormatan timbal balik yang dapat mengatasi beragam masalah.
Presiden Iran di kesempatan tersebut juga menjelaskan bahwa strategi Tehran terkait kesepakatan nuklir JCPOA sepenuhnya transparan. "Pencabutan sanksi secara praktis dan bukan sekedar di atas kertas oleh Amerika Serikat akan disertai dengan kembalinya kami ke komitmen JCPOA yang sebelumnya telah diturunkan secara bertahap," ungkap Hassan Rouhani.
Rouhani menekankan, kini bola berada di lapangan Amerika dan kapan saja sanksi ilegal secara praktis dicabut, maka kondisi akan berjalan di jalur semestinya.
Presiden Iran juga menyinggung kondisi menyedihkan rakyat Yaman dan menyebut gencatan senjata segera, pengiriman bantuan, mencegah pengiriman senjata ke sejumlah negara kawasan serta dimulainya perundingan Yaman-Yaman sebagai solusi final untuk memulihkan stabilitas dan perdamaian ke negara ini.
Sementara itu, presiden Swiss di kontak telepon ini menilai kondisi saat ini di pentas internasional sebagai peluang baru untuk seluruh pihak di JCPOA kembali menjalankan komitmennya dan mengatakan, Swiss siap mengerahkan upayanya di bidang ini.
Parmelin juga mengisyaratkan pentingnya pemulihan keamanan di Yaman dan pengokohan kerjasama regional serta mengungkapkan, Iran mengingat peran efektifnya di kawasan dapat membantu seluruh negara, termasuk Uni Eropa, untuk memulihkan stabilitas di Yaman. (MF)