Penggunaan Senjata Kimia oleh Teroris di Douma
Serangan kimia kelompok teroris di kota Douma, Suriah pada Sabtu (7/4/2018) malam, menewaskan dan melukai puluhan orang. Laporan awal mencatat 75 orang tewas dan sedikitnya 100 orang cidera akibat serangan kimia oleh teroris di Suriah.
Jumat lalu, Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa kelompok teroris yang dikenal sebagai Jaish al-Islam dan pemberontak berniat menyerang Douma dengan gas kimia. "Teroris berusaha memancing sentimen masyarakat internasional dan menuduh pemerintah Suriah terlibat serangan terhadap warga sipil," tambahnya.
Setelah teroris melakukan serangan kimia di Douma, media-media Barat pendukung teroris langsung meluncurkan perang psikologis besar-besaran terhadap pemerintah Suriah. Serangan media Barat terhadap militer Suriah dilakukan di tengah perjuangan pemerintah untuk membebaskan Douma.
Jadi, tujuan dari perang psikologis saat ini adalah untuk mencegah pasukan Suriah bergerak maju dan menyesatkan opini publik serta memutarbalikkan fakta di tengah kemenangan tentara Suriah dalam menumpas teroris.
Teroris sudah berkali-kali menggunakan senjata kimia di Suriah. Namun, Amerika Serikat tidak membiarkan adanya penyelidikan yang kredibel tentang klaim penggunaan senjata kimia oleh Damaskus. Alasan AS bersikap seperti itu adalah jika tuduhan tersebut diselidiki, kebohongan mereka tentang penggunaan senjata kimia oleh Damaskus, akan terbongkar.
Amerika dan Barat telah lama menuduh Suriah menggunakan senjata kimia, terutama di Ghouta Timur. Tahun lalu, AS meluncurkan serangan rudal ke pangkalan al-Sha'irat dengan dalih serangan kimia yang dituduhkan kepada pemerintah Suriah di daerah Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib.
Media-medua Suriah menilai tujuan lain para pendukung teroris membuat klaim palsu terhadap Damaskus adalah untuk mempersiapkan kondisi bagi penggunaan senjata kimia yang lebih besar oleh teroris demi mencegah kekalahan total mereka di Suriah.
Analis senior Arab, Abdel Bari Atwan dalam sebuah artikel di surat kabar Rai al-Youm menulis, "Orang-orang yang mengikuti statemen terbaru Presiden Bashar al-Assad dan peringatan Rusia tentang kemungkinan para pejabat AS akan memanfaatkan klaim penggunaan senjata kimia oleh pasukan pemerintah di Ghouta Timur, maka sepenuhnya mereka akan memahami bahwa krisis Suriah berada di ambang perubahan militer yang berbahaya, dan ini akan terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu ke depan."
Menurut Abdel Bari, kelompok teroris telah memulai gerakan baru untuk melanjutkan tren penggunaan senjata kimia dan melemparkan tanggung jawabnya ke pundak pemerintah Suriah.
Televisi Al Ekhbariya Suriah melaporkan bahwa beberapa sumber mengatakan, para teroris dan pendukungnya di Barat akan membuat sebuah kebohongan baru tentang penggunaan senjata kimia oleh Damaskus. Mereka akan mengatakan bahwa tentara Suriah juga menggunakan senjata non-konvensional seperti, fosfor dan bom napalm.
Beberapa laporan mencatat bahwa negara-negara Barat telah membekali teroris di Suriah dengan senjata kimia dan hal ini sama seperti lampu hijau Barat kepada teroris untuk memperparah kejahatannya di negara tersebut.
Dengan demikian, pemerintah Barat secara praktis mencegah perang melawan terorisme kimia di Suriah dengan mempolitisasi masalah penggunaan senjata kimia.
Parat teroris terus meningkatkan kejahatannya dengan melibatkan senjata non-konvensional dan kimia pemberian Barat, dan jika ini dibiarkan, maka dimensi kemanusiaan krisis Suriah – sebuah petaka yang diciptakan oleh Barat – akan menemukan bentuk yang lebih tragis. (RM)