Kasus COVID 'Ngegas' di Malaysia, Diprediksi Baru Reda Sebulan ke Depan
Malaysia kini dihantam kenaikan kasus COVID-19, yang disebut-sebut dipicu oleh varian EG.5 yang masih merupakan 'turunan' varian Omicron.
Namun seiring kenaikan jumlah kasus tersebut, praktisi kesehatan menyebut, sebagian pasien COVID-19 di sana pada gelombang kali ini hanya mengalami gejala ringan.
Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis pengobatan kesehatan masyarakat dari Kementerian Kesehatan, Dr Tan Seok Hong. Menurutnya, jumlah kasus COVID-19 diperkirakan akan menurun dalam sebulan ke depan. Prediksinya itu mengacu pada pengamatan Kementerian Kesehatan perihal tren infeksi virus.
Memang dalam jangka waktu dekat, jumlah kasus COVID-19 di Malaysia masih bisa terus bertambah. Namun Dalam waktu empat hingga enam minggu lagi, jumlah kasusnya akan menurun.
Namun begitu, ia tetap mengimbau masyarakat untuk mengupayakan langkah-langkah proteksi, terutama selama musim liburan sekolah saat ini. Dijelaskannya, orang yang mendapatkan hasil tes positif COVID-19 tidak perlu menjalani isolasi selama lebih dari lima hari.
"Kementerian Kesehatan akan segera mengeluarkan pedoman tentang dosis booster ketiga," ujarnya dikutip dari The Star, Kamis (21/12/2023).
Seiring situasi gelombang COVID-19 di Malaysia saat ini, Dewan Agama Islam dan Adat Melayu (Maik) Kelantan mendorong penggunaan masker di masjid untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Kalau kita melihat statistik yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, ada peningkatan (kasus Covid-19), meski situasi terkendali," ungkap Ketua Dewan Agama Islam dan Adat Melayu, Tan Sri Tengku Mohamad Rizam Tengku Abdul Aziz.
Mengacu pada laporan Kementerian Kesehatan Malaysia, tercatat ada 20.696 kasus baru COVID-19 dalam sepekan terhitung pada periode 10-16 Desember. Total kasus ini naik dibandingkan jumlah kasus pada pekan sebelumnya yakni pada 3-9 Desember dengan jumlah sebanyak 12.757 kasus.
Menteri Kesehatan Malaysia Datuk Seri Dr Dzulkefly Ahmad menyebut, peningkatan kasus COVID-19 mencapai 62,2 persen sepekan terakhir dibandingkan pekan sebelumnya. Sebanyak 97 persen pasien berisiko rendah, tidak mengalami gejala sama sekali atau hanya mengalami gejala ringan. (detik.com)