Olimpiade Paris, Propaganda Israel, dan Politisasi Olahraga
Aug 05, 2024 16:46 Asia/Jakarta
Parstoday – Berdasarkan informasi dan video-video yang tersebar, sejumlah olahragawan Rezim Israel, yang bertanding di Olimpiade 2024 adalah tentara aktif yang terlibat kejahatan perang di Gaza.
Bersamaan dengan dimulainya pertandingan Olimpiade 2024 di Paris, kontingen olahraga dan atlet-tentara Rezim Israel, juga turut bertanding di Olimpiade 2024, dengan bendera mereka.
Olimpiade Paris, lebih dari sekadar pertandingan olahraga, adalah sebuah kesempatan untuk mempertunjukkan sebuah adegan politik oleh mesin-mesin propaganda Rezim Israel.
Lewat cara ini, dan secara terang-terangan, mereka berhasil mengaburkan kejahatan-kejahatan perang Israel, di media, dan menunjukkan kejahatan-kejahatan itu sebagai sesuatu yang lumrah terjadi.
Dalam laporan ini akan diulas beberapa kontradiksi, dan poin yang patut diperhatikan terkait kehadiran ilegal Israel, dalam Olimpiade 2024 di kota Paris.
1. Olimpiade, Kesempatan untuk Membunuh Lebih Banyak
Di saat Sekjen PBB Antonio Guterres, dalam pesan videonya meminta negara-negara dunia untuk menyingkirkan senjata mereka dalam rangka gencatan senjata olimpiade, kurang dari 24 jam setelahnya, pasukan Israel, dengan bebas melancarkan serangan udara ke gedung sekolah di dekat Deir Al Balah, Jalur Gaza.
Serangan udara Israel, ke gedung sekolah di Gaza, itu menyebabkan sedikitnya 30 warga Palestina, gugur, dan lebih dari 100 orang lainnya terluka. Kejahatan-kejahatan semacam ini berlangsung terus selama Olimpiade 2024 digelar di Paris, dan pada saat bersamaan, dengan memanfaatkan gegap gempita Olimpiade Paris, Israel, melancarkan agresinya semakin masif di tengah kebisuan media.
2. Olimpiade untuk Propaganda
Rezim Israel, memanfaatkan olahraga sebagai alat untuk menutupi kejahatan-kejahatannya, sebuah praktik yang dikenal dengan Sportwashing. Kehadiran Israel, di Olimpiade 2024, membantu rezim ini untuk melegitimasi kejahatan-kejahatannya, dan memanfaatkannya sebagai kekuatan lunak di arena internasional. Kehadiran kontingen olahraga Israel, di Olimpiade 2024 juga merupakan prestasi besar propaganda bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
3. Kasus Rusia dan Standar Ganda IOC
Komite Olimpiade Internasional, IOC, melarang Rusia, mengikuti olimpiade karena perang melawan Ukraina, tapi tidak melakukan hal yang sama terhadap Israel, yang telah membombardir fasilitas olahraga dan melakukan pembunuhan massal terhadap sejumlah banyak atlet dan pelatih, termasuk atlet olimpiade Palestina.
Di sisi lain, serangan-serangan militer Israel, ke Gaza, telah memicu tuntutan luas untuk memboikot atau melarang Israel, berpartisipasi dalam pertandingan Olimpiade 2024 di Paris. Menanggapi hal ini, Komite Olimpiade Internasional, IOC, lari dari tanggung jawabnya, dan merilis pernyataan-pernyataan dangkal. Thomas Bach, Presiden Komite Olimpiade Internasional IOC, mengatakan, "Kami tidak politis. Kami berusaha untuk menghimpun para olahragawan."
4. Israel Pamerkan Kombinasi Atlet-Tentara di Olimpiade 2024
Berdasarkan informasi-informasi dan video yang tersebar, sejumlah atlet Israel, adalah tentara aktif yang terlibat dalam kejahatan perang di Jalur Gaza.
Karim Zidan, jurnalis surat kabar The Guardian menulis, "Di antara 88 atlet Israel, yang bertanding di Olimpiade Paris, setidaknya 30 orang dari mereka secara terang-terangan mendukung perang dan pasukan Israel."
Kehadiran kontingen olahraga Israel, di Olimpiade 2024, telah memicu protes luas dari para pendukung anti-perang, dan para aktivis hak asasi manusia. Mereka percaya masyarakat internasional lumpuh dan tidak mampu menindak serius pelanggaran HAM oleh Rezim Israel, karena ditekan oleh Amerika Serikat dan Barat.
Akan tetapi, organisasi-organisasi kemasyarakatan tidak tinggal diam, dan di Paris, mereka berusaha menyedot perhatian dunia lebih besar terhadap kehadiran Israel, di Olimpiade 2024. Grafiti-grafiti dukungan atas Palestina, bertuliskan "Hidup Palestina" dan "Kebebasan untuk Gaza" tersebar luas di dinding-dinding tembok kota Paris. (HS)