Mengapa Israel Cemas Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Baru Iran?
(last modified Sun, 21 Jul 2024 10:14:47 GMT )
Jul 21, 2024 17:14 Asia/Jakarta
  • Mengapa Israel Cemas Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Baru Iran?

Parstoday – Salah seorang penulis di situs Atlantic Council, memaparkan sejumlah alasan kekhawatiran Israel, atas terpilihnya Masoud Pezeshkian, sebagai Presiden baru Iran.

Terpilihnya Masoud Pezeshkian, sebagai Presiden baru Republik Islam Iran, ternyata telah membangkitkan kekhawatiran-kekhawatiran serius bagi Rezim Zionis Israel.
 
Dalam sebuah artikel berjudul "Terpilihnya Pezeshkian dapat menjadi beban bagi Israel" di situs Atlantic Council, Raz Zimmt, mengungkap beberapa alasan utama kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, yang diulas singkat di bawah ini,
 
 
1. Berlanjutnya Dukungan atas Poros Perlawanan
 
Menurut penulis artikel ini, salah satu alasan kekhawatiran Israel, atas terpilihnya Pezeshkian, sebagai Presiden baru Iran, adalah komitmennya untuk mendukung poros perlawanan.
 
Dalam sebuah surat yang ditulis Masoud Pezeshkian, kepada Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah, pada 8 Juli lalu, Presiden terpilih Iran, menekankan berlanjutnya dukungan terhadap perlawanan. Pezeshkian menulis,
 
"Republik Islam Iran, selalu mendukung perlawanan rakyat kawasan dalam menghadapi rezim ilegal Zionis. Dukungan atas perlawanan, berakar dalam di kebijakan-kebijakan asasi negara Republik Islam Iran, cita-cita Imam Khomeini, dan arahan-arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dan akan berlanjut semakin kuat."
 
 
2. Tidak Berubahnya Kebijakan-Kebijakan Agresif Iran atas Israel
 
Raz Zimmt, percaya bahwa terpilihnya Pezeshkian, akan memperkuat keyakinan di antara orang-orang Zionis, bahwa Presiden baru Iran, tidak akan menciptakan perubahan dalam kebijakan-kebijakan Republik Islam Iran, sebagaimana juga diyakini oleh seorang peneliti Zionis, saat merespons surat Pezeshkian, untuk Sekjen Hizbullah. Ia menulis,
 
"Jika ada yang mengira Presiden baru Iran, Pezeshkian, akan mengubah kebijakan agresif Republik Islam yang berupaya menghapus Israel, maka surat itu ditujukan kepadanya."
 
 
3. Presiden Tak Punya Otoritas Penuh Mengubah Semua Kebijakan LN
 
Analis politik Atlantic Council ini mengklaim bahwa di dalam struktur politik Iran, Presiden lebih banyak berkuasa atas urusan dalam negeri, dan punya kemampuan terbatas untuk mengubah kebijakan luar negeri.
 
Menurutnya, peran besar Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, dan Pasukan Quds, dalam perlawanan kawasan, telah menurunkan kemampuan Presiden untuk mencampuri masalah ini.
 
Meski klaim ini sangat lemah, dan tidak sesuai fakta, namun di banyak negara demokratis dunia, pemerintah tidak dapat menentukan kebijakan luar negeri sendirian, dewan-dewan keamanan nasional, serta parlemen setiap negara juga berpengaruh besar dalam hal ini melalui mekanisme penetapan aturan.
 
Bagaimanapun juga penulis menganggap hal ini sebagai salah satu alasan yang menyebabkan terputusnya harapan para pendukung Israel, untuk mengubah sikap Iran, terkait rezim itu.
 
 
4. Bahaya Dilog Berkelanjutan Iran dan Barat bagi Israel
 
Menurut penulis, salah satu kemungkinan buruk bagi Israel, saat Pezeshkian, menjabat Presiden Iran, adalah peluang diangkatnya Abbas Araghchi, mantan juru runding nuklir, dan Deputi Menteri Luar Negeri Iran, menjadi Menlu baru.
 
Pengangkatan Araghchi, mungkin saja akan menambah harapan-harapan dimulainya dialog diplomatik dengan Barat, dan ditemukannya solusi politik bagi masalah nuklir, dan hal ini tentu saja akan merugikan Israel.
 
Raz Zimmt, percaya jika opsi dialog dengan Barat, tidak dipilih, maka Israel, dapat dengan mudah meyakinkan masyarakat internasional bahwa tidak ada manfaat sedikit pun berunding dengan Iran, dan tekanan yang lebih besar harus diberikan kepada Republik Islam.
 
 
5. Kekhawatiran atas Program Nuklir dan Militer Iran
 
Menurut artikel ini, kemajuan Iran, di bidang nuklir, dan pengembangan sistem-sistem militer canggih, telah menciptakan kekhawatiran-kekhawatiran strategis bagi Israel.
 
Kekhawatiran-kekhawatiran ini meliputi kemajuan program nuklir, pengembang rudal jarak jauh, dan drone-drone canggih. Dukungan kontinu Iran, atas kelompok-kelompok perlawanan kawasan seperti Hizbullah, Hamas, dan Jihad Islam Palestina, juga menjadi ancaman keamanan serius bagi Israel.
 
 
Kesimpulan
 
Terpilihnya Pezeshkian, sebagai Presiden baru Iran, telah meningkatkan kekhawatiran-kekhawatiran Israel. Komitmen Pezeshkian, untuk mendukung poros perlawanan, tekadnya melanjutkan kebijakan-kebijakan agresif Iran, terhadap Israel, dan kemajuan nuklir serta kekuatan militer Iran, juga pengembangan hubungan Iran dan Barat, semuanya menjadi faktor yang telah meningkatkan kekhawatiran-kekhawatiran keamanan Israel. (HS)