Trump dan Eskalasi Islamophobia di AS
(last modified Fri, 23 Feb 2018 09:16:39 GMT )
Feb 23, 2018 16:16 Asia/Jakarta

Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS, gelombang kebencian terhadap Islam semakin meningkat di negara ini.

Sebuah lembaga hak sipil di AS, The Southern Poverty Law Center (SPLC), dalam laporannya mengungkapkan bahwa di tahun 2017, bersamaan dengan naiknya Trump sebagai presiden AS, jumlah kelompok anti Islam di negara ini meningkat jumlahnya dari 101 menjadi 114.

SPLC juga melaporkan ujaran kebencian meningkat 20 persen dibanding tiga tahun sebelumnya. Hingga tahun 2017, terdapat 954 kelompok kasus ujaran kebencian sebesar yang menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar empat persen.

Melihat sepak terjang Trump dan sebagian penasehatnya, tidak heran jumlah kelompok anti-islam di AS mengalami kenaikan signifikan dibandingkan sebelumnya.

Pada kampanye pemilu presiden AS di tahun 2016, Donald Trump tanpa tedeng aling-aling menyuarakan penentangan terhadap masuknya Muslim ke AS. Ketika pertama kali menginjakan kaki di Gedung Putih, salah satu langkah awal yang diambil Trump sebagai prioritas kebijakannya adalah menandatangani aturan melarang masuk warga Muslim dari delapan negara dunia.

Keputusan tersebut menimbulkan masalah baru yang jarang terjadi sebelumnya di AS. Gambar seorang anak lima tahun yang ditahan oleh polisi di bandara menyulut gelombang penentangan luas dari berbagai negara dunia, bahkan dari dalam negeri AS sendiri.

Pengadilan federal mengumumkan penangguhan keputusan rasis tersebut. Tapi, pemerintah Trump melimpahkan kasus ini ke kejaksaan agung federal untuk menarik dukungan dari kubu konservatif supaya menjalankan aturan yang telah ditandatanganinya itu.

Tidak hanya itu, keputusan Trump lainnya berupa pengakuan resmi pemerintah AS terhadap Baitul Maqdis sebagai ibu kota Israel semakin menambah daftar panjang label sebutan rezim anti-Islam yang disematkan terhadap  pemerintahannya. 

Trump dan Baitul Maqdis

 

Berbagai kebijakan Trump tersebut mendorong kelompok-kelompok rasis dan anti-Islam yang beroperasi AS semakin berani melancarkan aktivitasnya. Penambahan 13 kelompok anti-Islam dalam waktu setahun mengindikasikan adanya relasi kuat antara naiknya Trump dengan peningkatan aksi diskriminasi dan rasisme terhadap Muslim di AS.  Berlanjutnya kondisi tersebut mengancam kehidupan jutaan orang Muslim di AS, dan ratusan ribu orang imigran Muslim yang bermukim di negara itu.

Mengenai masalah ini, aktivis Muslim AS asal Palestina mengungkapkan sejak terjadinya peristiwa tragis 11 September, Muslim di semua lapisan masyarakat AS menghadapi rasisme dan diskriminasi terhadap etnis dan agama yang dianutnya.(PH)