Dinamika Asia Tenggara 21 September 2019
(last modified Sat, 21 Sep 2019 06:31:39 GMT )
Sep 21, 2019 13:31 Asia/Jakarta
  • ASEAN day di Tehran
    ASEAN day di Tehran

Dinamika Asia Tenggara sepekan terakhir menyoroti sejumlah isu di antaranya ASEAN Day yang digelar Indonesia di Tehran. Acara resepsi diplomatik ini digelar memperingati HUT ASEAN ke-52 dihadiri Menlu Iran.

Selain itu, asap karhutla yang menjadi masalah negara-negara Asia tenggara, dan wacana pemindahan ibu kota yang disampaikan perdan menteri Thailand.

 

ASEAN day di Tehran dihadiri Menlu Iran sebagai tamu kehormatan

 

 Indonesia Gelar ASEAN Day di Tehran

ASEAN Tehran Committee (ATC) yang diketuai Indonesia menggelar Resepsi Diplomatik memperingati HUT ASEAN ke-52 di Parsian Azadi Hotel di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran. Acara yang diselenggarakan pada Rabu (18/9/2019) dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif sebagai tamu kehormatan.

Peringatan HUT ASEAN ke-52 di Tehran dibuka oleh Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Iran Octavino Alimudin selaku Ketua ATC dan dilanjutkan sambutan oleh Menlu Iran.

Zarif dalam sambutannya menilai ASEAN telah memberikan contoh yang baik kepada negara-negara lain. Alih-alih saling berkonfrontasi satu dengan lainnya, mereka saling berdampingan dan berkegiatan bersama, sehingga semua hal, baik secara individu maupun kolektif akan bisa dikerjakan dengan lebih baik, terutama mengenai kawasan, di mana sejumlah pihak membeli keamanan dari asing, bahkan ada sebagian berusaha agar dirinya bergantung pada asing.

Indonesia, dalam hal ini Dubes RI untuk Iran Octavino Alimudin menjadi Ketua ATC periode Juli-Desember 2019 setelah menerima penyerahan Kepemimpinan ATC dari Dubes Vietnam untuk Iran Nguyen Manh Hien pada 3 Juli 2019.

Menurut Ketua ATC, peringatan ASEAN Day merupakan bagian dari kegiatan ATC. Setelah ini, ATC akan menggelar pertemuan reguler pada November 2019. Kegiatan bersama seperti ini bisa terwujud melalui Working Group. Kegiatan sosial budaya seperti partisipasi ASEAN dalam Pameran Gastronomi di Tehran dan penyelenggaraan Festival Film ASEAN juga telah diagendakan ATC

Pada tanggal 2 Agustus 2018, ASEAN meratifikasi keanggotaan Iran dalam Perjanjian Amity dan Kerjasama di Asia Tenggara (TAC). Iran secara resmi bergabung dengan Perjanjian TAC disaksikan oleh Menlu Zarif di sebuah upacara di sela-sela Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-51 di Singapura.

 

asap karhutla

 

Asap Karhutla Jadi Masalah Asia Tenggara

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari Indonesia dan Malaysia tidak hanya menimbulkan masalah bagi kedua negara, tapi sudah menjadi masalah bagi negara asia tenggara lainnya.

Media massa melaporkan sudah menyebar hingga Filipina. Wilayah yang terdampak paling parah adalah Cebu. Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam di Central Visayas meminta penduduk di Cebu untuk terus mengenakan masker atau kaca mata, untuk melindungi diri dari paparan kabut asap yang berbahaya.

Pada Selasa lalu, seorang lelaki dilaporkan dibawa ke rumah sakit karena batuk parah diduga akibat terpapar kabut asap. Menurut Biro Manajemen Lingkungan (EMB) di Central Visayas, seperti dilansir The Manila Times, Jumat (20/9), kabut asap bisa memicu penyakit pernapasan dan jantung.

Dari data yang dilansir EMB pada Rabu lalu, tercatat kandungan partikel polutan di udara mencapai 56 mikrogram per kubik meter. Nilai itu sudah melewati batas aman 50 mikrogram per kubik meter.

