Nasib JCPOA di Jalur Negosiasi Wina
Berdasarkan Undang-Undang "Aksi Strategis untuk Pembatalan Sanksi dan Melindungi Kepentingan Bangsa Iran" yang disetujui oleh Parlemen Iran, Republik Islam Iran telah mengambil langkah-langkah implementasi sebagai tanggapan atas penarikan Amerika Serikat dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Pada saat yang sama, Iran telah mencoba dengan inisiatif strategis dan kesabaran untuk mempertahankan JCPOA sebagai dokumen kepercayaan. Dengan pendekatan yang sama, pertemuan Komisi Bersama JCPOA Iran dan kelompok 4 + 1 dengan tujuan mengevaluasi keseluruhan proses negosiasi digelar Kamis pekan lalu di Grand Hotel di Wina. Konsultasi para ahli juga sedang berlangsung, secara multilateral dan bilateral, dan berbagai tema sedang diupayakan dalam dua kelompok kerja inti dan berbagai sanksi.
Pembicaraan itu dipantau secara ketat oleh kalangan media dan lingkaran politik, dan spekulasi tentang hasil pembicaraan secara keseluruhan tampaknya positif dan menjanjikan. Namun, ada garis merah dan pertimbangan dalam hal ini.
Baca juga: Sidang Wina dan Masa Depan JCPOA
Ada tiga tujuan penting dalam negosiasi ini:
Tujuan pertama, jalan yang akan ditempuh sudah diketahui dan murni di bidang masalah teknis dan pencabutan sanksi secara tuntas. Oleh karena itu yang harus dilakukan pihak lain sudah jelas.
Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran, Seyyed Abbas Araghchi mengkonfirmasikan bahwa pemahaman baru tampaknya mulai terbentuk dan pembicaraan mendekati tahap yang dapat diterima.
Disebutkan bahwa para pihak sekarang sedang mengerjakan teks bersama.
Untuk itu, delegasi Iran telah menyiapkan naskahnya sendiri di bidang nuklir dan pencabutan sanksi dan telah mempresentasikannya kepada semua pihak. Naskah tersebut dapat menjadi dasar untuk melanjutkan perundingan dan mencapai kesepakatan akhir. Namun, ada jalan yang sulit di depan. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Araghchi, "Masih terlalu dini untuk memprediksi hasilnya."
"Kemajuan dalam negosiasi JCPOA tidak mudah. Lebih banyak pekerjaan detail dibutuhkan sekarang. Namun kunci keberhasilan kami adalah semua pihak ingin Amerika Serikat kembali ke JCPOA dan mematuhi kesepakatan nuklir," tulis Enrique Mora, Wakil Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa di Twitter.
Tujuan kedua, kelanjutan dan penyelesaian pembicaraan bilateral dan multilateral serta begitu juga konsultasi teknis telah berlanjut dalam beberapa hari terakhir. Jika perlu, Komisi Bersama akan bertemu lagi, tapi menekankan agar perundingan tidak berkepanjangan tanpa hasil. Negosiasi yang berkepanjangan sangat merusak niat pihak lain dan menghancurkan upaya membangun kepercayaan. Oleh karena itu, dalam praktiknya harus dilihat apakah ada percepatan yang dapat diterima dan masuk akal untuk mencapai kesepakatan. Jika tidak ada, Iran tidak melihat alasan untuk melanjutkan negosiasi.
Baca juga: Araghchi: Kesepahaman Baru Sedang Terbentuk di Wina
"Dasar tim negosiasi Iran adalah prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam sebagai kebijakan negara dalam hal ini," kata Kazem Gharib Abadi, Duta Besar Iran dan perwakilan tetap untuk organisasi internasional yang berbasis di Wina.
Tujuan ketiga, memastikan pencabutan semua sanksi dan memverifikasi tindakan Amerika Serikat dan Eropa dalam hal ini. Republik Islam Iran menekankan akan kembali ke komitmen JCPOA-nya ketika Amerika Serikat mencabut semua sanksi dalam praktiknya, tidak secara lisan atau di atas kertas, dan pencabutan sanksi diverifikasi oleh Iran.
Faktanya, mempertahankan JCPOA dengan cara ini dan pelaksanaannya secara sepihak selama ini telah menimbulkan banyak kerugian bagi kepentingan dan hak rakyat Iran yang harus ada kompensasinya. Oleh karena itu, posisi Iran dalam negosiasi ini cukup jelas dan transparan. Pengalaman menunjukkan bahwa "negosiasi untuk negosiasi" tidak membantu untuk melepaskan simpul JCPOA.