Ancaman Israel atas Iran, Berarti Bunuh Diri
Jul 15, 2024 19:47 Asia/Jakarta
Parstoday – Hasan Badie, jurnalis dan analis politik Mesir mengatakan, ancaman Israel, terhadap Iran, membuktikan bahwa para pejabat Rezim Zionis, berpikir untuk bunuh diri, dan merasa sudah dekat dengan akhir hidupnya.
Ancaman Israel, atas Iran, dan analisa yang tepat terkait ancaman ini sangat penting. Oleh karena itu Hasan Badie, merespons statemen mantan Menteri Perang Israel Avigdor Lieberman, yang mengancam Iran.
Badie menuturkan, "Ancaman Lieberman, untuk melancarkan serangan nuklir ke Iran, menunjukkan sedemikian dalamnya Israel, terjerumus di dalam krisis, dan meski didukung Amerika Serikat dan NATO, Israel, sudah sampai ke titik keruntuhan."
Hasan Badie menjelaskan,
Statemen histeris Lieberman, yang mengancam untuk menyerang Iran, berarti bahwa Tel Aviv, takut pada Iran, dan khawatir dengan kemenangan beruntun poros perlawanan terutama setelah serangan rudal Iran, ke Israel.
Ia menambahkan, serangan rudal ini, dan hancurnya dua pangkalan udara Israel, adalah pelajaran berharga bagi Tel Aviv, yang menegaskan "jangan main api dengan Iran, dan poros perlawanan."
Israel, mengancam Iran, di saat media-media rezim ini mengabarkan tentang Angkatan Bersenjata Israel, yang kekurangan tentara, dan sebagian banyak tentara mengalami gangguan psikologis.
Mengutip salah satu tentara di Brigade Golani, media Israel melaporkan, pasukan Israel, merasa kelelahan dalam perang tanpa hasil di Jalur Gaza, dan di front utara melawan Hizbullah Lebanon.
Pasukan Israel, saat ini tidak siap untuk terjun ke dalam pertempuran melawan Lebanon, dan berlanjutnya perang akan semakin memukul psikis para tentara Israel.
Sebelumnya, media-media Rezim Zionis, mengungkap fakta bahwa Israel, untuk menemukan tentara baru, melakukan propaganda di media sosial, terutama Facebook.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar tentara yang bertempur di Gaza, tidak bisa melanjutkan perang, dan sebagian besar orang yang memenuhi persyaratan menjadi tentara, tidak bersedia bergabung, dan melarikan diri.
Pada saat yang sama, selain mengancam Iran, Israel, melanjutkan genosida, dan berupaya meneror para komandan kelompok perlawanan Palestina, di Jalur Gaza, dan tidak pernah berhenti melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.
Abdul Bari Atwan, analis masalah strategi kawasan di salah satu artikelnya di surat kabar Rai Al Youm, menulis, "Setelah berlangsung sembilan bulan genosida dan pembersihan etnis di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, terus berusaha dengan cara apa pun untuk meneror salah satu komandan sayap militer Brigade Al Qassam, termasuk Yahya Sinwar, atau salah satu perwakilan dan penasihatnya, tapi gagal, dan ini menambah catatan panjang kekalahan Netanyahu."
Israel, mengklaim serangan brutal baru-baru ini ke wilayah Al Mawasi, di barat kota Khan Younis, telah menewaskan Mohammed Deif, Komandan Brigade Al Qassam, dan Rafa Salama, Komanan Batalion Khan Younis.
"Akan tetapi pesta kemenangan ini tidak berlangsung lama, dan dinas-dinas intelijen Israel, yang diklaim Netanyahu, punya kemampuan tinggi, untuk keseribu kalinya secara berturut-turut kembali kalah dari pasukan perlawanan, dan suara genderang terungkapnya kebohongan mereka terdengar di mana-mana," papar Abdul Bari Atwan.
Pakar masalah regional ini juga mengatakan bahwa para komandan kelompok perlawanan tetap berada di ruang-ruang komando mereka di bawah tanah untuk mengendalikan perang melawan Israel, perang yang paling panjang dan paling menguras biaya ini.
"Kejahatan-kejahatan ini bagi Israel, sangat memakan biaya, dan para pelakunya termasuk para pemimpin politik atau militer, akan menerima akibat dari perilakunya, dan hukuman mereka akan lebih berat dari orang-orang sejenis mereka di NAZI Jerman, atau para penjahat internasional lainnya," pungkas Atwan. (HS)