Kesiapan Militer Afghanistan Hadapi Milisi Bersenjata
(last modified Tue, 08 Mar 2016 07:41:13 GMT )
Mar 08, 2016 14:41 Asia/Jakarta
  • Kesiapan Militer Afghanistan Hadapi Milisi Bersenjata

Presiden Afghanistan, Muhammad Ashraf Ghani menekankan, pemerintah Kabul akan melengkapi militernya dengan persenjataan canggih untuk menghadapi segala bentuk ancaman.

Ashraf Ghani di acara wisuda 550 taruna akademi militer Mohammad Qasim Fahim mengatakan, pemerintah akan mengerahkan segenap upayanya untuk memberi perlengkapan dan senjata canggih kepada militer dan aparat keamanan negara ini.

Presiden Afghanistan meminta militer mempersiapkan diri menghadapi serangan kelompok-kelompok anti pemerintah. Ashraf Ghani juga memperingatkan kelompok teroris seperti al-Qaeda dan Daesh untuk mengakhiri pertempuran mereka melawan militer, jika tidak mereka akan dihancurkan.

Meski diprediksikan pasca pendudukan Afghanistan oleh Amerika Serikat dan sekutunya di tahun 2001, penjajah akan meningkatkan kemampuan dan mempersenjatai militer serta polisi nasional Kabul, namun demikian hal ini bukan saja tidak terwujud, namun militer Afghanistan bahkan memiliki senjata lebih rendah dan kemampuan mereka terus merosot bila dibanding dengan kelompok teroris.

Oleh karena itu, pejabat pemerintah Afghanistan dan komandan militer negara ini berulang kali mengkritik ketidakpedulian Amerika dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam mempersenjatai militer dan polisi nasional Kabul. Afghanistan yang berperang melawan kelompok teroris dan radikal seperti al-Qaeda, Daesh dan Taliban tidak memiliki angkatan udara dan hal ini membuat militer Kabul tidak memiliki dukungan besar dalam melawan kelompok teroris.

Meski baru-baru ini Rusia memberi bantuan 10000 pucuk senapan AK-47 kepada militer Afghanistan dan Cina juga berjanji memberi bantuan militer kepada Kabul, namun Amerika Serikat dengan klaim memberantas terorisme menyerbu Afghanistan malah tidak melakukan langkah memperkuat militer negara ini guna menghadapi kelompok teroris. Dengan demikian sampai saat ini Afghanistan dari sisi militer masih tetap bergantung kepada AS dan NATO. Di sisi lain, mengingat manajemen krisis yang diterapkan Washington, kelompok radikal dan teroris memiliki peluang untuk bernafas, memperkuat diri dan melanjutkan pengobaran krisis di Afghanistan.

Negara-negara kawasan termasuk Cina dan Rusia merasa khawatir dengan manajeman krisis Amerika, karena mereka mencurigai Washington tengah mempersiapkan transit teroris ke Asia Tengah hingga perbatasan Cina dengan maksud mempersulit Beijing dan Moksow.

Dalam hal ini, di berbagai dekade, rakyat dan militer Afghanistan menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melawan penjajah dan kelompok teroris. Namun sepertinya militer dan polisi nasional Afghanistan melalui pergerakan terprogram oleh Barat harus tetap lemah sehingga AS dan NATO mampu menerapkan kebijakan mereka di kawasan.

Dari sisi ini, pemerintah Afghanistan baru-baru ini meminta bantuan militer kepada berbagai negara. Sementara itu, Ashraf Ghani juga dilaporkan meminta Taliban bergabung dengan proses perdamaian nasional dan menghentikan pembantainnya terhadap sesama warga Afghanistan. (MF)