Jan 31, 2024 21:37 Asia/Jakarta
  • Netanyahu dan Yoav Gallant
    Netanyahu dan Yoav Gallant

Salah satu hasil dari kegagalan israel meraih tujuan yang mereka canangkan di perang Gaza adalah kian melebarnya perpecahan di bumi Palestina pendudukan.

Perang rezim Zionis terhadap Jalur Gaza telah mencapai tahap kritis di kancah internal wilayah pendudukan. Konflik antara militer dan politisi dalam kabinet Netanyahu, serta konflik dalam kabinet perang, telah menjadi perhatian publik. Yoav Gallant, Menteri Perang rezim Zionis, secara terbuka melawan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan ketidakpercayaan antar kedua pihak menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Sejak awal perang Gaza, Netanyahu dan Gallant memiliki perbedaan taktis dan perhitungan satu sama lain mengenai pengelolaan pertempuran, namun perbedaan ini lebih banyak muncul pada fase tersembunyi dari hubungan keduanya. Kini konflik-konflik tersebut sudah memasuki fase terbuka dari fase tersembunyi, bahkan menampakkan diri dalam kebingungan kabinet perang terkait apa yang terjadi di Gaza.

Yoav Gallant

Ada laporan bahwa Netanyahu dan Yoav Gallant jarang berbicara satu sama lain. Perdana Menteri rezim pendudukan Quds juga dikatakan khawatir dengan konsultasi rahasia Gallant dengan pejabat Gedung Putih dan bahkan beberapa lawan Netanyahu di Mossad. Tampaknya Netanyahu sudah benar-benar kehilangan kepercayaan terhadap menteri perang di kabinetnya.

Sisi lain dari kesenjangan ini muncul di dalam kabinet perang. Gadi Eizenkot, salah satu anggota penting kabinet perang rezim Zionis, menuduh Benjamin Netanyahu, perdana menteri rezim pendudukan Quds, tidak mengatakan yang sebenarnya tentang tujuan militer di Gaza. Gadi Eizenkot, yang menyerukan pemilu baru, mengatakan bahwa mereka yang mendukung "kekalahan total" Hamas "tidak mengatakan yang sebenarnya."

Pernyataan Eizenkot ini adalah ketika dia dan beberapa pejabat Zionis lainnya mengklaim bahwa kehancuran Hamas pasti akan tercapai sebelum perang Gaza melewati batas waktu dua bulan, namun tidak terpenuhinya tujuan yang digariskan oleh Perdana Menteri rezim pendudukan Quds tidak memberikan ruang bagi pembelaannya, bahkan oleh orang-orang terdekat Netanyahu. Sementara itu, Benny Gantz, anggota kabinet perang lainnya, memiliki perbedaan pendapat yang jelas dengan Netanyahu dan bahkan berpartisipasi dalam demonstrasi menentangnya dan secara resmi menuntut pencopotan Netanyahu dari jabatan perdana menteri.

Kesenjangan ini telah menempatkan Netanyahu di ujung tanduk. Parlemen Israel sedang mempertimbangkan pemakzulan Perdana Menteri Netanyahu, sementara pemerintah Israel sedang melalui hari-hari kritis dalam perang. Meskipun kemungkinan Netanyahu keluar dari jalur pemakzulan tidak akan terjadi dalam jangka pendek, hal ini bisa menjadi awal dari jalur pemakzulan yang akan mengakhiri kehidupan politik Netanyahu dan sekutu dekatnya.

Proses mosi ketidakpercayaan memerlukan setidaknya 61 suara setuju anggota Knesset, sementara koalisi pemerintah Netanyahu memiliki mayoritas 64 kursi di Knesset. Namun, beberapa anggota Partai Likud telah menemukan sudut pandang terhadap Netanyahu dan menuntut pemecatannya dari jabatan perdana menteri. Tampaknya alarm serius telah terdengar bagi kelangsungan kabinet Netanyahu.

Menurut jajak pendapat terbaru, koalisi berkuasa yang dipimpin oleh Netanyahu akan kalah jika pemilihan parlemen dini diadakan, dan koalisi oposisi akan memenangkan suara yang diperlukan. Jajak pendapat ini mempertimbangkan peluang Benny Gantz, mantan Menteri Perang dan anggota Kabinet Perang saat ini, untuk menjadi perdana menteri. (MF)

 

Tags