Okt 08, 2024 18:59 Asia/Jakarta
  • Sejarawan Yahudi: Orang Israel Masa Bodoh dengan Kejahatan Tentaranya

Parstoday – Seorang sejarawan Yahudi, di Amerika Serikat, dalam artikelnya di surat kabar Inggris, The Guardian, mengulas respons orang-orang Israel, terhadap kejahatan yang dilakukan tentaranya di Gaza dan Lebanon.

Omer Bartov, yang selama bertahun-tahun meneliti, dan mengajar tentang sejarah genosida di Amerika Serikat, beberapa waktu lalu berkunjung ke Israel.
 
Beberapa bulan setelah pecahnya Perang Gaza, setelah sekian lama, Bartov, berkunjung ke Israel, untuk menemui keluarga dan sahabat-sahabatnya. Selain itu ia ingin menyaksikan kondisi masyarakatnya, tapi apa yang ia saksikan dalam dua minggu kunjungan itu, sungguh di luar dugaan.
 
Dalam artiketlnya yang dimuat di surat kabar The Guardian, Omer Bartov, mengaku sempat memberikan pidato di Universitas Ben Gurion, Israel, dan menulis,
 
Saya merasa jijik karena di akhir tahun 1987, saat Intifada Palestina yang pertama pecah, Yitzhak Rabin, Menteri Perang Israel, kala itu, memerintahkan pasukan Israel, untuk memotong tangan dan kaki para pemuda Palestina, yang melemparkan batu ke arah tentara Israel, yang dipersenjatai lengkap.
 
Bartov menambahkan, "Saat itu saya menulis surat kepada Rabin, dan memperingatkan bahwa berdasarkan penelitian tentang pencucian otak terhadap tentara Nazi, Jerman, saya khawatir tentara Israel, di bawah kepemimpinan dia, juga akan menempuh jalan yang sama dengan tentara Nazi."
 
Ia melanjutkan, "Beberapa hari kemudian saya menerima jawaban dari Rabin, dan terkejut karena ia mengatakan, 'Berani-beraninya Anda menyamakan pasukan Israel, dengan Nazi'?."
 
Akan tetapi menurut Bartov, surat menyurat itu di kemudian hari menciptakan perubahan pada pemikiran Rabin, pasalnya peran aktifnya di Perjanjian Oslo, di luar berbagai kekurangannya, menunjukkan bahwa ia akhirnya memahami bahwa Israel, dalam jangka panjang tidak bisa menanggung biaya militer, politik, dan moral pendudukan Palestina.
 
Sehubungan dengan Operasi Badai Al Aqsa, 7 Oktober 2023, Bartov menuturkan, "Serangan 7 Oktober Hamas, telah menciptakan kejutan luar biasa bagi orang-orang Israel, dan sampai saat ini mereka belum pulih dari keterkejutan itu. Untuk pertama kalinya Israel, dalam waktu yang lama kehilangan kendali sebagian wilayahnya, dan pasukan Israel, tidak bisa mencegah pembunuhan lebih dari 1.200 orang, penyanderaan sekitar 200 orang, dan pengungsian puluhan ribu orang Israel."
 
Sejarawan Yahudi itu menjelaskan, hari ini di antara berbagai lapisan masyarakat Zionis, termasuk para oposan pemerintah, muncul dua perasaan dominan, pertama perasaan marah bercampur takut, dan perasaan yang lainnya adalah tak acuh.
 
Bartov menerangkan,
 
Masyarakat Israel, yang 57 tahun dari 67 tahun usianya terikat pada penjajahan brutal, sudah terbiasa dengan masalah ini, tapi skala kejahatan pasukan Israel (IDF) di Gaza, dan sikap tak mau tahu penuh sebagian besar orang Israel, terhadap apa yang dilakukan atas nama mereka, sungguh luar biasa.
 
"Tahun 1982 ratusan ribu orang Israel, berdemonstrasi memprotes pembantaian yang dilakukan milisi Kristen Maronit, yang didukung pasukan Israel, terhadap orang-orang Palestina, di kamp pengungsian Sabra dan Shatila, di Barat kota Beirut, Lebanon, tapi sekarang respons semacam ini terhadap kejahatan di Gaza, sulit dibayangkan," ujarnya.
 
Bartov menambahkan, "Dua hari setelah Operasi Badai Al Aqsa, Menteri Perang Israel, Yoav Gallant, mengumumkan, 'Kami berperang melawan manusia binatang, dan kami harus mengambil tindakan yang tepat', lalu ia mengatakan, 'Israel, akan menghancurkan satu per satu wilayah Gaza'."
 
Ia menegaskan, "Inilah logika kekerasan permanen, sebuah logika yang mengizinkan orang-orang untuk membinasakan seluruh masyarakat musuh, dan tindakan ini sepenuhnya dapat dibenarkan. Ini juga adalah logika menganggap diri korban, yang mengatakan, 'Kita harus membunuh mereka sebelum mereka membunuh kita, sebagaimana sebalumnya mereka membunuh orang-orang kita'." (HS)