Selain Gangguan Jiwa, Kecanduan Narkotika di Militer Israel, Naik 25 Persen
Aug 13, 2024 20:09 Asia/Jakarta
Parstoday – Sumber-sumber medis Rezim Israel, mengabarkan kenaikan tajam angka kecanduan narkotika di antara pemukim Zionis, terutama tentara, di masa perang Gaza.
Di tengah gelombang peningkatan signifikan gangguan dan penyakit jiwa, serta memburuknya krisis kecanduan narkotika di antara pemukim Zionis, setelah operasi Badai Al Aqsa, 7 Oktober 2023, sumber medis Israel, mengabarkan, setelah perang Gaza, penggunaan narkotika meningkat tajam di antara orang-orang Zionis.
Shaul Lev-Ran, dokter spesialis psikis dan otak, sekaligus pendiri Pusat Israel untuk Kecanduan di kota Netanya, mengatakan, "Setelah perang Gaza, kami menyaksikan peningkatan signifikan penggunaan berbagai jenis obat penenang, baik yang punya izin ataupun tidak, juga minuman beralkohol, dan berbagai perilaku yang dapat menimbulkan kecanduan seperti judi, di antara orang-orang Israel, dan ini adalah respons wajar untuk mengalahkan tekanan-tekanan psikis."
Dalam wawancara dengan kantor berita Prancis, Shaul Lev-Ran menuturkan,
Tim dari Pusat Kecanduan dan Kesehatan Mental Israel, melakukan penelitian terhadap sekitar 1.000 orang dari berbagai lapisan masyarakat Israel, dan menunjukkan penggunaan narkotika di antara mereka setelah perang Gaza, naik sekitar 25 persen. Kenyataannya, dari setiap empat orang Israel, seorang di antaranya mengonsumsi narkotika sejak perang Gaza pecah.
Dokter spesialis mental dan otak Israel menegaskan, "Setelah perang Gaza, penggunaan obat tidur, dan penenang pada bulan November dan Desember 2023, masing-masing naik 70 dan 180 persen, dan kebanyakan orang yang datang ke dokter adalah mereka yang anak-anaknya dikirim perang ke Gaza, dan mengatakan tidak bisa tidur karena stres berat."
Yoni (nama samara seorang pemuda Zionis) yang dipanggil untuk menjadi relawan perang, penugasannya ditangguhkan karena sangat kecanduan narkotika. Pemuda berusia 19 tahun itu mengatakan, "Sejak krisis Corona, saya mulai mengonsumsi narkotika, tapi kondisi saya setelah perang Gaza, jauh lebih buruk."
Ia menambahkan, "Mengonsumsi narkotika pada dasarnya adalah jalan untuk lari dari kenyataan. Pada bulan-bulan pertama perang, saya mulai mengonsumsi obat-obatan psikoaktif seperti Ekstasi, MDMA, dan LSD, dan penggunaannya terus meningkat. Saya sekarang sadar bahwa saya kecanduan, dan harus pergi ke pusat rehabilitasi untuk berobat."
Salah seorang tentara Israel, yang berperang di Jalur Gaza, dalam wawancara dengan Kantor Berita Prancis mengatakan,
Saya, dengan mengonsumsi narkotika, berusaha untuk melupakan semuanya. Kami tahu bahwa perang sia-sia, tapi kami terpaksa ikut serta di dalamnya.
Dr. Shaul Lev-Ran, dalam wawancara dengan Kantor Berita Prancis, menegaskan, "Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sepenuhnya jelas bahwa kita berada di ambang sebuah epidemi yang memicu bencana, dan meningkatnya kecanduan narkotika telah menguasai sebagian besar masyarakat Israel."
Baru-baru ini surat kabar Haaretz, mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh para dosen psikologi beberapa universitas Israel, menunjukkan, sedikitnya 40 persen orang Israel, setelah 7 Oktober 2023, mengalami masalah psikologis, dan mental termasuk depresi.
Media-media berbahasa Ibrani, memberitakan meluasnya secara signifikan masalah-masalah psikis di antara tentara Israel, yang berperang di Gaza.
Surat kabar Yedioth Ahronoth, mengumumkan, meluasnya masalah mental dan psikologis, di antara tentara Israel, telah menyebabkan para petugas kesehatan militer, membuka bagian khusus untuk merehabilitasi para tentara, dan mengundang sejumlah banyak psikolog untuk bekerja sama.
Menurut Yedioth Ahronoth, salah satu penyebab diambilnya keputusan ini adalah peningkatan signifikan kecenderungan untuk bunuh diri di antara tentara Israel. (HS)