Sep 02, 2022 10:44 Asia/Jakarta

Pada peringatan pertama penarikan pasukan negaranya dari Afghanistan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengklaim bahwa "upaya anti-teroris" AS dalam kaitannya dengan Afghanistan masih "belum berakhir".

Dalam memo yang dia kirimkan kepada personel Departemen Pertahanan AS, Austin pertama kali mengatakan bahwa AS pergi ke Afghanistan pada tahun 2001 untuk "melakukan perang pertahanan diri yang diperlukan" dalam menanggapi serangan teroris 11 September 2001.

Namun sejak itu, tambahnya, karena upaya Pentagon untuk melindungi warga dari ancaman teroris, "tidak ada musuh yang mampu meluncurkan serangan serupa di tanah air kita lagi".

Image Caption

"Namun, kami tahu ini belum selesai. Kami harus mempertahankan fokus tanpa henti dalam memerangi terorisme, dan kami akan melakukannya," kata menteri pertahanan AS.

Selama masa kepresidenan George W. Bush, setelah serangan 11 September 2001, Amerika Serikat menginvasi dan menduduki Afghanistan dengan dalih perang global melawan terorisme dan menggulingkan pemerintah Taliban, yang dituduh berkolaborasi dengan Al-Qaeda.

Pada puncak pendudukan tahun 2011 ini, bahkan jumlah pasukan Amerika dan NATO di negara ini mencapai lebih dari 140 ribu orang.

Namun, kehadiran pasukan Amerika dan NATO di negara yang dilanda perang ini dalam 20 tahun terakhir tidak menghasilkan apa-apa selain peningkatan ketidakamanan, kemiskinan, produksi dan perdagangan narkoba, serta penyebaran terorisme.

Dengan Taliban mendapatkan kembali kekuasaan dan perjanjian damai yang dicapai dengan pemerintahan Trump di Doha, Presiden AS Joe Biden mau tidak mau mengakhiri pendudukan ini tanpa mencapai hasil apa pun, yang merupakan kegagalan yang jauh lebih buruk daripada Perang Vietnam.

Dia memerintahkan penarikan pasukan Amerika pada akhir Agustus 2021. Selasa, 31 Agustus 2022 adalah peringatan pertama penarikan bagian terakhir pasukan Amerika dari Afghanistan, yang mengakhiri perang terpanjang dalam sejarah Amerika.

Penarikan tergesa-gesa ini dan pada kenyataannya adalah pelarian tentara Amerika menjadi skandal besar bagi pemerintah Biden. Pernyataan serta laporan yang diterbitkan setelah itu menekankan dampak dari tindakan Amerika ini pada keruntuhan cepat pemerintah Afghanistan dan penciptaan kondisi yang menguntungkan untuk perebutan kekuasaan yang cepat oleh Taliban.

Pada peringatan pertama penarikan pasukan negaranya dari Afghanistan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengklaim bahwa "upaya anti-teroris" AS dalam kaitannya dengan Afghanistan masih "belum berakhir".

Kini, satu tahun setelah kepergian memalukan, Menteri Pertahanan AS sekali lagi menekankan kelanjutan perjuangan Washington melawan terorisme di Afghanistan.

Pertanyaannya di sini adalah bahwa Amerika Serikat memiliki kehadiran militer yang kuat di negara ini selama 20 tahun bersama dengan sekutu Baratnya dan tidak dapat mencapai keberhasilan di bidang ini, yang juga dilambangkan dengan runtuhnya pemerintah pusat Afghanistan dan kontrol Taliban atas negara ini.

Lalu bagaimana dia mengklaim bahwa ingin melanjutkan kampanye anti-terorisnya di Afghanistan?

Selain itu, kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) secara bertahap berkembang selama akhir kehadiran Amerika di Afghanistan dengan dukungan mereka dan melakukan berbagai operasi terhadap rakyat Afghanistan. Proses ini terus berlanjut hingga sekarang.

Hassan Kazemi Qomi, Wakil Khusus Presiden Iran urusan Afghanistan mengatakan, "Amerika tidak memerangi terorisme di mana pun, bahkan setelah Amerika melarikan diri dari Afghanistan, Anda menyaksikan kemunculan Daesh. Saat ini, dengan bantuan Amerika, beberapa pemimpin dan komandan Daesh yang melarikan diri ke Suriah dan Irak dikumpulkan kemudian mereka dibawa ke Afghanistan dan Yaman."

Hassan Kazemi Qomi, Wakil Khusus Presiden Iran urusan Afghanistan

Sekarang, Amerika Serikat mengklaim memerangi terorisme dengan melakukan tindakan seperti serangan pesawat tak berawak terhadap pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri di Kabul, ibu kota Afghanistan, dan mengklaim telah membunuhnya, tetapi belum memberikan bukti apa pun dalam hal ini.

Tampaknya sikap menteri Pertahanan AS baru-baru ini juga merujuk pada kelanjutan serangan semacam itu di Afghanistan, yang tentu saja belum membuahkan hasil dan hanya merupakan kelanjutan dari pendekatan intervensi Washington di negara lain.(sl)

Tags