Asap karhutla juga menimbulkan masalah bagi wilayah selatan Thailand. Associated Press, Kamis (19/9) melaporkan, lembaga penelitian Pemantau Kabut Asap Selatan Thailand menyatakan penduduk di wilayah Songkhla, Satun, Yala dan Pattani supaya untuk sementara waktu tidak berkegiatan atau mengurangi aktivitas di luar ruangan.

Mereka juga meminta warga supaya selalu mengenakan masker jika terpaksa bepergian. Menurut mereka, tingkat polusi udara akibat kabut asap sudah mencapai tingkat berbahaya.

Dinas Kesehatan Yala juga membagikan masker kepada penduduk setempat yang berkegiatan di luar ruangan. Mereka juga meminta pengguna jalan untuk waspada karena kabut asap juga memangkas jarak pandang.

Menurut Direktur Biro Lingkungan Wilayah 16 di Songkhla, Thananchai Wannasuk, kandungan polutan di udara akibat kabut mencapai 100 mikrogram per meter kubik. Jumlah itu dua kali lipat dari batas yang ditetapkan Thailand.

Dia menyatakan kandungan partikel polutan di Songkhla berjumlah 104 mikrogram pada pukul 13.00 waktu setempat. Satu jam kemudian nilainya turun mencapai 100 mikrogram.

Sedangkan kandungan polutan di Yala mencapai 106 mikrogram pada pukul 13.00 waktu setempat. Sedangkan satu jam kemudian nilainya turun menjadi 98 mikrogram.

Sementara itu, pemerintah Malaysia terpaksa menutup lebih dari seribu sekolah karena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di kawasan kian parah pada Rabu (18/9).

CNN melaporkan, Kementerian Pendidikan Malaysia merilis surat penutupan sekolah setelah menerima laporan bahwa kualitas udara di beberapa daerah mencapai tingkat "sangat tidak sehat".

Merujuk pada data Kementerian Pendidikan Malaysia, negara bagian yang terkena dampak paling besar adalah Selangor, di mana 538 sekolah ditutup.

Di ibu kota pemerintahan Malaysia, Putrajaya, 25 sekolah ditutup usai Indeks Polutan Udara (API) dilaporkan melebihi 200. Berdasarkan indikator API, tingkat polusi 0-50 mengindikasikan kualitas udara bagus, 51-100 sedang, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 300 ke atas berarti berbahaya.

Kualitas udara di sejumlah wilayah lain di Malaysia juga mencapai tingkat tidak sehat. Pemerintah setempat pun memutuskan untuk menutup sekolah, termasuk yang berada di Kuala Lumpur.

 

PM Thailand, Prayuth Chan-o-Cha

PM Thailand Usulkan Pemindahan Ibu Kota

Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-o-Cha menyampaikan wacana pemindahan ibu kota negara. Menurut dia Bangkok sudah tidak mampu menampung beban karena terlampau padat.

Ia mengatakan, ada dua pendekatan yang bisa diambil untuk memindahkan ibu kota. Pertama untuk mencari lokasi yang tidak terlalu jauh dan terlampau mahal untuk pindah. Kedua melakukan desentralisasi kawasan pinggiran ke luar Bangkok untuk menekan kepadatan.

Seperti dilansir Asia One, Kamis (19/9), Prayuth menyatakan jika mengambil cara kedua, maka pemerintah pusat akan tetap berada di Bangkok. Sedangkan pusat bisnis dan perkantoran akan digeser ke ibu kota baru tidak jauh dari Bangkok.

Cara itu, seharusnya ampuh menekan tingkat kepadatan lalu lintas di dalam kota Bangkok karena tidak terlalu banyak lagi penduduk di kawasan pinggiran yang bepergian ke pusat kota. Meski demikian, Prayuth meyakinkan hal itu bisa terjadi di masa pemerintahannya, meski harus melalui proses penelitian terkait dampak ekonomi dan sosial. (PH)

 

 

 

Tags