Pertemuan Raja Oman dengan Netanyahu
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i63513
Raja Oman Sultan Qaboos bin Said menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Bait Al Baraka, Muscat pada Jumat (16/10/2018).
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Okt 27, 2018 19:20 Asia/Jakarta
  • Raja Oman Sultan Qaboos bin Said dan Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu.
    Raja Oman Sultan Qaboos bin Said dan Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu.

Raja Oman Sultan Qaboos bin Said menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Bait Al Baraka, Muscat pada Jumat (16/10/2018).

Pertemuan ini, seperti dilansir kantor berita Oman (ONA), membahas cara-cara untuk memajukan proses kompromi Timur Tengah, di samping beberapa isu yang menjadi perhatian bersama dan mekanisme menciptakan keamanan dan stabilitas di kawasan.

Proses kompromi di Timur Tengah dimulai pada tahun 1991 di bawah arahan Amerika Serikat dan beberapa pemerintah Eropa. Proses ini dianggap berbahaya dan kompleks, karena bertujuan merampas hak-hak rakyat Palestina secara penuh.

Terakhir kali seorang pejabat Zionis mengunjungi Oman terjadi pada tahun 1996. Waktu itu, Shimon Peres meresmikan kantor perwakilan perdagangan Israel selama kunjungannya ke Oman dan Qatar.

Seorang pengamat Timur Tengah, Hasan Shakir mengatakan, "Dengan melihat peran Oman dalam beberapa isu regional, perjalanan Netanyahu ke Muscat pada masa sekarang, benar-benar tak terduga. Tentu saja, banyak pejabat Zionis telah melakukan kunjungan ke Oman sejak Kesepakatan Oslo, termasuk Yitzhak Rabin, Shimon Peres, sampai Tzipi Livni, dan sekarang kita menyaksikan kunjungan Netanyahu sebagai penyempurna mata rantai itu."

Trump dan para pemimpin Arab.

"Sangat disayangkan bahwa perjalanan ini merupakan titik yang paling berbahaya dari tahap normalisasi hubungan Dunia Arab, terutama negara-negara Arab Teluk Persia dengan rezim Zionis. Kunjungan Netanyahu ke Oman dapat menjadi awal dimulainya tahap normalisasi hubungan budaya, intelijen, dan bidang-bidang lain," tambahnya.

Pada Jumat kemarin, menteri olahraga dan kebudayaan Israel bersama 11 judoka Zionis tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk mengikuti kompetisi judo. Partisipasi tim gymnastik Israel di Doha juga telah memicu reaksi warga Qatar di dunia maya.

Beberapa negara Arab di Timur Tengah sedang berlomba untuk normalisasi hubungan dengan Israel dan kompetisi ini mungkin menjadi salah satu alasan pertemuan Sultan Qaboos dan Netanyahu. Kompetisi seperti ini akan memiliki konsekuensi berbahaya bagi bangsa-bangsa regional, terutama rakyat Palestina.

Sebelum ini, upaya menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis dianggap sebagai masalah tabu dan sangat tercela. Namun, sekarang negara-negara Arab di Teluk Persia sedang berlomba untuk memajukan proyek kesepakatan abad yang diprakarsai AS.

Sejalan dengan kesepakatan itu, Presiden Donald Trump telah memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Quds dan kemudian menghapus istilah pengungsi Palestina, dan hari ini negara-negara Arab mulai membuka pintu untuk Netanyahu.

Pada dasarnya, Amerika dan rezim Zionis sedang menabur benih perselisihan antara negara-negara Muslim dan menutupi isu perampasan tanah bangsa Palestina.

Dalam situasi seperti ini, negara-negara Muslim harus bersikap waspada terhadap konspirasi Gedung Putih dan tidak memberi ruang kepada Israel untuk menyulut ketegangan baru di kawasan. (RM)