Eskalasi Pembantaian Saudi di Yaman dan Kekhawatiran Dunia
Televisi Lebanon al-Mayadeen menyatakan, anak-anak Yaman menjadi target serangan Arab Saudi dan hingga kini sekitar 3000 anak tewas akibat serangan udara Saudi.
"Serangan-serangan ini juga menyebabkan 2400 anak cidera, sementara masyarakat internasional bungkam di hadapan kejahatan Arab Saudi di Yaman," tambah al-Mayadeen.
Rezim Al Saud sejak bulan Maret 2015 dengan dukungan Amerika dan sejumlah negara-negara Arab menyerang Yaman. Akibat serangan tersebut hingga kini, lebih dari 12 ribu warga Yaman yang tewas dan ribuan lainnya terluka, dimana mayoritasnya adalah anak-anak.
Dalam kondisi demikian, Human Rights Watch dan 56 organisasi non-pemerintah menuntut negara-negara anggota Dewan HAM PBB melakukan penyidikan dalam skala internasional yang independen terkait kasus-kasus pelanggaran HAM di Yaman.
Berlanjutnya sikap pasif masyarakat internasional terhadap pelanggaran HAM Arab Saudi akan membuat rezim Al Saud semakin meningkatkan kejahatannya di negara ini. Arab Saudi membunuh anak-anak Yaman demi menciptakan ketakutan dan memaksa menyerah rakyat Yaman di hadapan politik ekspansif Riyadh.
Sekaitan dengan hal ini, surat kabar Irlandia Irish Times menyinggung pernyataan bersama para direktur tiga lembaga yang berafiliasi kepada PBB terkait kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan di Yaman menulis, "Perang di Yaman adalah perang terhadap anak-anak".
Para analis politik menyebut pembantaian massal seperti yang dilakukan terhadap rakyat Yaman oleh pemerintah Arab Saudi merupakan jenis terorisme terburuk. Masalah ini membuat banyak pihak mengritik sikap sekjen PBB yang sekarang dan sebelumnya yang secara transparan menyatakan bahwa dikarenakan PBB bergantung pada bantuan pemerintah Saudi, lembaga ini tidak mungkin mengecam pembantian anak-anak Yaman.
sikap itu menunjukkan situasi moral menyedihkan para politikus internasional. Dalam kerangka ini, langkah Ban Ki-moon, mantan Sekjen PBB mengeluarkan Arab Saudi dari daftar negara pelanggar hak asasi anak-anak dan lambatnya sekjen PBB yang sekarang dalam meluruskan kinerja buruk sekjen PBB sebelumnya ditambah sikap pasif di hadapan kejahatan Arab Saudi merupakan faktor utama mengapa Arab Saudi semakin sombong melanjutkan kejahatannya di Yaman.
Kegagalan Arab Saudi meraih tujuan-tujuannya di Yaman, membuat rezim ini melakukan kejahatan yang semakin menakutkan demi menutupi kekalahan-kekalahan yang dialaminya. Masalah ini membuat dunia masih terus menyaksikan berlanjutnya tragedi kemanusiaan yang dilakukan rezim Al Saud terhadap rakyat Yaman.
Rodney Shakespeare, analis politik Inggris mengatakan, "Agresi Arab Saudi ke Yaman dan pembunuhan wanita dan anak-anak negara ini merupakan genosida."
Arab Saudi sebagai simbol Wahhabi dan aktor di balik meluasnya akidah menyimpang Takfiri dengan membantai anak-anak membuktikan bagi mereka tidak ada batasan dalam melakukan kejahatan. Hanya dengan meningkatkan kejahatannya, rezim ini berusaha meyakinkan dirinya sebagai pelaku kekerasan. Kinerja yang demikian mengingatkan orang akan kejahatan Naziisme, Fasisme dan Zionisme di kancah hubungan internasional.